Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Hari-hari Lia dipenuhi canda tawa karena mereka orangnya lumayan kocak dan lucu. Mereka selalu bisa membuat lelucon yang Lia tertawakan. Lia kira, dia tidak akan bisa beradaptasi dengan cepat. Tapi nyatanya mereka membantu sangat banyak.
Sungguh, Lia pun heran pada dirinya sendiri, kenapa bisa akrab dengan mereka. Maksudnya, ini terjadi di luar kendali. Sebelumnya, Lia sempat berpikir mungkin saja kehidupan sekolah barunya akan monoton karena Lia memang tidak berniat melakukan apa-apa. Maksudnya untuk aktif mencari teman dan bergaul. Tapi ternyata Yesha dan Haikal sangat humble, itu membuat Lia jadi tidak enak jika terus-terusan menolak.
Lia mencoba menahan diri untuk tidak terlalu berinteraksi dengan mereka. Tapi mereka terus mendekatinya dan mengajak Lia bicara. Jadi, oke, pelan-pelan saja.
Setelah pelajaran usai, Pak Budi menyuruh Lia untuk ke ruang guru. Katanya Lia harus membantunya mengangkut beberapa buku untuk dibawa ke gudang. Tapi nyatanya hanya Lia saja yang membawanya. Kenapa dari awal tidak minta tolong saja, kenapa harus bilang bantu saya.
Buku-bukunya lumayan banyak dan berat karena semuanya tebal-tebal. Lia cukup kesulitan tapi untunglah, dia masih bisa membawanya dengan selamat.
Saat berbelok menuju gudang, Lia mendapati sekelompok anak laki-laki sedang berbincang di lorong. Lia malu tapi hanya itu satu-satunya jalan menuju gudang yang ada di ujung. Lia hanya mengenali satu orang di antara mereka, yaitu Rendy, ketua kelasnya.
Lia memberanikan diri untuk lewat, melangkah dengan pelan tapi salah seorang dari mereka berdiri dan menghalangi jalan.
“Ren, tolong bawaian ini ke gudang,” ujarnya tanpa mengalihkan perhatian dari Lia.
Rendy berdiri, si ketua kelas berwibawa itu menurut saat anak di depan Lia ini menyuruhnya. Apa-apaan dia, sok-sokan memerintah orang. Apa dia bosnya, ketuanya, pimpinannya? Lia tidak peduli.
“Nggak usah. Gue bisa sendiri.”
Mana mungkin Lia membiarkan ketua kelas yang dia hormati itu membawa tumpukan buku ini. Ok, maksudnya, tenaganya memang lebih kuat tapi yang diberikan titah oleh Pak Budi untuk membawanya adalah Lia. Jadi Lia akan bertanggung jawab.
Tapi dia dengan sigap mengambil tumpukan buku yang ada di tangan Lia dan memberikannya pada Rendy. Lia menatap name tag yang ada didadanya, Nathan Adinata. Jadi ini wujud nyata laki-laki yang diceritakan Yesha tempo hari, laki-laki populer nomor satu. Waktu di kelas kemarin hanya dilihatnya sekilas. Ya, dia tampan tapi suka memaksa.
Rendy mengambil buku itu dari tangan Nathan dan berlari kecil menuju gudang yang tidak jauh dari tempat mereka duduk. Lia jadi tidak enak pada Rendy. Dia bilang terima kasih dan hendak kembali namun Nathan menarik tangannya. Lia menatapnya bingung karena Nathan masih memandangi dirinya dalam diam. Nathan kemudian menyodorkan ponselnya di depan Lia.
“Karena gue udah tolongin. Bisa kasih nomor hp lo?”
Jadi bantuan yang tadi itu tidak gratis? Tahu begitu Lia akan terobos mereka dari tadi. Dan lagi, yang membantu itu Rendy, bukan Nathan.
“Nggak bisa.”
“Kenapa?”
“Gue nggak kenal sama lo dan gue baru aja ketemu sama lo sekarang. Jadi, gue nggak bisa ngasih nomor gue. Bantuan yang tadi, makasih. Tapi gue nggak minta tolong sama lo jadi gue nggak perlu ngasih imbalan.” Lia berujar tegas. Lalu, menatap Rendy. “Terima kasih atas bantuannya tadi, ketua kelas.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET CHAOS [JAELIA]
Fanfiction[PROSES REVISI] Kita adalah rasa yang tepat, di waktu yang salah. ©dear2jae 2021.