5. Peringatan oleh banyak orang

63 8 0
                                    

Kau melirik ke ruang makan saat menuju pintu. Taksi online mu sudah datang. Bahkan mengejar mu pun tidak. Tidaklah dia tau kau kesal?

Ayah seperti apa yang punya reaksi sungguh diluar dugaan sepertinya? Suami macam apa yang tak menanyakan keadaan istrinya? Helaan nafas mu terdengar oleh supir.

"Nyonya, maaf. Tapi apakah nyonya baik-baik saja?" Kau menatap matanya yang sekilas menatap mu dari spion kemudian melanjutkan fokus ke depan.

"Maaf Pak, apa aku terdengar membuat khawatir?"

"Ahh tidak nyonya, hanya saja anda kelihatan marah. Aku sangat tau bahwa suasana hati ibu akan dirasakan oleh bayi mu." Kau menyamankan duduk mu.

Kau menaksir supir taksi itu berumur sekitar 50 tahunan. Suaranya sangat berwibawa dan menentramkan. Nasehatnya membuat mu sadar bahwa kau tidak sendirian dimana pun, kapan pun dan kemana pun.

"Aku bertengkar dengar suamiku." Kalimat keceplosan keluar dari mulut mu.

"Lalu mengapa kau keluar rumah? Tak seharusnya ibu hamil keluar rumah tanpa pengawasan. Apakah kau sudah minta ijin pada suamimu?"

Helaan nafas mu membuatnya melirik dari spion lagi. Kemudian matanya menyipit karena tersenyum.

"Dia bahkan tak mengejar ku ketika aku ke kamar kami. Aku hanya menunggu waktu hingga jadwal check up ku di klinik."

"Bolehlah aku memberi saran nyonya? Karena aku juga laki-laki?" Mata mu menatap kearah spion. Kemudian mengangguk.

"Jika pria marah itu karena harga dirinya terluka. Jika wanita marah itu karena hatinya terluka. Tapi aku yakin bahwa suamimu sangat khawatir sekarang. Akan lebih baik jika ku memberi dia kabar. Atau keadaan akan makin buruk diantara kalian." Kepalamu tertunduk.

Ada benarnya juga nasehat pria tua ini. Tapi, gengsi! Kau tak mau melakukannya dulu. Enak saja, dia sudah memperlakukan mu dengan sangat buruk.

"Kenapa? Kau menunggunya untuk mencari mu? Mungkin bahkan dia tak menyadari kau keluar rumah."

Ya! Dia tak ada di ruang makan ketika kau meninggalkan rumah. Entahlah! Batin mu bergolak.

"Nyonya, kita telah sampai. Tolong pikirkan keputusan mu lagi, supaya tidak akan jadi berlarut-larut, masalah kalian."

Kau keluar pintu setelah di bukakan olehnya. Anggukan mu membuatnya tersenyum. Pria tua yang ramah, batin mu. Kau berterima kasih kemudian memasuki pintu utama mall.

Pikiran mu saat ini adalah baju bayi, sepatu bayi, mainan bayi. Sebuah toko dengan seluruh perlengkapan bayi seperti surga di matamu.

Hati mu riang, gembira penuh. Matamu termanjakan oleh warna warni pastel yang lembut dengan ukuran begitu imut dan tampilan nan lucu.

Seorang pelayan menyapa mu kemudian mengikuti mu. Menerangkan dan berbagi informasi mengenai bahan, ukuran, warna dan ketersediaan stok.

"Nyonya, apakah nyonya istri dari tuan Kim CEO lotte?" Pandangan mu tertuju tiba-tiba pada wanita muda yang berdiri di samping mu membawa tas belanja mu yang sarat muatan.

"Kau mengenali ku?" Senyum gusar mu kau sembunyikan dengan kembali fokus memilih jumper bayi dihadapan mu.

"Aku mengenali anda karena aku fans anda. Anda dulu model rumah mode. Lingerie bukan? Anda begitu sexy berjalan di run way dengan two pieces itu."

"Tapi sekarang aku gendut, tak sexy lagi." Curhatmu dianggap candaan olehnya. Dia tertawa terkekeh.

"Siapa yang tidak akan gendut jika hamil? Aku membaca artikel soal kalian para model untuk rumah mode itu. Hidup kalian ketat bukan? Sepertinya kalian tak bisa bernafas." Kau tersenyum.

"Aku hidup sampai sekarang." Goda mu.

"Aku tak bisa bayangkan betapa kau menahan untuk makan makanan yang kau sukai. Aku membayangkan betapa lelah kalian diet dan olah raga. Belum lagi berjalan dengan heels setiap hari di kesempatan manapun dan kapanpun. Betapa lelah dan tersiksa nya kulit mu memakai make up untuk selalu tampil sempurna."

Kau berhenti memilih karena kau tertarik dengan pembicaraan kalian. Kau memutar tubuhmu supaya bisa menghadapnya.

"Menurutmu bagaimana aku sekarang? Bagaimana penampilan ku?" Perspektif orang lain pikir mu.

"Kau layaknya wanita hamil biasa. Hanya saja kau tetap cantik dengan make up tipis itu."

"Kau tak bermasalah dengan bentuk dan ukuran badan ku?" Pancing mu lebih dalam.

"Aku bahkan tak punya pacar. Aku juga ingin punya keluarga, gadis di usiaku juga sibuk kencan, tapi aku? Aku hari ini kerja dia shift karena temanku ada kencan. Aku menyedihkan bukan?" Wajahnya sesaat kuyu namun dia malah tersenyum manis kearah mu.

Caranya menyembunyikan kegusaran hatinya sungguh hebat. Kau kagum dengan gadis muda di hadapanmu sekarang.

"Kau langsing, kau muda, kau cantik, kau ramah dan aku yakin kau baik hati. Kau tak gusar jika menikah, lalu hamil kau akan menjadi gendut dan tubuhmu akan melar."

"Jika aku menikah berarti aku sudah siap untuk semua hal itu nyonya. Impian para gadis adalah menikah dengan orang yang dicintai dan mencintai mereka bukan? Bonus dari pernikahan adalah anak. Prosesnya harus seperti itu. Itu normal dan wajar bukan?" Anggukan kepalamu menyambut jawabnya.

"Apakah kau pikir suamimu nanti akan menerima perubahan fisik mu? Aku tau jika masa muda itu masa keemasan. Makin kesini kau akan semakin tua dan stress karena perubahan."

"Aku ingin menikah atas dasar cinta dan komitmen. Jika dia mencintai dan berjanji padaku maka aku yakin dia tak bermasalah dengan perubahan dalam diri ku toh anak adalah buah cinta bukan?"

Deg!

Tanpa SyaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang