4. lo siapa?

20 1 0
                                    

¤¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤¤

"Kenapa gue bisa kalah sih?! Lo! Jelasin ke gue! Kenapa gue bisa kalah coba?!"

Brakk!

Rachel menggebrak meja bar diskotik, membuat sang bartender memarahinya dan menyuruhnya untuk pulang.

"Ribet banget sih lo?! Lagi kesel nih gue! Masa gue kalah coba!" Racau Rachel. Dia sudah sangat mabuk saat ini, karena ia terus menerus minta tambahan minuman.

Rachel sangat risih dengan ocehan bartender yang terus menyuruhnya pulang, akhirnya ia pun memberikan uang pada sang bartender kemudian ia berjalan pergi dari sana.

Namun saat Rachel berdiri, tiba tiba kepalanya sangat pusing dan tubuhnya oleng ke belakang.

Rachel terkesiap, karena tubuhnya tidak jatuh. Ya, ada seseorang yang menahan tubuhnya.

Rachel menyipitkan matanya. Pandangannya mulai kabur, mungkin akibat terlalu kebanyakan minum.

"Elo...orang itu..."

🍁🍁🍁

Rachel melenguh, ia memegangi kepalanya saat berusaha untuk membuka matanya.

Rachel baru ingat, ia sudah minum banyak semalam. Tapi...mata Rachel membelalak saat ia menatap sekeliling ruangan.

Ini bukan rumahnya.

Lalu dimana dia sekarang? Rachel mendengar suara air dari dalam kamar mandi. Rachel tebak, orang pemilik apartemen ini pasti sedang mandi.

Rachel langsung menuruni kasur, ini adalah kesempatan yang bagus untuk kabur. Untungnya Rachel bangun dengan keadaan utuh, dia tidak mau lama lama disini.

Ia takut kalau orang yang membawanya kesini adalah orang jahat. Namun keberuntungan tidak datang padanya saat ini, baru saja Rachel ingin membuka pintu. Terdengar suara pintu terbuka dari kamar mandi.

"Mau kemana lo?"

Rachel terdiam di tempat, Ia bingung ingin menjawab apa. Rachel tidak berani menoleh entah kenapa nyalinya malah ciut padahal baru mendengar suara orangnya.

Rachel menarik napas dalam dalam. "Rachel ini bukan lo! Mana Rachel yang berani," gumam Rachel berusaha meyakinkan dirinya.

Rachel perlahan menoleh kebelakang. Ia tercengang melihat pemandangan di hadapannya. Laki laki itu hanya menggunakan handuk untuk menutupi bawahannya. Rachel menelan ludahnya susah payah, kenapa ia harus malu memandang laki laki di hadapannya.

Padahal Rachel sudah biasa melihat
Bagas dan Deon telanjang dada jika mereka sedang main di rumah Deon.

Rachel buru buru membuang pandangannya. Entah kenapa ia sangat malu, dan sudah di pastikan pipinya memerah karena salah tingkah.

"Kenapa lo? Sakit? Mukanya merah gitu," ujar laki laki di hadapannya.

Rachel meringis. "Nggak apa apa, lo...yang udah bawa gue kesini?"

Laki laki itu hanya berdehem membalas ucapan Rachel. Ia berjalan ke arah lemari dan mengambil baju dan celananya. Rachel membulatkan matanya melihat laki laki itu mengambil celananya.

Jangan jangan dia mau make disini lagi...

"Eeehhh! Lo mau ngapain?!" Rachel refleks menutup matanya menggunakan tangan.

Laki laki itu mengangkat sebelah alisnya. "Make baju lah."

Rachel berdecak. "Maksud gue, lo ngapain pake baju depan gue?!"

Laki laki itu terkekeh. "Lo cewek?"

Rachel mengernyit tak terima. "Maksud lo apaan ngomong gitu?!"

Laki laki itu terekeh geli. "Nggak apa apa, gue cuma heran aja. Ada ya cewek kayak lo."

"Emang gue cewek kayak gimana?!"

Laki laki itu berhenti terkekeh, kemudian ia berlalu masuk kembali ke kamar mandi.

"Nggak jelas banget sih!" Dumel Rachel.

Namun tiba tiba pintu kamar mandi kembali terbuka. "Jangan berani beraninya lo kabur. Lo tidur di kasur gue semalem, dan lo harus bayar itu!" laki laki itu langsung kembali masuk ke dalam kamar mandi.

Rachel membelalak tak percaya. "Terus ngapain lo bawa gue kesini, kalo gue suruh bayar?! Gila kali ya tuh cowok!"

Rachel memeriksa ponselnya yang berada di saku jaket. Rachel menghela napas berat, ternyata ponselnya mati.

Rachel membelalakkan matanya saat melihat jam dinding yang berada di kamar laki laki itu.

Jam menunjukan pukul 07.00

"Gila! Telat gue!" Wajah kaget Rachel seketika berubah menjadi biasa saja.

"Bodo amatlah, persetan ama si Beni." Rachel menghela napasnya. Ia menoleh ke arah kamar mandi, ia berharap laki laki itu mengenakan bajunya lama disana.

Rachel kembali berjalan menuju pintu, ia memutar gagang pintu. Rachel mengumpat kesal, karena pintu terkunci. Lagi lagi ia tak beruntung.

Laki laki itu keluar dari kamar mandi dengan seragam sekolah.

Tunggu...logo sekolah itu....

Rachel menghampiri laki laki itu dan melihat logo di bajunya dari dekat.

Mata rachel membelalak. "Lo...sekolah di bina bangsa?"

Laki laki itu mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?"

Rachel menggeleng kemudian menjauhkan badannya dari laki laki itu dan membuang pandangannya. 'Shit, gue satu sekolah sama dia? Tapi kenapa gue nggak pernah liat dia?'

"Ada masalah? Sekarang juga lo bayar biaya lo nginep disini selama semalem," ujar laki laki itu.

Rachel melotot tak terima. "Lo apaan sih?! Kok gue jadi bayar? Lo niat nggak sih nolongin gue?"

Laki laki itu mendengus mengejek. "Jaman sekarang, kencing juga bayar. Apalagi elo yang nginep di apart gue, apalagi tidur di kasur gue itu."

Rachel menggeram kesal. Pasalnya dia tidak mempunyai uang, karena semua uangnya habis akibat minuman yang ia pesan semalam.

"Gue minjem chargeran lo, gue mau charge hp gue dulu. Nanti gue suruh temen gue transfer ke rekening lo"

Laki laki itu melirik ke arah nakas, Rachel mengerti pandangan laki laki itu. Ia berjalan ke arah nakas dan membuka lacinya satu persatu. Setelah mendapatkan chargeran yang ia butuhkan, Rachel langsung men-charge ponselnya.

"Nggak usah pake lama. Gue mau berangkat sekolah."

Rachel terkekeh. "Berangkat sekolah? Bina bangsa jam segini udah di tutup kali gerbangnya." namun seketika Rachel langsung mengatupkan bibirnya. 'Shit, kenapa gue harus keceplosan. Pasti dia bakal curiga kalo gue sekolah disana'

Benar dugaannya, laki laki itu memicingkan matanya menatap Rachel curiga. "Kenapa lo bisa tau kalo gerbang bina bangsa udah di tutup jam segini?"

Rachel tak berani menatap laki laki itu. "Gue...gue kebetulan sekolah di deket situ."

Laki laki itu mengangkat sebelah alisnya. "Nama sekolahnya apa?"

Rachel meringis kecil. Sebenarnya tidak ada sekolah lagi di dekat bina bangsa. Jelas saja Rachel hanya membual, ia tidak mau laki laki tengil ini tau kalau mereka satu sekolah.

"Emm...itu...harapan bangsa."

Laki laki itu mengangkat kedua alisnya. "Oh..yaudah cepetan gue mau berangkat."

Rachel berdecak kesal. "Iya sabar, ini juga lagi di nyalain hpnya." Rachel menghela napas lega karena laki laki tengil itu ternyata bodoh, laki laki itu tidak curiga kalau Rachel berbual tentang sekolahnya.





●●●
TBC:)

BAD AND COLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang