VII

494 56 11
                                    

Shikamaru merebahkan tubuhnya di tempat tidur kesayangannya. Matanya sudah nampak merah menahan rasa ngantuk yang sudah dari tadi menghampirinya.

Ternyata minum kopi tadi sore tak cukup untuk menghilangkan kantuknya dan memang tidak pernah manjur. Mungkin.

Selama seminggu ini dia sudah tidak pulang kerumah dan memilih menginap di studio nya karena alasan pekerjaan menumpuk yang membuatnya harus begadang setiap malam. Gambar kerja, denah bangunan dan maket yang belum terselesaikan sengaja ia bawa pulang kerumah.

Dia bangkit dari rebahannya. Mengerjapkan mata guna Menghalau sebentar rasa ngantuknya. Meletakkan tumpukan barang bawaan yang tergeletak di lantai keatas meja besar diujung kamar. Besok dia berniat melanjutkannya kalau tidak malas.

Dia berjalan menuju ke kamar mandi, mengambil handuk yang digantung dekat pintu dan langsung menutupnya. Mandi dengan air dingin sangat menyegarkan baginya. Setidaknya sebelum tidur dia harus membersihkan dirinya dulu.

Setelah selesai, dia bergegas berpakaian mengenakan pakaian santai dengan kaos oblong warna putih dan training warna hitam yang dia ambil dari lemari kayu di sebelah tempat tidurnya.

"Shikamaru, turunlah makan malam sudah siap!"

Teriakan ibunya dari lantai bawah terdengar. Tanpa menyahut dia segera turun menuju ke ruang makan. Disana sudah ada ibu dan ayahnya duduk di meja makan.

Dia mengambil tempat duduk di sisi kiri ayahnya. Disana sudah tertata rapi beraneka macam lauk pauk salah satunya lauk kesukaannya yaitu mackerel miso.

Ibunya dengan cekatan menyendokkan nasi ke mangkung dua orang yang berwajah sama tapi dengan usia yang berbeda. Lalu memberikannya kembali kepada dua orang Nara itu.

"Itadakimasu," ucap mereka bersamaan.  Mereka makan dengan tenang dan lahap.

"Bagaimana pekerjaanmu, Shikamaru?" Tanya ayahnya setelah selesai menyantap suapan terakhirnya lalu menerima segelas ocha hangat yang diberikan oleh ibunya.

"Biasa saja. Tapi kali ini lebih menumpuk dan tak selesai-selesai. Klien ku juga sudah banyak yang mengeluh."

Shikamaru mengeluh diselah hembusan nafas panjangnya. Dia merasa tidak bisa bekerja secara profesional lagi sekarang. Apalagi ada beberapa pekerjaannya yang sudah lewat dari deadline. Akibatnya dia harus meminta perpanjangan waktu dari kliennya tapi untung saja mereka mau memakluminya.

"Itu namanya tidak biasa saja. Kau seharusnya bekerja lebih giat lagi, Shikamaru. Jangan hanya tidur dan malas-malasan saja tahunya!" Timpal Yoshino alias ibunya sambil memunguti piring dan mangkuk kotor yang diabaikan oleh dua laki-laki yang asik mengobrol di meja makan.

"Kalau sudah selesai makan itu langsung bawa piring kotornya ketempat cuci piring. Jangan langsung mengobrol!" Cerocos Yoshino lagi sambil berlalu ke tempat cuci piring. Mereka memang orang yang pemalas nomor satu di dunia.

"Mulai lagi deh." Bisik Shikaku ayah Shikamaru kepada anak semata wayangnya.

Shikamaru hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng melihat tingkah keluarganya. Ibunya selalu mendominasi dengan sifatnya yang cerewet dan juga galak tapi, kadang ada sisi lembutnya juga sedangkan mereka berdua yang bisa dikatakan orang yang paling santai dan pemalas di keluarganya atau bahkan di Konoha? tapi juga sangat genius.

Sungguh keluarga yang saling melengkapi dan yah, memang juga bisa di bilang aneh.

"Benar apa yang dikatakan ibumu. Seharusnya kau lebih giat lagi dan jangan hanya tidur saja bisa-bisa nanti klienmu kabur semua."

Dasar, ayahnya ini bukannya memberi solusi dan saran tapi malah mengatakan hal yang sama seperti ibunya benar-benar tak membantu sama sekali.

"Dasar merepotkan. Bukankah sifat ini menurun dari ayah."

.
.

"Apa tidak apa-apa kalau aku pakai baju seperti ini nanti?"

Sebuah pertanyaan meluncur dari mulut Temari. Iris hijaunya melirik ragu sebuah paper bag yang tergeletak di sebelahnya. Dia meraih paper bag nya dan membukanya menampakan sebuah gaun brokat bewarna putih yang cantik.

Sebenarnya dia tak ingin membelinya tadi. Sebuah gaun pendek diatas lutut yang terlihat sangat sexy dimatanya. Tapi Sakura terus memaksanya dengan alasan mereka harus tampil kompak dengan dress code mini dress. Jadi, karena tak ingin mengecewakan teman-temannya mau tak mau dia mengambilnya.

Dia tak pernah membayangkan kalau nanti dia pakai gaun pendek ini di hari pernikahan Ino. Suatu kejadian langkah seumur hidupnya yang tidak pernah pakai gaun kecuali acara wisuda nya delapan tahun lalu.

"Harus berapa kali ku katakan, Temari. Kau sangat cocok dan cantik jika pakai baju itu." Sahut Sakura yang berada di kursi kemudi meyakinkan Temari yang duduk di kursi penumpang bagian belakang.

Sekarang mereka sudah dalam perjalanan pulang dari berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan Konoha dengan menggunakan mobil Sakura. 

Hinata yang duduk di sebelah Sakura pun mengangguk menyetujui apa yang dikatan Sakura. "Benar apa kata Sakura. Kau pasti akan sangat cantik."

"Lusa sebelum pergi ke acara pernikahan Ino, kau datanglah dulu kerumahku aku akan mendandanimu."

Sakura mengedipkan sebelah matanya tersenyum melirik Temari dari balik kaca spion dalam mobil. Sakura sengaja menggoda Temari karena dia tahu kalau teman pirangnya ini tak suka berdandan.

"Tidak perlu. Merepotkan saja."

Temari menolaknya mentah-mentah mana mungkin dia mau jauh-jauh kerumah Sakura hanya untuk berdandan. Dan dia juga tidak yakin akan pergi ke pesta dengan dress ini mungkin saja dia akan menggunakan pakaian lain nanti.

"Hey.. hey.. Sepertinya kau sudah ketularan kata-kata si nanas, nih." ucap sakura cekikikan.

"Sebenarnya apa hubungan kalian?"

Sekarang giliran Hinata yang bertanya. Dia menggerakkan tubuh dan kepalanya ke belakang menatap Temari penasaran.

Hal itu sukses membuat Temari terkejut sekaligus malu dengan arah pembicaraan yang telah melenceng. "Kenapa jadi menanyakan dia? Kami hanya teman."

"Benarkah? Lalu kenapa kalian selalu bertemu dan terlihat sangat dekat sekali seperti sepasang kekasih?" Tanya Sakura yang penasaran.

"Kan sudah kubilang tadi aku hanya mengantarkan pesanannya dan dia juga sering datang ketempat kerjaku untuk membeli kopi jadi otomatis kami sering bertemu."

"Apa kau tidak pernah mencoba untuk mendekatinya? Mengingat kau yang sudah lama suka dengannya."

"Dia sudah punya pacar." Jawab Temari cepat sambil menunduk.

"Aku tahu. Tayuya kan?"

Temari mengangguk. "Dia sangat cantik." Dia melengos ke arah luar jendela lalu bergumam pelan "dan mereka juga pasangan yang serasih."

.
.

Tbc.

After All This Time (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang