Aku tetap memilihmu

45 7 6
                                    

Aku tak tau apa yang membuatku yakin kepadamu, bahkan rasa yakin itu muncul tanpa kita bertemu. Entahlah, ini aneh tapi nyata.

                    *****

"hoamm" kataku sambil mematikan alarmku.

Aqdhan.officiall like your photo

Aqdhan.officiall commented your post

Notifikasi yang selalu kunanti - nanti kehadirannya, yang mengukir senyuman lebar saat hadir, masyaallah.

Adzan subuh berkumandang.

"Alhamdullilah," ucapku seraya bangun dari tempat tidurku untuk mengambil wudhu dan melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslim.

"Bu aku berangkat ya," ucapku sambil meraih tangan ibu.

"Iya hati - hati, bareng sama ibu aja," ajak ibu kepadaku.

"Emang ibu mau kemana?" tanyaku.

"Ke pasar, sekalian aja ya," jawab ibu sambil memakai sweaternya.

Pagi ini langit terlihat gelap, dan sedikit rintik hujan mulai jatuh ke bumi.

Hawa yang dingin menembus pori - pori kulitku, membuat rasa sedikit malas dan membuat rasa kantuk.

Tak butuh waktu lama, motor ibu berhenti tepat di depan pagar sekolahku, tanpa basa - basi aku turun dari motor.

"Assalamualaikum bu," kataku sambil salim kepada ibu.

"Waalaikumsalam," jawab ibu sambil bergegas pergi.

Baru beberapa langkah aku melangkahkan kaki, hujan jatuh dengan cukup deras.

Beberapa siswa mulai berlarian mencari tempat untuk berteduh.

Tidak denganku, aku lebih suka berjalan menikmati hujan sambil membayangkan wajahnya yang indah itu.

"Aku payungin ya," ucap seorang laki - laki yang tiba - tiba muncul di sampingku.

Dia Ardhi temanku, entahlah aku seperti merasakan dia punya perasaan terhadapku, terlihat dari tingkahnya, perilakunya, dan rasa perhatian yang dia tunjukkan kepadaku.

Tapi ku harap itu tidak benar, karena perasaan ku kepadanya hanya sebatas seorang teman.

"Hmm.. gausah, kamu duluan aja," kataku menolak tawarannya.

"Udah ngikut aja, ntar lu sakit," ucap Ardhi.

"Yaudah, terserah," ucapku akhirnya mengiyakan.

Setelah beberapa saat kita diam

"Ra, beberapa hari lalu yang nelpon kamu itu aku," ucap Ardhi memecahkan keheningan.

"Jadi kamu yang menghancurkan mimpiku," ucapku dengan suara pelan dan hampir berbisik.

"Hah? Apa Ra?" tanyanya mengagetkan.

"Hah, ngga," ucapku

"Untung ga denger," gumamku dalam hati.

"Makasih ya dhi, udah anter sampe kelas," ucapku setelah sampai di depan kelas.

"Iya Ra, sama - sama. Ohh iya mau ga nanti pulang bareng?" tanyanya kepadaku.

"Hmm ga bisa, bukan mahram," kataku sambil lari masuk kedalam kelas.

"Tumben baru dateng," ucap Nadine setelah aku duduk di bangku ku.

"Iya tadi di anter ibu, terus ibu ke pasar dulu baru anter aku ke sekolah," ucapku sambil melipat jaketku yang agak basah.

"Jalan dari gerbang ujan - ujanan?" Tanyanya lagi.

Antara Cinta dan Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang