Chapter 3

2.3K 345 94
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

[Half Part Deleted]

*

"Aku mencarimu seperti orang gila, Em! Sungguh!"

Emilia sudah menduga bahwa Keira akan mengomelinya begitu mereka bertemu di kampus, tapi teriakannya masih membuat Emilia harus tetap menyesuaikan diri. Menebak tak membuat Emilia seketika bisa menerima pekikan itu.

Untungnya, kelas masih kosong. Emilia jelas bukan tipikal mahasiswi yang dengan senang hati hadir dengan cepat, tetapi tawaran Jungkook untuk mengantarnya sampai ke kampuslah yang membuat Emilia menjadi orang pertama yang hadir di ruang seminar kali ini. Dengan kehadiran Keira, setidaknya dia tidak sendirian sekarang.

Sebelumnya Emilia memang berencana untuk kembali ke apartemen sekitar jam 6, sayangnya tidurnya lebih lelap dibanding dugaan, dan membuatnya baru bangun tepat jam 7, sementara kelas dimulai jam 8. Karena itulah Jungkook menawari untuk mengantar, meminjamkan bajunya—yang longgar tetapi tetap terasa nyaman.

Keira kelihatan tak senang, namun teriakannya dijeda sebentar selagi dia melangkah mendekat, duduk di samping Emilia dan menanggalkan ranselnya di atas meja.

"Kau ke mana saja, sih?" todong Keira cepat, tubuhnya menyerong untuk memandangi Emilia.

Sesaat Emilia bergumam, balik memandangi Keira dengan mata yang menyipit. "Kalau kau perlu diingatkan, sebenarnya kau yang meninggalkan aku di bar tadi malam, oke? Untungnya aku tidak perlu jadi patung di sana."

"Oh, dapat teman?"

"Teman mengobrol. Dia mengajakku ikut balapan juga," tambah Emilia.

Senyum nakal seketika terbit di bibir Keira tatkala matanya memperhatikan Emilia lebih seksama, mendapati long neck hitam yang menjadi penutup tubuh dengan aroma cokelat yang tercium. "Pria, ya?"

Emilia tahu dia tak bisa mengelak, jadi dia mengangguk. Baju yang dia kenakan memang menguak aroma yang tak dapat disembunyikan, dan sebetulnya Emilia juga tidak keberatan. Saat menjelajahi lemari baju Jungkook, cokelat dan vanilla bercampur, menyentuh penghidunya dengan lembut. Berbeda dengan pakaian yang terkesan gelap, aroma yang tercium justru manis dan menyenangkan.

"Kau mau itu? Pakai saja. Anggap itu jadi semacam ucapan terima kasih juga perpisahan sampai kita bertemu lagi." Begitu kata Jungkook ketika Emilia mengeluarkan long neck dari dalam lemari.

"Ini... untukku?" tanya Emilia.

Jungkook mengangguk, mendekat untuk menahan pundak Emilia sementara bibirnya bergerak menghisap dan membuat bekas kemerahan kecil di ceruk lehernya. "Pilihan yang tepat jika kau mau menyembunyikan tanda seperti ini."

That man really knows how to play.

Dan Jungkook benar. Kemungkinan mereka untuk bertemu akan sangat kecil. Emilia mungkin butuh rasa frustrasi besar untuk mengantarkannya lagi ke bar itu, dan Jungkook pun bilang dia punya hal lain yang harus diurus.

Anggap saja cendera mata. Emila mengingatkan diri atas alasannya menerima baju milik Jungkook ini. Lagi pula, ini nyaman.

"Ini punya Jungkook. Tidak mungkin, kan, aku mengenakan pakaian semalam ke sini?"

"Oh, oh! Wait. Kau menginap?" Keira kelihatan terkejut. Hanya saja tak berselang lama, keterkejutannya itu berganti. Masih kaget, tapi caranya berbeda. Keira seperti menangkap sesuatu yang lain dari ucapan Emilia. "Kau bilang... Jungkook?"

Awalnya Emilia mengangguk santai, sama sekali tak membaca kekagetan yang tergambar di wajah Keira.

"Iya. Kalau tidak salah, dia pemilik bar itu. Betul, kan?"

Kendati menjawab, Keira justru mengajukan pertanyaan lainnya. "Kok bisa kau dengan Jungkook, sih? Jangan bilang dia marah—"

"Tidak, kok. Dia justru menawariku minuman gratis." Dan mungkin lebih dari minuman, tapi itu cerita lain untuk disimpan. Paling tidak bukan untuk diceritakan di kampus. "Dia asyik."

"Asyik, katamu?" Kerutan di kening Keira makin dalam. "Yang kau maksud itu Jungkook, kan? Kim Jungkook?"

"Iya. Memangnya ada Jungkook yang la—"

Belum sempat menyelesaikan kalimat, Keira sudah mengguncang pundak Emilia, matanya terbelalak, seakan tengah berubah menjadi kelereng yang siap diadu.

"Em, katakan padaku kalau kau tidak terlibat dengan Jungkook. Apa yang kalian bicarakan? Apa dia memintamu melakukan sesuatu?"

Jika harus menjawab jujur, ya. Jungkook jelas memintanya melakukan sesuatu. Tapi nampaknya yang Keira maksud bukan sesuatu yang semacam itu. Sorot mata juga kepanikan tiba-tiba ini seakan menyiratkan hal lain, yang justru membuat Emilia bingung.

Emilia menepis tangan Keira, memandangi temannya itu sembari mengernyit. "Kenapa sih, Kei? Apa yang salah? Aku dan Jungkook kan hanya—"

"Jangan mau terlibat dengannya, Em. Sungguh!" Keira menggeleng kuat. Dan belum sempat membalas, Keira sudah melanjutkan, "Dia bisa menjual organ dalammu, Emilia. Harusnya aku bilang itu dulu sebelum membawamu ke bar itu kemarin." []

Ride or Die (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang