Kebahagiaan setelah kesedihan

34 6 6
                                    

Setelah kejadian itu, aku semakin menjaga jarak dari Ardhi.

Perkataannya tentang aqdhan sukses membuat ku sakit hati, rasanya tak terima saat orang yang kita cintai di jatuhkan seperti itu kan?

Kini, aku fokus terhadap persiapan ujian ku. Sebagian orang berpendapat bahwa ujian ini menjadi penentu masa depan kita sukses atau tidak.

Sedangkan aku tidak berpikir begitu, karena aku yakin akan kuasa Allah SWT. yang menentukan masa depan kita, dan itu lah jalan yang terbaik dari Allah SWT.

Seperti firman-Nya dalam Al Qur'an
"Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfuz )." Q.S Hud ayat 6

"Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak di sangka - sangkanya." Q.S At - Talaq ayat 2 dan 3

Aku percaya bahwa Allah SWT. akan memberikan kita kemudahan dengan keyakinan kita kepada Allah SWT. ditambah dengan ikhtiar yang kita lakukan, bukan berarti kita hanya berleha - leha menunggu rezeki datang tapi kita juga harus menjemputnya dengan ikhtiar dan do'a.

Semua siswa dan siswi sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian ini.

Terlihat dari beberapa orang yang membuka buku, memahami materi dan menghafal.

Beberapa diantaranya menghafal dengan mulut komat kamit seperti membaca mantra, beberapa lagi ada yang memukul - mukulkan buku ke kepala dengan tujuan agar materinya masuk ke otak, huftt ada - ada saja.

Begitu pun aku dan Nadine, kami juga mempersiapkan semua materi semampu kami.

"Aaaaarggghhh, ini kenapa ga nyangkut di otak si materi nya," ucap Nadine sambil melempar pulpen yang dipegangnya.

"Din, sholat Dhuha dulu yuk. Siapa tau abis sholat jadi gampang masuk materinya," ucap ku sambil memegang pundaknya.

"Nahh ide bagus tuh, yukk berangkat," katanya sambil mengambil mukena di tasnya.

"Yukkyukkyukk," kataku sambil mengambil mukena juga.

Tanpa berlama-lama kami langsung pergi ke mushola di sekolah, di jalan aku berpapasan dengan Ardhi.

Senyumku rasanya tak ingin terlihat lagi di hadapannya, sedangkan Ardhi tersenyum ramah di hadapan ku.

"Ra, mau kemana?" sapa Ardhi.

"Ga liat apa bawa mukena, ya udah pasti mau sholat lah, masa mau beli gorengan," jawab Nadine dengan nada sinis.

"Yeuu, siapa yang ditanya siapa yang jawab," ucap Ardhi dengan nada sedikit kesal.

"Shttt, udah - udah kenapa malah jadi debat gini sih. Aku mau sholat, bye Ardhi," ucapku sambil mengajak Nadine pergi.

Nadine sepanjang jalan mengoceh, meluapkan kekesalannya kepadaku tentang Ardhi.

"Gada rasa bersalah banget sih itu orang, udah bikin dirimu nangis, tetep aja so baik, hadeuhhh rasanya pengen ku bejek - bejek tuh mukanya," ucapnya sambil meremas kesal mukenanya.

"Akuu pokoknya ga setuju yaa kalo kamu sama dia," ucapnya lagi sambil menatapku tajam.

"Nadineee denger ya, aku gada perasaan apa - apa sama Ardhi. Jadi, yaa aku ga bakal sama dia," kataku sambil berjalan menuju ke mushola.

"Iyalah orang cintanya sama aqdhan, iya kan?" ucap Nadine sambil menaikkan alisnya naik turun seperti meledek ku.

"Dih apaan sih," ucapku singkat.

Antara Cinta dan Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang