Bercinta dengan Biduan 2

40.9K 241 0
                                    

Sambil bermain dan bernyanyi, matanya menatapku. Aku pun menatapnya. Untuk menggodanya, aku mengedipkan mataku. Aku kembali berbicara dengan clientku. Tak lama kudengar suara Felicia menghilang dan berganti dengan suara penyanyi pria. Kulihat sekilas Felicia tidak nampak.

Tit.. Tit.. Tit..

SMS di HP-ku berbunyi.

“Felicia.” tampak pesan SMS di HP-ku. Wah.. Felicia meresponsku. Segera kutelepon dia.

“Hai.. Aku Boy. Kau di mana, Felicia?”

“Hi Boy. Aku di belakang. Ke kamar mandi. Kenapa ingin tahu HP-ku?”

“Aku tertarik denganmu. Suaramu sexy.. Sesexy penampilanmu,” kataku terus terang. Kudengar tawa ringan dari Felicia.

“Rayuan ala Boy, nih?”

“Lho.. Bukan rayuan, kok. Tetapi pujian yang pantas buatmu yang memang sexy. Oh ya, pulang dari cafe jam berapa? Aku antar pulang ya?”

“Jam 24.00. Boleh. Tapi kulihat kau dengan temanmu?”

“Oh.. dia clientku. Sebentar lagi dia pulang, kok. Aku hanya mengantarnya sampai parkir mobil. Bagaimana?”

Okay.. Aku tunggu ya.”

Okay.. See you soon, sexy..”

Aku melanjutkan sebentar percakapan dengan client dan kemudian mengantarkannya ke tempat parkir mobil. Setelah clientku pulang aku kembali ke cafe. Waktu masih menunjukkan pukul 23.30.

Masih 30 menit lagi. Aku kembali duduk dan memesan hot tea. 30 menit aku habiskan dengan memandang Felicia yang menyanyi. Mataku terus menatap matanya sambil sesekali aku tersenyum. Kulihat Felicia dengan percaya diri membalas tatapanku. Gadis ini menarik hingga membuatku ingin mencumbunya.

Dalam perjalanan mengantarkan Felicia pulang, aku sengaja menyalakan AC mobil cukup besar sehingga suhu dalam mobil dingin sekali. Felicia tampak menggigil.

“Boy, AC-nya dikecilin yah.” tangan Felicia sambil meraih tombol AC untuk menaikkan suhu. Tanganku segera menahan tangannya. Kesempatan untuk memegang tangannya.

“Jangan. Udah dekat rumahmu kan? Aku tidak tahan panas. Suhu segini aku baru bisa. Kalau kamu naikkan, aku tidak tahan.” alasanku.

Aku memang ingin membuat Felicia kedinginan. Kulihat Felicia bisa mengerti. Tangan kiriku masih memegang tangannya. Kuusap perlahan. Felicia diam saja.

“Kugosok ya.. Biar hangat,” kataku datar. Aku memberinya stimuli ringan. Felica tersenyum. Dia tidak menolak.

“Ya.. Boleh. Habis dingin banget. Oh ya, kamu suka jazz juga ya?”

Lanjut =>

Skandal TerlarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang