He got a smile that it seems to me
Reminds me of childhood memories
Where everything was as fresh as the bright blue sky
Now and then when I see his face
He takes me away to that special place
And if I stare too long, I'd probably break down and cry.
.
.
Kegilaan Jungkook kadang-kadang kambuh dan berlangsung seperti itu selama beberapa tahun.
Taehyun mancung dan tampan persis ayahnya. Memiliki bentuk mata yang besar dan indah, dia juga sangat tenang. Aku menganggap diriku beruntung bisa menjadi ibunya.
Jungkook dan aku sering melihat putra kami bermain di luar di sore hari yang bersalju. Waktu usianya delapan tahun, dia lebih senang bermain sendiri, jarang kumpul dengan anak-anak seusianya. Aku menatap Jungkook sambil menyeruput kopiku.
"Dia kesepian," gumamku.
"Tidak." Jungkook memiringkan kepalanya, menatap Taehyun yang menepuk-nepuk kepala orang-orangan salju yang dia buat. "Justru putra kita menyukai kesendirian."
Aku memutar mataku. "Dia delapan tahun. Ayolah, khawatir sedikit saat dia berumur enam belas tahun."
"Mm. Seorang ibu memang harus selalu khawatir sejak dini."
Aku menyayangi Taehyun, menghabiskan seluruh waktu untuk mengajarinya di rumah, tentang dunia. Jungkook pulang membawakannya oleh-oleh buku. Kebanyakan buku-buku tua yang entah dia beli dimana.
Tahun-tahun berlalu, aku semakin mencintai dua laki-laki dalam hidupku.
Jungkook tetap saja buruk. Aku tahu penyebabnya karena cedera otak, namun tidak ada yang bisa aku lakukan. Kami sudah bersama selama lebih dari satu tahun dan aku terlalu mencintainya sehingga begitu takut kehilangan dia. Aku terobsesi untuk menemukan obatnya, kemudian menangis sampai ketiduran.
Taehyun memperhatikan kami saat Jungkook kambuh, dia sering kambuh tiba-tiba. Taehyun melihatku mencoba menenangkan ayahnya, berteriak dan melawan ketika pria itu menamparku. Aku tahu dia mendengar kami di tengah malam ketika Jungkook menghimpitku ke dinding dan bercinta denganku dari belakang. Bunyi hentakan kulit membentur ke dinding.
Jungkook akan menangis setelahnya lalu melarikan diri selama satu atau dua minggu. Taehyun tidak pernah mengatakan apa-apa. Dia hanya akan menatapku saat aku menangis dan menghancurkan barang-barang di dapur. Aku sangat mencintai Jungkook, tapi kadang-kadang aku tidak tahan dan ingin mengakhiri hidup.
Kalau saja... kalau saja aku tidak ingat aku punya Taehyun.
.
.
.
Tidak ada yang tahu. Dan Jimin bersungguh-sungguh. Tidak ada yang tahu bahwa Jimin pernah diculik oleh suaminya sendiri. Pria yang dia nikahi saat ini. Pria yang sama yang muncul dalam pemberitaan dan memalsukan kematiannya sendiri atas bantuan Yoongi dan rekan-rekannya.
Pria yang memutuskan untuk hidup kembali dengan nama dari masa lalunya, membangun keluarga kecilnya di masa depan dengan nama itu.
Bahkan tetangga-tetangga. Bahkan orang tua dari teman-teman anaknya. Bahkan teman-temannya sendiri.
Namun Jimin menganggap dirinya tidak punya apa-apa sebelum Jungkook. Dia bukan siapa-siapa. Dia hanya seorang istri dari pria yang berkhianat darinya. Pria yang tidak repot-repot membangun rumah tangga bersamanya. Pria yang seluruh biayanya Jimin tanggung namun malah berselingkuh dengan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't be scared I love you (Jikook)
FanfictionPark Jimin adalah psikiater berusia dua puluh delapan tahun yang bekerja di salah satu institusi yang menangani para 'kriminal gila'. Pekerjaannya memang tidak aman, namun Jimin menemui jenis ancaman baru yang lebih tinggi ketika dia dihadapkan pada...