9. Live High

714 117 80
                                    


I try to picture the girl
Through a looking glass
And see her as a carbon atom
See her eyes and stare back at them
See that girl
As her own new world
Though a home is on the surface, she is still a universe

Jason Mraz

.

.

.

Jungkook's p.o.v

"Hei, lihat yang itu."

Kami telah memulai bisnis membeli dan menjual wanita sejak tahun 1966, pertama-tama kami memulainya dengan berkeliling Amerika Serikat. Perhentian terakhir kami adalah di Arizona, sebuah negara bagian yang sangat panas. Saat itu tahun 1966 dan aku baru saja menginjak usia dua puluh tahun. Sambil menunggu untuk dikirim ke Vietnam, aku kerja sampingan membantu usaha "perdagangan kotor" Alexei.

Aku mengibaskan kerah bajuku dan mendongakkan kepala ke langit yang berdebu, perhatianku terganti, aku menyipitkan mata ke gadis remaja yang menari di taman bersama teman-teman gadisnya yang lain. Kami saat itu tengah duduk di tempat berteduh, di bangku dekat taman.

Gadis itu bertelanjang kaki dan rambutnya diikat menjadi dua kepang. Dia berputar dan menari-nari dalam gaun putih bermotif bunga. Aku mengamatinya sebentar, mempelajari lekuk tubuhnya yang langsing dan wajah bulatnya, menyaksikan sinar matahari menari-nari di mahkota bunga-bunga yang dijalin melalui rambutnya. Dia polos dan ceria, entah bagaimana terlihat menarik di mataku.

Aku mengerutkan bibirku. "Terlihat manis. Haruskah kudekati dan kubawa pergi dia?"

"Jangan merusak kesenangannya," gumam Alexei. Dia menggunakan ujung topinya untuk menyembunyikan wajahnya yang penuh bekas luka. "Kita akan membiarkan yang itu matang dulu sebelum dipetik."

Alexei meninggalkan aku untuk menemui klien pentingnya, dan aku ditinggalkan sendirian untuk menonton gadis ini bermain dengan teman-temannya. Dia sepertinya tidak lebih dari enam belas tahun. Semakin lama aku mengawasi dia, semakin mabuk aku dibuatnya. Aku mempertimbangkan untuk mengikutinya pulang, tapi...

Aku mendecakkan lidah dan mendesah. "Benar-benar harus menunggu matang..."

Sebelum aku pergi, aku mendengar seseorang memanggil namanya: "JIMIN!"

Sepulang dari sana aku tidak berhenti memikirkannya, sampai aku tiba di neraka berawa-rawa di Vietnam, terbebani dengan persenjataan dan mempersiapkan diri untuk latihan beberapa tahun sebelum berperang. Rambutku dicukur dan aku menatap penampilanku di cermin sambil memikirkan Jimin.

Aku mengarungi rawa-rawa yang dipenuhi ular berbisa dan tanaman merambat setebal lengan manusia, menampar nyamuk-nyamuk besar dengan senjata di pundakku. Aku memicingkan mata ke langit saat aku dan kawan-kawanku berhasil keluar dari lumpur, basah kuyup, basah kuyup oleh kelembapan dan genangan air. Ini penderitaan. Tapi di tengah penderitaan, ada yang membuatku tetap bersemangat, yaitu memikirkan kaki-kaki cantik gadis yang menari di taman, sementara aku mengamati kakiku setiap malam, menyingkirkan gangrene sebelum menyebar. 

Jimin...

Lamunanku tentang mahkota bunganya membuat aku berhasil terhindar dari tersandung ranjau darat, aku berlari menerjang desingan peluru dengan nyali panas seorang prajurit. Orang-orang menjadi panik, tapi aku tersenyum sambil menghapus luka di pipiku. 

Jimin...

Aku berharap aku punya kenang-kenangan; sesuatu untuk disentuh dan dipikirkan olehnya. Aku tidak mengenalnya, tapi gadis ini membantuku menghindari kematian. Aku memikirkannya ketika aku merangkak ke lubang perlindungan yang dipenuhi kelabang dan menjatuhkan peluru saat aku mengisi ulang, gemetar karena jeritan dan ledakan di luar. Jika aku ingin tahu lebih banyak tentang dia, aku tidak boleh mati konyol karena ledakan di Vietnam. Jadi, aku secepat mungkin mengisi ulang senjataku dan fokus kembali menembaki orang-orang Amerika seperti yang selalu kulakukan.

Don't be scared I love you (Jikook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang