Saat ini adalah waktunya pulang. Aku segera mencari Eun ra dari dalam mobil. Mataku berkeliaran. Saat aku menemukannya , aku langsung keluar. Dan menariknya secara paksa ke dalam mobil.
"Yaa!! Kim Jong in-ssi, apa yang kau lakukan?!! Biarkan aku turun!!" Teriaknya liar.
"Hanya sebuah penculikkan!" Jawabku singkat, seraya tersenyum nakal. Aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Aku sengaja menakut-nakutinya.
"Mworago?! Yaa!! Micheoseo?!!" Ia mendorong tubuhku.
Tak lama ponselnya berbunyi. Ia mengangkatnya, namu seketika nadanya menjadi bergetar. Kulihat tatapannya kosong, tangannya berkeringat. Bahkan tak lama setelah itu ia menjatuhkan ponselnya.
"Yaa!! Waeyo? *mengambil ponselnya, lalu mengangkatnya* "
Ya, kudengar kabar dari suatu Rumah Sakit, bahwa halmeoni nya meninggal dunia. Tak lama ia menangis sekencang-kencangnya. Aku hanya segera membawanya ke Rumah Sakit yang menelepon tadi.
Sesampainya di Rumah Sakit aku terus memapahnya jalan dengan rangkulanku di pinggangnya. Aku takut ia jatuh pingsan.
"Yoon Eun ra-ssi?" Tanya seorang perawat
"Ne, itu aku." Jawabnya lemas
"Nyonya Yoon Ji hyun menitipkan ini sebelum ia pergi." Aku menerima sebuah surat darinya.
"Kamsahamnida. *membungkukkan badan* " Aku terus menopang tubuhnya. Lalu memapahnya untuk duduk di bangku koridor. Ia terus menangis di pundakku.
"Oppaaa.." Ia tak henti-hentinya menangis.
"Sudahlah, Eun ra-ssi.. Kau harus belajar merelakannya sekarang!" Ujarku sambil menepuk-nepuk pundaknya.
Eun ra POV
Aku terus menangis di pundaknya. Entah mengapa aku sangat nyaman menangis di pundaknya. Ia terus merangkulku sambil menepuk pundakku. Membuatku tertidur di pundaknya.
Esoknya adalah hari pemakaman halmeoni ku. Aku menjadi salah satu perwakilan keluarga. Kulihat semua orang datang berpakaian hitam dan menjabat tanganku. Yang kupikir ini hanyalah mimpi, ternyata sudah tepat berada di depan mataku.
Kemudian aku melihat seorang Yeoja bergaun hitam. Ia datang sambil menangis melihat foto halmeoni. Ia terlihat sangat rapuh dengan tangisannya. Aku berpikir siapa dia.
Tak lama ia beranjak, lalu menghampiriku. Sekilas aku melihat wajahnya. Ya, itu dia!! Adikku, Yoon Eun ri. Ia menundukkan kepalanya, lalu bertekuk lutut dihadapanku.
"Eonnie, jeoseonghamnida.." Ucapnya luluh.
"Yoon Eun ri-ssi?? Kajimma!! Kajja ireonna!!" Aku membangunkan tubuhnya untuk berdiri. Betapa terkejutnya aku ia langsung memelukku. Sontak air mataku tak dapat terbendung lagi.
"Jeoseonghaeyo, Eonnie! Jeongmal jeoseonghaeyo..."
"Gwenchana, Eun ri-ahh."
"Aku menyesal meninggalkanmu sendirian dulu. Ditambah lagi setelah hubungan kau dan Jong in Oppa putus. Aku meninggalkanmu! Mianhaeyo.. Aku tak seharusnya seperti itu terhadapmu."
"Sudahlah.. Tak usah dibahas lagi! Nan gwenchana. Aku sudah melupakannya!"
Kulihat di belakang ada seorang namja yang ikut melayat. Ia yang rela menemaniku semalaman.
"Eoh?! Jong in-ssi.."
"Gwenchana?" Tanyanya seraya memelukku erat.
Ia selalu bisa saja menenangkanku saat aku seperti ini. Itu yang membuatku hingga sekarang tak bisa melupakannya. Terlebih lagi ia datang lagi dikehidupanku ketika aku sedang tidak mengharapkannya, itu membuatku akan lebih sulit membuatnya hilang dalam pikiranku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fate Not Ending Here ! (EXO FanFiction)
FanfictionPrologue Mengapa sebuah takdir yang buruk tiba-tiba menimpaku? Menjadi suatu kenangan buruk yang mengganggu dan selalu terngiang ditelingaku. Dan mengapa sesuatu yang tak kuinginkan terjadi?