But I still don't understand
Just how your love can do what no one else canGot me lookin' so crazy right now
Your love's got me lookin' so crazy right nowSofia Karlberg
.
.
.
Jeritan dari arah luar terdengar sementara aku tergesa-gesa menuruni tangga.
Aku berhenti di teras, terengah-engah, melihat seorang pria yang tingginya hampir sama dengan Seokjin, memegangi wanita itu dengan satu lengan melingkari lehernya erat. Pisau ditekan ke tenggorokannya sementara aku menatap mereka. Aku berbalik ketika mendengar suara tepuk tangan lambat dari arah belakang.
Seokjin terisak-isak, histeris, masih mengenakan gaun tidur babydoll merah muda. Gelap dan sulit dilihat, tetapi sorot mata pria itu tampak dingin seperti mata Jungkook.
Seokjin berteriak. "Jimin! Jimin! Apa Haejin baik-baik saja?!"
"Bagus sekali Yoongi hyung, kau berhasil menyeret Dokter Kim ke sini."
Aku berbalik dan Jungkook mencengkeram tenggorokanku. Dia melempar tubuhku ke lantai, menjepitku ke lantai, memegangi kedua tanganku. Dia membungkuk, tersenyum dingin. Aku tidak bisa berteriak karena jari-jarinya begitu kencang menutupi mulutku, aku menendang-nendangkan kaki dengan sia-sia, menendang udara kosong.
Jungkook memiringkan kepalanya. "Menurutmu apa yang akan aku lakukan padamu, Jimin?"
"FUCK YOU!" Aku meludah ke lantai.
"Baiklah, kau yang minta."
Yoongi menyeret tubuh Seokjin di sepanjang anak tangga, melemparnya ke dinding ketika wanita itu mencoba menggigit tangannya. Seokjin mengerang kesakitan karena kepala belakangnya kebentur dinding.
Jungkook menggendongku kembali ke lorong menuju kamar tidur, menurunkan tubuhku kasar di lantai sampai aku jatuh berlutut di ambang pintu. Dia tertawa ketika aku merangkak mencoba kabur, secara paksa dia balikkan punggungku, merangkak di atas tubuhku dan balas berteriak untuk membungkam aku yang menjerit ketakutan.
"HEEEEII! DIAAAM!"
Aku membeku menatapnya. Gemetaran.
Jungkook menciumku, menyelipkan lidahnya ke mulutku, jari-jarinya yang panjang mencengkram rambutku untuk menjaga kepalaku tetap di tempatnya.
Seokjin diseret melewati kami menuju kamar mandi dan pintu dibanting hingga tertutup, ditutup dari dalam. Pria itu ada bersamanya. Aku memisahkan diri dari Jungkook, merangkak ke sana, meraih handel pintu kamar mandi, dia lebih cepat, kembali memerangkapku, mencium leherku hingga ke tulang selangka. Dia menahan pergelangan tanganku di atas kepala dan menggunakan tangannya yang bebas untuk membuka kancing kemejaku, sementara aku terus berteriak dan meronta-ronta. Tentu saja, dia pernah menyerang banyak wanita sebelumnya—dia tahu bagaimana mengendalikanku. Yang menurutnya cuma seringan nyamuk.
Kami bergumul seperti itu selama beberapa menit, aku terus-menerus meronta-ronta dan menggeliat dalam perjuangan untuk melarikan diri. Jungkook menggeram kesal, dengan gerakan ceroboh dan serampangan dia berusaha melepas ikat pinggangnya. Aku melihat celah itu untuk melumpuhkannya.
Pinggulku kugeser ke atas, aku mencoba menarik kakiku dan menggunakan momentum ini untuk menendangnya lagi di selangkangan.
Jungkook mengencangkan cengkeramannya tapi aku dengan mudah berguling dan melepaskan tangannya. Wajahnya kacau, kesakitan habis kena tendang, aku tambah lagi, kutampar wajahnya keras-keras. Bangkit berdiri, mencoba lari, malah tersandung. Dia tertawa tapi mendesis kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't be scared I love you (Jikook)
FanfictionPark Jimin adalah psikiater berusia dua puluh delapan tahun yang bekerja di salah satu institusi yang menangani para 'kriminal gila'. Pekerjaannya memang tidak aman, namun Jimin menemui jenis ancaman baru yang lebih tinggi ketika dia dihadapkan pada...