Epilog

660 64 6
                                    

Sore hari adalah waktu yang tepat untuk bermesraan dengan kekasihmu (yang masih dibilang baru). Dibawah pohon yang rindang dua sejoli memadu kasih. Sang wanita berbaring diatas pangkuan sang pria yang bersandar dibatang kokoh pohon.

Shikamaru memainkan sebelah kuciran dirambut Temari dengan jemarinya sedangkan Temari menggenggam erat sebelah tangan Shikamaru yang bebas. Setelah selesai berciuman mesra, mereka meluangkan waktu sebentar untuk berduaan sebelum pulang. Berbagi cerita, bercanda dan menanyakan tentang hal yang masih mengganjal yang belum sempat ditanyakan.

"Kenapa nomormu tadi tidak aktif?" Shikamaru memulai sesi pertanyaannya, sekarang dia mengelus pucuk kepala Temari dengan lembut.

"Baterainya habis, aku lupa mengecasnya." Temari menjawab sambil memainkan jemari Shiakamaru.

"Dasar ceroboh! Kau tahu aku sangat khawatir. Kukira terjadi hal yang buruk padamu." Shikamaru menatap Temari dengan penuh kekhawatiran. Temari mengerutkan keningnya sejenak setelah itu tersenyum dan tertawa.

"Hahaha...."

"Kenapa kau tertawa?"

Shikamaru merasa terhina, seharusnya kekasihnya ini terharu dikhawatirkan bukannya malah tertawa seperti itu. Beberapa detik berikutnya Temari meredam tawanya dengan berdehem pelan. Menatap Shikamaru lekat-lekat sambil mengelus lembut pipi kekasihnya itu.

"Terima kasih, kau sudah mengkhawatirkanku." Temari tersenyum manis. Senyum yang selalu membuat prianya ikut tersenyum karenanya. "Ini bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Hp ku hanya mati dan bukan suatu yang buruk."

Shikamaru tersenyum lembut, mengerti akan hal itu dan dia juga tak seharusnya sekhawatir ini pada Temari. "Kenapa kau tidak bilang kalau sudah berhenti bekerja?" Shikamaru membelai helaian rambut Temari yang tersapu angin yang menutupi separuh sisi wajahnya. Membawanya kebelakang telinga, membuat gadis itu sedikit merinding karena sentuhan dari Shikamaru.

"Aku belum sempat. Tadinya aku ingin memeritahumu hari ini tapi kau tahu sendiri hp ku mati."

"Itu tidak jadi alasan. Kau kan bisa menemuiku dan bilang langsung."

"Yasudah sekarang kan aku sudah bilang padamu."

"Aku sudah menyuruh Tayuya untuk tidak menggangu kita."

"Benarkah?" Temari bangkit, mengalungkan lengannya dileher Shikamaru dan duduk diatas pangkuannya. "Berarti kita tidak ada yang ganggu lagi dong." Temari tersenyum girang dengan menampakkan deretan giginya yang putih.

"Iya. Kita bisa sepuasnya bermesraan." Jawabnya sambil menggesek-gesekkan kedua hidung mancung mereka membuat Temari memerah dan melepaskan tautan tangannya akibat perbuatan mendadak Shikamaru.

"Kau membuatku jantungan tahu." Temari berucap sambil memegangi dadanya berusaha meredam degupan jantungnya yang menggila.

"Hei lihat aku, Temari." Shikamaru menangkup wajah kekasihnya dengan kedua tangannya. Menatap intens manik wanitanya dengan cinta. "Berjanjilah padaku kau akan selalu bersamaku dan mencintaiku sampai kita terpisahkan oleh maut."

"Aku berjanji." Temari tersenyum dan mengangguk. "Kau juga harus berjanji padaku akan selalu bersamaku dan mencintaiku sampai maut memisahkan."

"Aku berjanji." Ucapnya sambil mengecup singkat bibir Temari lalu melumat bibirnya lembut. Rasanya ingin sekali Shikamaru melahapnya lagi dan lagi sampai tak bersisa.

END.

.

.

.

.

.

Sepenggal dialog sepasang kekasih di bukit disore hari sebelum pulang.

"Shikamaru, kalau kita menikah nanti kau mau punya anak berapa?"

"Dua saja seperti impianku."

"Lalu yang pertama siapa?"

"Yang pertama perempuan dan yang kedua laki-laki."

"Tidak! Yang pertama laki-laki dan yang kedua perempuan."

"Tidak. Yang pertama perempuan!"

"Laki-laki!"

"Perempuan!"

"Laki-laki titik!"

"Perempuan. Aku mau perempuan!"

"Aku yang akan melahirkan jadi aku mau anak kita laki-laki!"

"Terserah kau sajalah. Merepotkan!"

"Hei kau mau kemana?!"

"Mau pulang. Ngantuk."

"SHIKAMARUU!"

~mendokusai~

.




After All This Time (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang