1. Evil Prince in White Jumpsuit

1.7K 169 108
                                    

Don't be scared, don't be scared
I love you, I love you
Don't be scared, don't be scared
I love you, I love you

Bill Ryder-Jones "Don't be scared, I Love You"

.

.

.

"Dokter Park! Tolong aku!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dokter Park! Tolong aku!"

Rekan kerjaku di ujung lain aula, Dokter Kim Seokjin, sedang berjuang untuk menahan gerakan liar pasiennya dan memberinya obat penenang. Seokjin berteriak-teriak saat pria itu berusaha menariknya ke jeruji, menampar sekilas wajahnya, menjatuhkan kacamata dari wajahnya. Dan gara-gara gerakan liar pasien itu, Seokjin nyaris menyuntik dirinya sendiri dengan Thorazine.

Aku bergegas lari ke arahnya, memegangi lengan pria itu agar Seokjin bisa memberikan suntikan. Pasien itu menangis lalu menarik diri ke dalam selnya, yang pada dasarnya adalah sangkar. Seokjin cepat-cepat membanting gerbang hingga menutup, memisahkan si pria gila dari kami. Seokjin terengah-engah, aku juga, kami berdua sama-sama terengah-engah, lalu kami berdua tertawa. Menertawakan nasib kami. Menertawakan keadaan di sekitar kami yang menyedihkan.

Rumah sakit Daenam Institution for the Criminally Insane, adalah rumah sakit jiwa satu-satunya yang khusus menangani para kriminal yang masih bertahan hingga sekarang. Kebanyakan dari rumah sakit itu sudah dikosongkan karena... yah, mungkin kalian pernah dengar berbagai macam rumor seram yang terjadi di tempat-tempat itu. Kasus-kasus yang membuat kami para tenaga medis pun geleng-geleng kepala. Kok bisa sampai begitu?

Pasien kami juga sama, tidak mudah. Tidak mudah diatur. Kalau mudah diatur, bukan pasien namanya. Jokes yang sering beredar di kalangan para kolega. Kami melakukan apa pun, benar-benar segala cara, untuk melindungi diri sendiri dari mereka. Juga melindungi para pasien dari diri mereka sendiri.

Dokter Seokjin mengatur napas, lalu menunduk mengumpulkan map-mapnya yang berserakan di lantai. Terakhir, Seokjin memungut kacamatanya. "Huufhhh! Dia pria besar bertenaga badak! Ngomong-ngomong, Jimin, terima kasih bantuannya."

"Tidak masalah." Aku tersenyum dan membuka-buka folderku, memindainya dengan santai. "Aku harap CCTV segera dipasang. Aku akan merasa lebih aman jika pasien terus dipantau 24 jam."

"Ya, aku juga. Keamanan sangat tidak berguna di sini," keluhnya, mendengus.

Kami menyusuri lorong yang dingin dan bobrok menuju area resepsionis di lantai pertama. Ini semua adalah pemandangan neraka, seperti biasanya. Aku dengan wajah datar dan senyum formal berusaha menghindari pria setengah telanjang yang berteriak sambil berlari melewatiku, tiga penjaga berseragam putih mengejar di belakangnya. Aku tetap tenang, terus melangkah mengikuti rekanku Dokter Kim Seokjin menuju ke kafetaria untuk makan siang. 

Don't be scared I love you (Jikook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang