Perfect | 05

191 11 0
                                    

P e r f e c t
P a r k C h a n y e o l
-

Tanpa dikomando, Chanyeol memberhentikan motornya di tepi jalan, melepas jaket yang ia kenakan dan memberikannya kepada Evelin. "Pakai nih jaket, biar lo gak masuk angin."

"Hah? Biar di lo aja, kan yang didepan lo kok bisa gue yang make sih."

"Bawel," Cahnyeol memakaikan jaket itu ke Evelin. Dan cewek itu tersipu malu seketika.

"Udah, ayo lanjut jalan." Evelin tak bisa menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Mereka menikmati perjalanan menuju rumah Evelin. Tak banyak bicara hanya dekap kehangatanlah yang menjabarkannya.

Tak lama perjalanan mereka berakhir.

Evelin langsung melepas jaket itu dan memberikannya kepada Chanyeol. "Ini jaket lo."

"Setidaknya dicuci dulu napa, buru-buru amat."

"Oh jadi tujuannya lo nyuruh gue buat nyuciin jaket lo ini, hah?!"

"Ya gak gitu juga."

Evelin menarik napas dan menghembuskannya perlahan. "Ya udah iya-iya, makasih juga udah minjemin walau ujungnya suruh nyuciin." ucapnya kesal.

"Udah gue mau pulang duluan. Salam buat mama lo."

"Iya."

"E—Ev," Canyeol memanggil kembali Evelin dan cewek itu membalikkan badannya.

Dengan sigap Chanyeol menarik tangan Evelin dan membuatnya hanya berjarak beberapa inci dari wajahnya. Angin sore menjelang malam bertiup dan memainkan rambut Evelin yang tergerai panjang.

Dan cup...

Benda kenyal itu saling bersentuhan dan menimbulkan sensasi yang tak dapat dijabarkan dengan kata-kata.

Evelin mendorong badan Chanyeol dan membuatnya hampir terjatuh dengan motornya. "Dasar mesum." Evelin mendengus kesal.

Chanyeol mengacak ujung kepala Evelin dengan mesra. "Maaf... udah ya gua mau pulang,"

Evelin menatap lekat punggung Chanyeol sampai hilang dari pandangannya. Setelah itu Evelin bergegas masuk untuk mencuci segera jaket itu agar besok bisa langsung dikembalikan pada pemiliknya.

"Ev pulang sama siapa? Sama Chanyeol ya? Kok dia gak mampir dulu?" tanya mamanya dengan pertanyaan bertubi-tubi. Namun Evelin hanya bengong dengan senyum mengembang di wajahnya.

"Ev, mama tanya kok malah senyum-senyum sendiri. Tu muka juga jadi mereh gitu kenapa?"

"E—Enggak ma. Gak papa. Ya udah ma Evelin ke kamar dulu buat ganti baju terus mau nyuci jaket ini sebentar."

"Pertanyaan mama kok gak dijawab?"

"Enggak tau ma, nanti kalau Chanyeol kesini tanya aja ke anaknya langsung." Evelin langsung melenggang ke kamar.

"Perfect." kata itu menggambarkan betapa sempurnanya hari ini.

"Eh tadi nyata gak sih?" tanya Evelin pada dirinya sendiri. Dia berniat mencubit pipinya dengan kedua tangannya. "Auu... sakit,"

Setidaknya untuk hari ini, dia dibuat benar-benar gembira dan senang akan semua hal yang terjadi.

***

Evelin tergesa-gesa. Dirinya bangun kesiangan karena kejadian itu terus berputar memebuhi memori otaknya. Saat pemikiran itu terlintar di benaknya, dia akan senyum-senyum sendiri seperti orang bodoh.

"Ma Evelin berangkat dulu," ucap Evelin meraih tas dan menyelempangkannya di punggung. Tak lupa dia menyambar roti isi yang telah disiapkan oleh mamanya.

"Berangkat sama siapa?"

"Biasa ma, sama Karrin."

"Yang didepan kayaknya bukan Karrin. Oh iya sejak kapan Karrin mau diajak bareng?"

"Serius ma?"

"Lihat aja keluar."

Segera Evelin memakai sepatu dan keluar untuk melihat siapa seseorang yang dimaksud mamanya.

"Heh! Kok lo ada disini sih? Karrin mana?"

"Gue bilang kalo lo berangkat bareng gue. So ya gue suruh dia untuk duluan,"

"Chanyeol...!!!"

"Udah gak usah banyak bacot, gih naik keburu telat nanti."

Evelin berpegangan pada bahu kiri Chanyeol untuk membantunya menaiki motor sport milik Chanyeol. "Biarin, kan gue gak minta lo buat nganter gue ke sekolah."

"Udah?"

"Iya. Berangkat!" ucap Evelin memberikan komando.

Di pertengahan jalan mereka berhenti dan menepi sejenak untuk memastikan apa yang terjadi dengan motor yang mereka kendarai.

"Ev ban–nya bocor."

"Hah? Bego lo tadi dari rumah gak lo cek dulu apa?"

"Biasa juga baik-baik aja."

Evelin menarik napas. "Ya udah cepetan, ayo dorong nyari tambal ban terdekat."

"Serius lo mau nemenin dorong? Ntar lo telat."

"Oh ini 'to sisi lain dari ice prince?"

"Bangsat. Maksud lo apaan?"

"Iya, gue temenin. Bodo amat sama sekolah,"

Mereka berjalan dengan menuntun motornya sejauh 500 meter.

"Bang, tambal ban."

"Siap ditunggu dulu ya."

"Kalo bisa cepetan ya bang, sekolah soalnya."

"Iya."

Evelin duduk bersebelahan dengan Chanyeol. Mengamati apa yang dikerjakan penambal ban itu. "Mau minum gak?"

"Emang ada warung?"

"Mata lo buka makanya. Itu kalau bukan warung apaan?" jawab Chanyeol tanpa ekspresi.

"Ya udah, serah lo."

Chanyeol beranjak dari tempat duduknya menuju warung itu untuk membeli minuman. Selesai membayar, dia kembali dan memberikannya kepada Evelin.

"Kok satu belinya? Lo gak minum?"

"Satu buat berdua. Makanya ini gue minta sedotannya dua."

Evelin memasang ekspresi terkejut. Apakah ini mimpi untuk kesekian kalinya?

***
maap lama gk update
bingung sama alurnya gue
vote comment share
happy reading sorry typo
see u all

- Chanyeol

Perfect || Park Chanyeol ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang