Chapter 4

1.8K 337 113
                                    

Halo. Mau beli jeroan apa nih? 🙈

 Mau beli jeroan apa nih? 🙈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Emilia punya satu pertanyaan mengenai bagaimana ibunya bisa tertarik bahkan memutuskan untuk mengikat diri dengan ayahnya.

Waktu itu dia masih berumur 13 tahun, terlalu dini untuk membahas pernikahan, tapi bukan lagi perempuan bodoh yang masih akan menganggap ayahnya sebagai superhero juga panutan hidup. Ibunya sendiri bilang selalu ada alasan orang lain tertarik atau merasakan sesuatu. Dan Emilia ingin memastikan.

"Ayahmu dari dulu memang begitu, punya pesona tersendiri bagi kaum perempuan, dan Ibu salah satu yang terjerat magisnya." Begitu kata sang ibu.

Pesona. Kata itu mempunyai eksposur tersendiri dalam benaknya. Emilia bertanya-tanya pesona macam apa yang dilihat sang ibu sampai yakin untuk memberikan diri dan hidupnya pada ayahnya.

Namun agaknya Emilia mengerti sekarang.

Apa perasaan ini semacam 'bad guy attracts good girl like a bee attracted to a flower'? Rasanya konyol sekali. Dia jelas tidak akan menggolongkan dirinya sebagai orang baik. Setidaknya, tidak dalam artian begitu.

Tak bisa dipungkiri, Emilia cukup terkejut dengan informasi yang dia dapat dari Keira. Menurut temannya itu, Jungkook jarang ada di bar karena sibuk dengan pekerjaannya 'lain'. Mungkin Emilia akan bersikap berbeda jika sejak awal Keira memberitahunya bahwa si pemilik bar, si pria bernama Kim Jungkook itu, menggeluti bisnis ilegal, perdagangan manusia.

Di pertemuan pertama, dia memang sudah mendapati kesan berbeda dari pria itu, tapi bisnis menyeramkan begitu benar-benar tak melintas dalam kepalanya.

Mereka memang bukan apa-apa, tentu saja. Namun meninjau dari bagaimana cara Jungkook bersikap, yang Emilia ragukan justru informasi dari Keira. Terlepas dari penampilan Jungkook yang terkesan gelap dan tajam, pria itu manis—menurut Emilia begitu. Paling tidak bukan tipikal manusia brengsek yang akan meninggalkan sehabis menikmati seorang perempuan.

Jujur, Emilia justru mengira Jungkook pria baik-baik.

Dan kalau dipikirkan lagi, sebenarnya Emilia tak perlu repot-repot memikirkannya. Faktanya, dia tetap hidup dan malam panas mereka sudah berlalu, terlepas dari informasi soal human trafficking yang dijalankan Jungkook itu memang benar atau tidak.

Lagi pula kalau memang iya, terus kenapa? Emilia bertanya pada dirinya sendiri sembari memeluk kantung kertas cokelat berisi belanjaannya hari ini. Belanjaannya hari ini cukup banyak ketimbang biasanya. Mungkin karena hari ini ada diskon ditambah titipan dari Keira—yang sialnya tidak bisa ikut karena mendapat telepon dari kafe tempatnya kerja part-time—tapi ponselnya mati, membuat transportasi daring berada di luar jangkauannya saat ini, sementara belum ada juga bus lewat.

Halte bus berada tak jauh di depannya, membutuhkan barang 10 langkah lagi. Belum juga sampai di sana, ada sekumpulan pria dengan motor terparkir di dekat trotoar, tertawa dengan volume suara yang besar sementara menengguk bir kalengan. Dilihat dari perawakannya, mereka tidak mirip preman, tapi juga tak terlihat sebagai orang kantoran dengan jaket jins dengan warna seragam dan celana sobek-sobek juga boots.

Ride or Die (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang