People are strange when you're a stranger
Faces look ugly when you're alone
Women seem wicked when you're unwanted
Streets are uneven when you're downThe Door
.
.
.
.
Aku tidak akan membiarkan laki-laki sinting ini merusak hidupku.
Dia boleh berbuat sesukanya, tapi tidak dengan pernikahanku! Dia pikir dia siapa? Seenaknya keluar masuk dalam kehidupan orang!
"Kau tidak tahu apa-apa tentangku, atau Seokjin," desisku.
"Aku bahkan tahu rahasia bosmu, si Tony dan pelacur kecilnya itu," ucap Jungkook enteng. "Kau tidak tahu aku ini siapa 'kan, Dokter?"
Aku berpaling. Kulangkahkan kedua kakiku ke pintu. Dia tidak boleh melakukan ini. Pernikahanku baik-baik saja. Haejin mencintaiku, Seokjin teman baikku. Mereka tidak mungkin tega melakukannya di belakangku. Tidak mungkin.
Dengan emosi menggelegak kubanting pintu besi itu.
.
.
.
Aku menangis sampai muntah, duduk di lantai kamar mandi dan terus menangis, kepalaku berputar. Apa yang terjadi padaku?
Haejin pulang satu atau dua jam setelah aku menenangkan diri dan mandi. Aku memeluknya ketika dia masuk ke pintu dan baunya seperti api unggun dan pohon pinus. Bukan oli, bukan bau bengkel. Dia menegang, ragu-ragu sejenak, sebelum menepuk punggungku seolah aku adalah ibunya.
"... Hei, Jimin," katanya. "Bagaimana akhir pekanmu?"
"Mengerikan. Sangat buruk." Aku membenamkan wajahku di dadanya dan mengambil napas dalam-dalam. "Aku mengalami mimpi buruk yang nyata dan pasien itu—"
Rasa gugup merambat di punggungku, tatapanku tertuju ke sweter abu-abu Haejin. Ya Tuhan. Aku sangat kesal dengan mimpi buruk itu. Belum lagi Jungkook menciumku, seorang pasien dan pembunuh berantai, oh Ya Tuhan!
Haejin memberiku satu tepukan empati lagi. "Tidak masalah. Jangan khawatir. Aku di sini sekarang."
Aku merasa justru akulah yang berselingkuh dari suamiku. Haejin mencium keningku dan berjinjit untuk mencium bibirnya, mencoba melupakan dan menghapus bibir Jungkook. Awalnya, Haejin membalas ciumanku sebentar. Tetapi saat aku menarik sweternya untuk membawanya ke tangga dan naik ke kamar tidur kami, dia mundur dan berjalan menjauh.
"Aku tidak bisa," katanya, menggeleng.
Aku merasa seperti sampah dan orang jahat di dalam hati. Aku tahu itu tidak adil, tapi aku tetap mengikutinya ke dapur untuk menanyakan mengapa dia tidak menginginkanku.
"Apa masalahmu?!" Aku membentaknya. Aku ketakutan dan terhina dan dia bahkan tidak peduli.
"Aku hanya sedang tidak mood, Jimin. Tenanglah! Kau yang kenapa?"
"Seseorang pasti telah menidurimu dengan sangat romantis... bukan begitu?"
Dipenuhi dengan gelombang emosi dalam diri, aku menggigit lidah agar tidak mengatakan sesuatu yang bodoh karena frustrasi, lalu menyerbu ke atas, naik ke kamar.
Aku mondar-mandir di depan kasur, memegangi kepalaku dengan kedua tangan, mencoba untuk menenangkan diri. Haejin tidak menginginkanku—dia hampir tidak ingin menyentuhku lagi—dan aku baru saja mencium seorang pria yang banyak kali memperkosa dan membunuh wanita. Yang paling buruk, aku mengalami mimpi yang jelas dan aneh tentang dia. Yang paling parahnya, dia menggangguku, mengganggu hubunganku dengan suamiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't be scared I love you (Jikook)
FanfictionPark Jimin adalah psikiater berusia dua puluh delapan tahun yang bekerja di salah satu institusi yang menangani para 'kriminal gila'. Pekerjaannya memang tidak aman, namun Jimin menemui jenis ancaman baru yang lebih tinggi ketika dia dihadapkan pada...