3. Ras Naga

6.7K 872 17
                                    

Sosok mungil yang bahkan tidak mencapai 100cm, mengerjapkan mata ketika melihat pantulan dirinya. Bulat dan polos, sepasang kelereng sewarna laut dalam begitu mempesona. Ditambah bulu mata gelap yang melengkung dan tebal—selayaknya penegas betapa indah sepasang iris shappire yang berkilau penuh dengan kemurnian.

Namun Leo tidak menikmati keindahan mata itu sama sekali. Ia menunduk menatap kedua tangan putih nan gemuk. Mengkerutkan kening dan mengerucutkan bibir semerah delima, ia kembali mendongak menatap sosok yang terpantul di dalam cermin.

Batita berkulit putih dengan helai kelabu pendek nan tebal tepat di depannya. Wajah lugu nan bulat mendapatkan sentuhan merah muda pada kedua pipi gembil. Sepasang kelereng biru gelap itu bulat—penuh rasa ingin tahu yang lucu. Dipadukan dengan hidung bengir dan alis tipis yang dengan lembut tersulam melengkung …

Satu kalimat.

Anak kecil di dalam cermin terlihat seperti boneka porselen yang ingin semua orang peluk.

Sayangnya, tubuh itu adalah tubuhnya. Leo sudah berkali-kali melihat—hanya untuk tidak sabar agar lebih tinggi dan besar—jadi ia sudah kebal tingkat dewa dengan pesona dirinya sendiri.

Namun …

Boneka kecil itu menyeringai bangga sebelum akhirnya terkikik saat menatap pantulan dirinya sendiri. Oh, sudah berapa lama ia terkurung di sini? Leo tidak tahu, tetapi mendapati pertumbuhan dari tidak bisa tengkurap menjadi bisa berjalan dan berlari, membuat jantungnya menggebu-gebu! Terlebih ia bukan hanya melatih fisik, tetapi juga kemampuan!

Perasaan tidak sabar menggerogoti hingga membuat Leo merasa hatinya gatal.

“Tuan, gunakan pelindung Anda,” suara dingin dan datar kembali terdengar. Robot lebah itu terbang membawa selembar kain putih besar—membungkus sang batita dengan terampil hingga seluruh tubuhnya tertutup bak lemper.

“Miko … kelual peltama,” suara kekanakan yang cadel terdengar—lembut dan imut. Benar-benar khas seorang anak yang baru belajar berbicara. Mendengar suaranya sendiri membuat Leo bungkam. Wajah kecil itu semakin memerah—malu luar biasa dengan lidah kecil yang belum bisa berbicara dengan baik.

Micro tidak mengejek. Robot lebah memastikan Tuan kecilnya terlindung dengan kain putih itu. Setelah berputar mengelilingi Tuannya beberapa kali dan memastikan tidak ada tempat yang tidak tertutup bahkan kepala, robot itu berhenti berputar.

“Baik, Tuan,” lebah hitam-kuning mengangguk. “Silahkan kirim saya.”

Leo, yang sudah berubah menjadi pangsit kecil, mengeluarkan kemampuannya dan dalam persekian detik, robot hitam-emas menghilang.

Ruangan mendadak hening.

Tidak ada kehidupan lain selain si kecil. Leo juga tidak bisa bergerak. Ia benar-benar dibundel oleh kain putih yang merupakan kain ciptaannya sendiri. Diantara pertahanan yang lain, benda yang terlihat hanya seperti kain ini memang pertahanan paling baik.

Kain ini dibuat khusus. Perendaman alkimia, bahan benang yang terbuat dari sutra laba-laba emas dan simbol rune yang dibordir khusus. Kain yang tahan akan panas dan dingin, serangan fisik dan kemampuan, merupakan salah satu pertahanan kelas rendah terbaik yang pernah dibuatnya. Namun sayanganya …

Melirik ke cermin, Leo melihat kepompong putih yang hanya menonjolkan sepasang mata bulat berwarna biru dengan sedikit helai kelabu yang mengintip. Tertutup sempurna seperti ini seharusnya membuat si kecil kepanasan dan berkeringat, tetapi kain telah dibuat khusus. Ia merasa nyaman. Tidak panas atau dingin. Jadi, mengesampingkan penampilan yang menyedihkan, Leo bertahan seraya terus menghitung di dalam hatinya.

Baby's DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang