33. Bayi Kecil Papa

1.9K 265 4
                                    

3 jam telah berlalu. Bahkan, sebelum 3 jam, Leo telah melangkah keluar dari Makam.

Hal pertama yang menyambutnya adalah pelukan dari pemuda yang terus menerus gelisah.

"Baby sangat senang?" kekhawatiran Cosmos sirna begitu saja. Pertanyaannya tertelan, digantikan dengan perasaan lega begitu mendapati ekspresi wajah remaja di pelukannya berubah.

Si kelabu tidak memasang ekspresi dingin. Kedua pipi pucatnya, kini kemerahan, dengan sepasang netra biru yang berkilau penuh antusias. Senyuman kecil tidak henti mengembang, memberitahukan suasana hati yang begitu baik dari sosok remaja mungil yang berada di gendongannya.

"Um," Leo tanpa ragu mengangguk. Mengakui suasana hati yang terasa ringan dan nyaman. Ini di luar ekspektasinya. Bagaimanapun, pada awalnya ia tidak menerima kematian semua orang, di mana semua orang meninggalkannya sendiri di dunia yang asing dan aneh ini. Namun, begitu ia bertemu dengan keempat makam, melihat langsung bahwa mereka benar-benar telah pergi ...

Lao tahu bahwa ia telah menerima semuanya.

Untuk menghilangkan rasa sakit dari duri yang menancap, kau harus mencabut duri itu sendiri. Meski sakit, tetapi lukamu akan sembuh. Hal ini yang menjadi tekat sang Penyihir. Ditinggalkan sendirian, mengetahui semua orang yang kau sayangi telah pergi, bohong bila Leo bisa menerima begitu saja. Ia kalah oleh waktu, tetapi lucunya, waktu juga lah yang secara perlahan mengobati kerinduannya.

"Mereka tertidur dengan sangat damai," Leo berbisik. Remaja kelabu itu memeluk leher sang Naga, mengeluarkan suara kekanakan yang begitu menyenangkan. "Papa, aku tidak mau mengganggu tidur mereka, biarkan mereka beristirahat dengan tenang."

Cosmos tersenyum kecil. Tangan putihnya dengan lembut menepuk-nepuk punggung sang remaja. "Um," gumamnya. Lalu sepasang netra emas menatap pria tua yang sejak tiga jam lalu, berdiri bersamanya. Tenang, memandang mereka dengan senyuman lembut yang merekah. "Felix, kami sudah selesai."

Diandra Felix yang sejak tadi diam, tersenyum. Ia mengangguk dengan lembut. "Baiklah, silahkan ikuti saya," ujarnya sopan, lalu melangkah lebih dahulu untuk menunjukkan jalan. Bagaimanapun, sebagai Kepala Sekolah Academy Ruby, Incubus tua ini harus memiliki navigasi yang tepat untuk setiap area sekolahnya.

Ketiganya keluar dari dalam kastil tua yang memiliki banyak pilar dan cabang. Area tempat mereka berada begitu sepi, banyak tumbuhan yang dengan liar merambat pada dinding, memberikan kesan angker dan tidak terawat, ditambah tidak adanya penghuni pada area besar ini, kompleks kastil tua lebih terlihat seperti kota kuno yang mati.

Pemandangan ini membuat Cosmos tertarik. Sesekali ia akan mengobrol dan bertanya kepada Incubus tua dan pria itu akan menjelaskan dengan sabar. Selama perjalanan, Leo benar-benar menikmati waktunya. Ia digendong, mencium aroma yang familier dan telah bertemu dengan keempat murid kesayangannya. Semuanya dalam keadaan baik dan tempat peristirahatan itu, terjaga dengan baik. Hal ini membuatnya lega hingga sang remaja, tanpa sungkan sama sekali, tertidur di gendongan sang Naga.

Pada akhirnya, sang remaja terbangun ketika mulai merasa lapar.

"Baby?" menyadari bahwa sosok yang tertidur akhirnya bangun, Cosmos menoleh, mengusap kepala di balik tudung yang dikenakan sang remaja. "Lapar?"

Leo mencium aroma makanan, hal ini semakin membuat perutnya memberontak minta diisi. Cemberut, remaja itu menoleh, mendapati bahwa mereka telah berganti tempat ...

Ruangan yang cerah nyaris membutakan matanya.

Lapisan kaca pada dinding memamerkan suasana terang di luar sana. Menghantarkan cahaya matahari terik untuk masuk dan menyinari ruangan besar. Berderet lukisan tua ditempel pada dinding putih, berdampingan dengan jendela-jendela prancis yang terbuka lebar menyambut suasana hijau hutan.

Baby's DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang