Perfect | 01

3.5K 105 33
                                    

P e r f e c t
P a r k C h a n y e o l

--

06.00 A.M Jakarta, Indonesia.

Sinar mentari menelusup masuk melalui celah celah yang berada di kamar Evelin Maharani dan membuat kamarnya sedikit terlihat terang dari sebelumnya.

Cahaya mentari menyusuri tubuh Evelin dan membuatnya bangun. Evelin membuka matanya perlahan dan menutupinya dengan tangannya karena silau terpapar sinar matahari pagi.

Shinta mulai menaiki tangga yang menuntunnya menuju kamar putrinya. Selepas sampai di depan pintu Shinta mulai mengetuknya dan memanggil Evelin.

"Sayang, bangun udah siang," ucap Shinta sambil terus mengetuk pintu kamar Evelin.

"Masuk aja ma, Evelin udah bangun." jawab Evelin yang masih tiduran di atas ranjangnya.

Shinta membuka pintu dan menampilkan putrinya di atas ranjang yang masih bermalas-malasan. Shinta berjalan menuju Evelin dan duduk ditepi ranjang.

"Ayo bangun, buruan mandi gih udah siang." ucap mamanya.

"Lima menit lagi ma," ucap Evelin memindahkan kepalanya pada paha mamanya.

"Gak ada lima menit lima menitan, mandi gih, bau."

Shinta menurunkan kepala putrinya dari pahanya, bangkit menuju jendela dan membuka sedikit tirainya. Setelah itu Shinta melangkah meninggalkan kamar Evelin tanpa menutup pintu kamarnya kembali.

Evelin beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi yang berada tepat disebelah kamarnya dan mulai membersihkan badannya.

Lima belas menit kemudian Evelin turun menuju meja makan lengkap dengan seragam putih abu-abunya.

"Pagi Ma, Pa." sapa Evelin dengan senyum sumringah.

"Pagi sayang, makan gih." suruh mamanya.

Segera Evelin melahap makanan yang sudah tersaji di depannya. Baru beberapa suap masuk ke mulut Evelin, Erik papanya berdehem dan membuat semua pandangan tertuju papanya.

"Kenapa pa?" tanya Evelin yang tetap melanjutkan makannya.

"Papa mau ngomong serius ke kamu, sayang." ucap Erik membuat suasana menjadi tegang.

Di tengah-tengah ketegangan yang tercipta Kiki kakak Evelin datang dan memecah ketegangan yang terjadi.

"Pagi Pa, Ma." sapa Kiki singkat.

Shinta menyuruh Kiki untuk diam dan mata mamanya sesekali melirik kearah meja makan sebagai sebuah kode. Kiki paham apa yang dimaksud mamanya. Segera Kiki duduk dan Erik pun melanjutkan pembicaraan.

"Jadi gini, Papa sama Mama sudah sepakat," ucapan Erik.

"Sepakat buat apa pa?" potong Evelin.

Erik menarik napas dalam dan menghembuskannya secara perlahan. "Papa sama Mama sudah sepakat untuk menjodohkan kamu sama anak sahabat papa."

"Hah?! 'Dijodohin' Pa? Evelin gak salah denger kan?" tanyanya tak percaya.

"Iya, nanti malam anak sahabat Papa akan datang kesini." jawab Erik.

"Udah terima aja napa, kalau gak hidup lo akan susah." sambar Kiki.

Evelin menghentikan makannya, nafsu makannya seketika menghilang begitu saja. Evelin mulai berjalan keluar meninggalkan semuanya.

"Gak dilanjut makannya?" tanya Shinta.

"Gak Ma, tiba-tiba udah kenyang." jawab Evelin dengan nada ketus dan raut muka yang kesal.

"Lo mau bareng gue?" tanya Kiki.

"Gak." jawab Evelin singkat.

Selesai memakai sepatu Evelin muali berjalan meninggalkan rumahnya dan menuju halte yang berada di ujung jalan sana.

Evelin cukup lama menunggu bus untuk transportasinya menuju sekolah dan akhirnya bus yang ditunggu pun datang. Di dalam bus Evelin memilih untuk menyumbat telinganya rapat-rapat dengan lagu korea. Sepuluh menit bus melaju, kini bus itu telah berhenti di depan halte sekolahnya. Segera Evelin turun dari bus.

Beberapa detik setelah Evelin turun dari bus, Kanaya sahabat Evelin datang menghampiri dari arah belakang dan merangkulnya.

"Hay Evelin," sapa Kanaya.

Tak ada jawaban dari Evelin. Dia masih dengan raut wajahnya yang kesal.

"Tumben lo naik bus, abang lo lagi gak dirumah ya?" tanya Kanaya penasaran.

"Ada. Gua lagi males sama dia." jawab Evelin ketus.

"Lo kenapa sih? Muka ditekuk plus kalau ditanya jawabnya ketus lagi." tanya Kanaya lagi.

Evelin menarik napas. "Ada beberapa alasan yang gak mau gue omongin sekarang." jawab Evelin mulai menurunkan tangan Kanaya yang berada di bahunya dan meninggalkannya.

Kanaya memutar bola matanya sesaat setelah Evelin meninggalkannya.

"Ev tunggu gue," teriak Kanaya sambil berlari menghampiri Evelin.

^^^

Hallo gaess
Gue comeback
Sorry typo
Banyakin vote★ coment

- See you🍀 -

Perfect || Park Chanyeol ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang