RAVENDA

31 3 0
                                    

°HAPYY READING°

Jangan sentuh kalau gak mau disentuh

Setelah pulang dari rumah Talia, Atala tidak langsung pulang melainkan menuju markas Ravenda. Ravenda adalah salah satu geng yang cukup terkenl di Kota Bandung. Geng yang berisi hampir seratus lima puluh orang. Yang semua anggotanya berasal dari SMA Pelita Bangsa.

Atala menjadi ketua dari geng Ravenda, saat pertengahan kelas sepuluh. Yang saat itu menjadi pengganti dari Rendi Tanubrata. Rendi menjadikan Atala ketua dari Ravenda bukan tanpa alasan, melainkan karena sifat Atala yang tegas, berani, dan tak kenal rasa takut.

Atala mempunyai empat sahabat yang paling dekat dengannya. Mereka adalah Raka, Rafa, Juna, dan Catur. Tidak hanya menjadi teman dekatnya, mereka juga menjadi anggota inti Ravenda.

Keempat teman Atala mempunyai sifat yang berbeda-beda. Raka yang bersifat cuek, Rafa yang bersifat peduli, juna dan catur yang bersifat humoris. Suasana Ravenda akan menjadi ramai ketika juna dan catur bertemu mereka ibarat kucing dan tikus, yang tidak pernah akur. Dan akan selalu berdebat bahkan hanya masalah kecil sekalipun.

Jika masalah kecerdasan mereka  tidak terlalu cerdas, tapi kalau masalah tentang uang mau sebanyak apapun mereka punya, terutama Atala. Meskipun banyak uang tapi itu tak menjamin kebahagiaan mereka, karena yang dibutuhkan hanya kasih sayang orang tua.

"Atala" panggil juna sambil berteriak, yang membuat semuanya kaget karena dia berteriak kencang saat suasana sedang hening. "Pelan pelan dodol. bikin kaget aja sih lo, jadi kalahkan gue" jawab catur sambil memukul kepala juna. "Sakit tauk, lo mah suka bener nganiaya gue." Hingga terjadi adu mulut antar keduanya.

Hampir setengah jam berlalu tapi mereka berdua masih saling perang mulut sampai suara Atala yang menghentikannya. "Lo berdua diem bisa nggak?" bentak Atala karena pusing melihat kelakuan keduanya. "Ohh ya, gue sampai lupa, tadi itu gue dapat wa dari salah satu anak Sma Pertiwi. Mereka nantangin kita balapan nanti malam, katanya kalau nggak setuju mereka nganggep kita pecundang. Trus gimana mau lo trima atau nggak?" Tanya Juna dengan wajah yang mulai serius. Atala hanya menganggukan kepala pertanda dia setuju dan langsung keluar dari markas menuju apartmennya. Memang mulai dari masuk sma dia sudah hidup sendiri, dan tak mau menginjakan kakinya kerumah lagi.

Jam menunjukan pukul setengah dua belas, Atala langsung mengambil Hodie hitam kesukaanya dan bersiap kearea balapan yang telah dijanjikan kepada teman temanya.

Suara derum motor, yang saling bersautan memekikan telinga banyak orang. Kedua orang itu saling memandang dengan tatapan sinis yang dilemparkan satu sama lain.

Seorang cewek dengan pakaian yang cukup terbuka mulai berjalan kearah tengah, berdiri diantara dua motor sport sambil melemparkan sebuah bendera yang menandakan balapan telah dimulai. Kedua motor tersebut langsung menjalankan motornya dengan kecepatan penuh.

Setelah beberapa lama akhirnya kedua motor itu terlihat dengan salah satu motor yang memimpin. Atala tersenyum sinis sesudah melihat kaca sepion melihat orang yang ada dibelakangnya. Dan langsung mengegas motornya sampai garis finish.

"Gimana? Kalah lagi? Nggak capek?" Sindir Atala, sambil tersenyum kemenangan.

"Ini cuma kebetulan, liat aja nanti bakal gue bales." Balas David dengan amarah yang memuncak.

"Kalau kalah, kalah aja. dimana mana yang namanya pecundang bakal tetep jadi pecundang." jawab Atala dengan sinis.

"Gue bukan pecundang, ingat itu," saut David sambil mulai mencengkeram hodie milik Atala.

"Apa-apaan sih lo, gak usah pegang-pegang. Gue lagi males ribut, siniin kunci motor lo!" Saut Atala dengan sinisnya.

David langsung melempar kunci motornya dengan kasar, dan langsung diterima dengan senang hati oleh Atala "Lain kali kunci apartemen lo yang jadi tauruhan!" Ucap Atala sambil menyunggikan senyum sinisnya. Dan langsung dapat sorakan dari Geng Ravenda.

Balapan telah selesan, Atala langsung memutuskan untuk kembali ke apartemen untuk mengistirahatkan badanya karena besok dia harus sekolah.

Atala memang anak yang bandel, suka berantem, suka bolos, hoby keluar masuk bk, tapi dia tak pernah tidak sekolah. Karena dia sebenarnya sadar bahwa sekolah adalah kewajibannya walau hanya absen dan setelahnya hilang entah kemana. Hampir semua guru mengenal kenakalannya, tapi hanya dibiarkan. Karena mereka lebih sayang dengan pekerjaanya.

Setibanya di apartemen, Atala langsung membanting tubuhnya diatas kasur king sizenya. Dia melihat atap kamarnya sambil memikirkan masalah tentang keluarganya yang membuatnya pusing. Dia muak dengan dengan keluarganya, yang selalu memikirkan uang, uang, dan uang.

Dia rindu masa kecilnya, yang penuh warna dan sangat membahagiakan. Ketika orang tuanya perduli padanya, hingga pada saat smp mereka mulai acuh dengan Atala, bahkan yang mengambil rapotnya adalah bi Yani, pembantu rumah tangganya yang sudah dia anggap sebagai keluarganya. Padahal, saat itu Atala ingin memberitahu kepada orang tuanya bahwa ia mendapat juara umum disemester ini.

Atala mulai kecewa, tapi karena diberikan pengertian oleh pembantu rumahnya akirnya dia memaafkan orang tuanya.

Tak berselang waktu lama, ada sebuah lomba pencak silat. Atala meminta kepada orang tuanya untuk melihatnya lomba tersebut karena dia akan mewakili sekolahnya. Dan orang tuanya mengangguk setuju dan berjanji akan ikut.

Tapi saat acara lomba dimulai Atala tidak melihat kehadiran orang tuanya, dia hanya berfikir kalau orang tuanya belum datang. Bahkan saat acara lomba selesai batang hidung mereka belum juga terlihat. Sampai pada akhirnya Atala lah yang menjadi pemenang. Dan piala itu sebenarnya ingin ia  berikan kepada orang tuanya. Dan lagi-lagi mereka tidak datang dengan alasan ada masalah dijerman dan harus segera diselesaikan. Dan saat itulah kekecewaan Atala mulai memuncak. Sampai akhirnya saat kelas 10 Atala memutuskan untuk tinggal sendiri di Apartmen.

Budayakan vote sebelum baca🌟 dan coment setelah baca✒

♡TO BE CONTINUED♡

ATALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang