2. Pidato suamiku

105 10 0
                                    

Mobil kalian berhenti tepat didepan kerumunan orang. Blitz kamera para wartawan terus membidik kalian yang bahkan belum turun dari mobil.

Pengusaha muda member Bangtan itu telah mencapai pencapaian besar dalam bisnis setelah sebelumnya dalam prestasi bermusik.

Seokjin turun lebih dulu kemudian dengan sangat telaten dia membantumu keluar dari mobil. Wajahnya sangat bahagia. Kalian membungkuk kepada undangan yang telah menunggu.

Kau berdiri disampingnya ketika Seokjin memotong pita peresmian. Tepukan tangan membuat wajahnya bangga sekaligus malu-malu. Senyumnya tak pernah pergi dari wajah tampannya.

Tangannya meraih pinggang mu yang memang melebar ketika pembawa acara mengarahkan kalian ke ballroom lantai paling atas mall.

"Seokjin, kau akan menjadi ayah rupanya." Walikota menatap mu dengan sangat sopan.

"Benar pak, ini adalah putri pertama kami." Seokjin menepuk tanganmu yang dia genggam erat. Mata lain beradu sesaat. Kau merasakan kebanggaannya memperkenalkan mu dan calon putri kalian.

"Aku harap kalian sehat dan panjang umur hingga dia besar nanti." Walikota tersenyum kemudian meninggalkan kalian untuk kembali ke tugasnya.

Gala dinner digelar pada peresmian mall sore ini. Kau sudah sangat sering mengikuti acara seperti ini. Kau duduk dengan tenang di samping Seokjin yang terus menjamu para koleganya dengan wine, dengan pembicaraan bisnis yang tak henti-hentinya. Kau hanya bingung memulai percakapan dengan orang asing yang adalah istri dari kolega suamimu.

"Nyonya Kim, kapan kau akan melahirkan?" Pertanyaan klise namun kau nantikan untuk membuka percakapan.

"Usianya 30 minggu, sekitar dua bulan lagi nyonya. Terima kasih sudah bertanya."

"Kau manis sekali. Seokjin telah mengajari mu rupanya. Ah! Apa kau akan melahirkan di Korea?" Pertanyaan dan jawaban bersahutan diantara kau dan dia. Sesekali kalian terkikik karena sesuatu yang lucu atau seolah-olah perlu ditertawakan.

"Kau model? Dulu? Benarkah?" Boleh matanya hampir keluar dari kelopaknya karena kaget.

"Itu jauh sebelum aku mengenal Seokjin, nyonya."

"Aku kira para model tak bisa gemuk jika hamil. Ternyata mereka semua sama saja dengan orang kebanyakan." Entahlah, apakah Seokjin mendengar pernyataan wanita paruh baya di sampingmu itu, namun dia malah menggenggam tangan mu.

"Aku tipe wanita yang harus menjaga pola makan agar tetap langsing. Tapi karena aku mengandung, aku makan semua yang ingin aku makan. Kulakukan untuk bayiku." Kau berusaha dengan kuat menutupi rasa sakit hati karena diremehkan oleh wanita yang baru kau kenal 10 menit yang lalu itu.

"Kau bisa diet nantinya. Jangan dipikirkan. Hanya saja pastikan kau memberinya ASI. Tapi, jika kau memberi ASI maka payudaramu akan menjadi longgar dan kempes. Tapi tak apa bisa operasi."

Telingamu sangat panas karena pertanyaan dan jawabannya sendiri. Tak bisakah wanita ini menghargai orang lain? Tak bisakah wanita mendukung wanita lain?

Kau menyungging senyum kecut, akan lebih baik jika kau hanya mendengarkan obrolan Seokjin dengan para koleganya tanpa mengerti daripada mengobrol dengan wanita tak punya kesopanan sepertinya.

Hidangan penutup disajikan dengan iringan lagu yang dinyanyikan seorang artis solo yang sedang naik daun.

"Chagiya, apa kau lelah?" Pria ini selalu khawatir tentang mu.

"Aku menjaganya tuan Kim." Wanita teman ngobrol mu menyambar. Seokjin tersenyum getir.

"Aku tak apa, acara akan segera berakhir bukan?" Tanya mu berbisik takut mendapat manuver jawaban lagi.

"Belum nyonya, tuan Kim belum memberi sambutan." Kalian terkekeh kecil.

Nama Seokjin di sebut untuk memberi pidato singkat. Kau memberinya semangat dengan membalas kecupan bibirnya.

"Kau tak perlu melakukan itu, banyak orang lihat, kamera pun melihat." Kau hanya mendengus kesal mendengar komentar tak perlu itu.

".... Aku hanya ingin berterima kasih pada semua yang tak pernah meragukan ku. Termasuk pada istriku. Terimakasih karena selalu sabar menunggu hingga aku bisa berdiri disini. Sayang, Terima kasih."

"Omo, dia sangat mencintaimu rupanya." Kau tersenyum dengan sangat bangga padanya. Ciuman jauh versi world wide handsome miliknya yang sangat melegenda kembali muncul setelah 4tahun sejak dia tak lagi muncul sebagai salah satu Bangtan.

Tentu saja semua menjadi histeris dan kaget terpukau dengan kelakuan konyolnya yang manis itu. Kau mengacungkan dua jempol tangan mu untuknya.

"Ahhh aigooo kalian seperti anak muda." Keluhannya terdengar rungu mu.

"Apakah anda merasa terganggu dengan kami? Jika anda terganggu aku hanya bisa menyarankan untuk anda pergi, karena aku adalah nyonya pesta malam ini."

Seketika itu juga wanita di sampingmu itu menutup mulutnya rapat. Kau tahu dia sangat terkejut dan menderita karena ucapan mu. Kau tak butuh suamimu untuk bertahan dari serangan semacam itu.

"Pembukaan cabang ke 4 ini adalah hadiah untuk calon bayi kami. Seperti yang kalian tau, kami menunggu hadirnya cukup lama, maka hadiah ku sebagai ayahnya pun harus cukup bagus."

"Pria itu.. Aigooo... Mulutnya besar sekali? Bayi mana tau soal hadiah." Kau memejamkan mata dengan menahan kesal.

"Banyak orang telah mendukungku dengan caranya, dengan dukungan moral dan spritual bahkan dengan hujatan, keraguan dan pandangan sebelah mata."

"Akhirnya kau tau diri!" Ingin rasanya kau menyiramkan wine di hadapanmu ke wajahnya. Kau sangat penasaran mengapa wanita ini menjadi Haters suamimu?

"Aku pikir siapapun bisa menjadi yang dia inginkan. Hanya perlu kerja keras dan kesabaran. Aku bukan siapapun tanpa Bangtan dan Army dulu. Setelahnya aku bukan siapapun tanpa istriku. Aku sekarang adalah aku yang saat ini karena istriku tak pernah meragukan ku." Mata kalian saling bertatapan. Otomatis kau tersenyum lebar untuk pria yang membuatmu jatuh cinta dengan caranya dan dia bahkan sedang melakukan itu lagi sekarang.

Lelaki dengan lebar bahu 60 cm itu berdiri dengan gagah dan imut dihadapan banyak orang. Memakai setelan jas di atas panggung sendirian. Dia sedang menyanjung mu secara bertubi-tubi.

Hatimu hangat, merasakan aliran cinta dan kasih sayang darinya.

"Tuan Kim, maukah anda dan nyonya Kim berduet? Satu lagu saja. Kami ingin mendengar member tertua Bangtan bernyanyi lagi." Permintaan pembawa acara membuatmu terdiam.

Tanpa SyaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang