Chapter 25

5.2K 581 7
                                    

"Ling Qian mari keluar untuk jalan-jalan." Mei Ling berjalan keluar dari kamar. Ling Qian menuntutnya saat dia menuruni tangga.

An Shu Xuan menoleh saat mendengar suara langkah kaki.

"Ayo, sarapan." An Shu Xuan lansung mengajak saat melihatnya turun.

"Aihh... Aku berencana untuk sarapan diluar."

"Mau kemana?"

"Jalan-jalan. Kudengar kain dari kota awan bulan adalah yang terbaik." Mei Ling duduk berhadapan dengan An Shu Xuan. "Aku akan keluar setelah makan."

"Biarkan Wen Hao ikut menjagamu."

"Apa musuh mu menegnalinya? Jangan sampai mereka mengikuti ku. Aku tidak suka masalah." Dia memberi peringatan di akhir kalimatnya.

"Tidak. Dia penjaga gelap."

"Baik. Tapi ubah ekspresi mu, terlalu kaku." Dia mengomentari Wen Hao, lalu mengambil sumpit dari Ling Qian yang menyuapinya.

Ruang makan mereka di pesan khusus, hanya ada orang-orang An Shu Xuan. Dia telah melihatnya berkeliaran sendiri jadi dia berperilaku sendiri.

Dia makan dengan santai seolah-olah seperti orang dengan penglihatan normal. Beberapa orang An Shu Xuan yang bersembunyi dalam gelap sedikit tertegun. Bukankah wangfei mereka buta?

"Kapan kita kembali?" Mei Ling bertanya di tengah-tengah acara sarapannya.

"Malam nanti."

Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan sarapannya. Mei Ling bersama Ling Qian dan Wen Hao keluar sesuai Kemauan Mei Ling.

Mei Ling berhenti di toko makanan ringan.

"Bibi, kue khas kota awan bulan."

Bibi penjual kue itu tersenyum. "Nona baru pertama kali ke kota?"

"Iya, hanya mampir."

"Nona akan ke pegunungan Xing?"

"Pegunungan Xing?"

"Iya. Bulan ini adalah bulan rutin akademi CaiHua di pegunungan Xing menerima murid baru. Satu bulan sebelum pendaftaran di buka, kota awan bulan akan sangat sibuk karena banyak calon murid yang akan singgah karena kota ini yang terdekat dengan pegunungan Xing." Bibi penjual kue itu memberi satu bungkus kue pesanan Mei Ling.

Ling Qian menerimanya, "Berapa?"

"5 koin tembaga."

Ling Qian menyerahkan 1 koin perak. "Terimakasih bibi."

Ling Qian lansung pergi mengikuti Mei Ling setelah menyerahkan bayaran.

"Eh! Nona." Bibi penjual itu berseru.

Mereka berhenti. "Ada apa, bibi?" itu suara Mei Ling yang bertanya.

"Kembalian nya. Apa kalian punya koin tembaga?" Bibi itu bertanya ragu.

Melihat mereka tidak menjawab, bibi itu kembali berkata, "ini... Kembaliannya tidak akan cukup." bibi itu berkata pelan.

"Tidak perlu, bibi ambil saja." Mei Ling melanjutkan langkahnya tidak memerhatikan bibi penjual yang berlutut di tanah.

Ling Qian mengurus bibi penjual di belakang. "Bibi bangun, nona kami menyukai kue anda jadi itu tidak masalah." Ling Qian membantunya bangun lalu mengejar langkah Mei Ling dan Wen Hao.

Bagi bibi penjual kue itu, mereka tidak pernah berpikir bisa mendapatkan satu koin perak dalam sehari. Penghasilan bersih perhari mereka sekitaran 150 koin tembaga. Saat akademi CaiHua membuka pendaftaran itu menjadi waktu paling dinanti oleh penduduk di kota awan bulan karena banyak calon pendaftar yang akan mampir. Untuk pedagang kue kecil seperti nya itu akan sangat beruntung bagi mereka jika bisa mendapatkan lebih dari 1.000 koin tembaga.

Mata bibi penjual itu berair, dia terus berdiri seperti patung sampai sosok Mei Ling menghilang di tikungan jalan.

Ling Qian menuntun Mie Ling berkeliling kota. Mereka masuk ke toko kain paling terkenal di kota.

Saat baru masuk pintu toko, sebuah cambuk melayang ke arah Mei Ling. Cambuk itu berhenti di depannya tertahan oleh energi spiritual Wen Hao.

Pemandangan di dalam toko sedikit berantakan, beberapa kain sobek terkena cambuk. Ekspresi pelayan toko sangat jelek.

"Kau..." Wanita muda yang memegang cambuk menunjuk Wen Hao. "Berani-beraninya menahan cambuk ku."

"Anda harusnya berterima kasih." Ling Qian berbicara. "Jika cambuk anda menggores nona kami, maka anda harus mati."

Wanita itu mengalihkan matanya dari Wen Hao ke Ling Qian lalu berhenti di Mei Ling.

"Cih... Orang buta tidak memenuhi syarat untuk disentuh cambuk ku." Kalimatnya dipenuhi penghinaan dan arogansi.

Mei Ling membiarkan Ling Qian berbicara.

"Bukankah ini toko kain nomor satu di kota, toko BeiZi? Mengapa ada anj*ng liar yang mengacau?" Ling Qian mengedarkan pandangan nya.

"Kau..."

Langkah kaki dari lantai atas mengalihkan fokus mereka.

"Manajer Zi." semua pelayan toko memberi hormat.

"Ada apa ini?"

"Manajer Zi, Nona He telah membayar lunas untuk kainnya, Nona Li kelima mencegatnya pergi dan bertarung untuk kain yang telah di beli Nona He sehingga kainnya rusak." salah satu pelayan menjelaskan dengan singkat.

"Manajer Zi, Nona Li merusak banyak kain dengan cambuknya, melukai nona He dan hampir melukai nona yang baru saja datang."

"Kirim surat ke kediaman keluarga Li. Seluruh keluarga Li tidak cocok untuk toko kain sederhana kami." penjaga toko lansung menyeret nona Li setelah kalimat manajer Zi selesai.

"Ini... Ini... Apa yang kalian lakukan." Nona Li kelima berteriak histeris, penjaga menyegel titik akupunktur nya lalu membawa nya ke kediaman keluarga Li.

"Nona He maafkan kelalaian keamanan toko kami, kami akan membiayai pengobatan nona dan mengganti kainnya." Manajer Zi berbicara dengan sopan pada wanita di dekat kasir.

"Tidak perlu. Saya hanya akan membeli kain lainnya." Nona He menjawab dengan sopan.

"Nona, kami minta maaf atas kejadian di toko kami." Manajer Zi berbicara pada Mei Ling.

"Tidak apa, sepertinya kami tidak bisa berkeliling toko hari ini. Mari pergi." Mei Ling berbalik diikuti Ling Qian dan Wen Hao.

"Tunggu. Nona."

Mei Ling berhenti lalu berbalik saat mendengar suara nona He.

"Saya minta maaf karena masalah saya nona hampir terluka. Jika nona tidak keberatan kami bisa melihat-lihat kain di lantai dua, itu adalah kualitas terbaik."

"Nona He benar, kami akan membereskan kekacuan di lantai satu."

Nona He datang ke kota lebih dari sati minggu yang lalu untuk mendaftar masuk ke akademi. Sudah beberapa kali berbelanja ke toko BeiZi jadi pelayan toko mengenalnya.

Mereka melihat Mei Ling sepertinya baru di kota. Walaupun dia buta dua orang di sampingnya membuat mereka tidak berani memandangnya remeh apalagi pria yang menghalangi cambuk tadi, Wen Hao.

"Baiklah ayo."

Ling Qian menuntun Mei Ling pergi ke lantai dua dengan Nona He dan pelayan toko yang mengikuti mereka untuk menjelaskan kain-kain yang mereka lihat.

Tanpa mereka sadari ada yang salah dengan Nona Li kelima setelah dia di kurung di kamarnya oleh Li Furen.

Legend of An's WangfeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang