Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen. Terima kasih!
*
Setelah melihat matahari terbenam dan hari mulai malam, mereka memutuskan untuk pulang. Mark pulang bersama Rendy, Yesha dan Javi sedangkan Lia pulang bersama Nathan.
Saat mereka berjalan beriringan, Nathan tiba-tiba mengaitkan tangannya pada tangan Lia dan menatap Lia dengan senyuman yang bisa membuatnya pingsan. Lia membalas senyumannya dan tidak menolak sama sekali saat dia menggenggam tangan Lia. Tidak ada percakapan sepanjang perjalanan.
Sebelum pulang tadi, Javi sempat berbisik pada Lia. “Kayaknya Nathan beneran suka sama lo. Lo cewek pertama yang dia ajak buat ketemu sama kita.”
Mendengar itu, Lia hanya membalas ucapan Javi dengan senyuman. Sungguh, Lia tidak berniat menyembunyikan hubungannya dengan Lino dan membuat Nathan semakin dekat dengannya. Dia hanya belum punya kesempatan untuk mengatakannya. Lia tidak bermaksud untuk egois tapi dia juga bingung saat ini. Bingung karena merasa nyaman berada di dekat Nathan dan tidak menolak saat dia menggenggam tangannya seperti sekarang ini.
Sudah hampir dua minggu Lino menghilang. Terakhir dia hanya memberi kabar bahwa dia sedang sibuk belajar untuk ujian masuk universitas bersama kelompok belajarnya. Biasanya hari minggu dia akan memberi kabar tapi minggu ini tidak ada. Lia mencoba berpikir positif tentangnya.
Dan Nathan datang di saat-saat yang krusial seperti ini. Di mana hatinya sedang goyah karena memikirkan Lino.
“Mau mampir makan?”
Nathan membuyarkan lamunannya.
“Gue masih kenyang. Tadi makan snack sama minumnya banyak banget.”
“Ya udah.”
Jika kemarin Lia hanya mendengar tentang perkelahian Nathan dari mulut Yesha, kali ini mungkin saja dia akan menyaksikannya dengan mata kepala sendiri. Karena saat mereka berbelok menuju gang rumah, ada sekelompok laki-laki yang menghadang jalan. Mereka banyak sekali, Lia berusaha menghitungnya dengan mata tapi tidak bisa karena mereka sangat banyak. Apa Nathan bisa mengatasinya? Lia khawatir.
Sekarang Lia mengerti kenapa tidak ada yang pernah melihat Nathan berkelahi. Itu karena dia berkelahi di lingkungan rumahnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan tertutup. Tidak banyak orang yang berlalu-lalang.
Nathan meraih tangannya dan menyuruhnya untuk berdiri di belakang. Lia menurut, dia takut tapi juga penasaran bagaimana ending dari perang dingin ini. Karena mereka sekarang sedang saling tatap dengan pandangan yang tajam. Semoga jangan sampai ada perkelahian.
“Kalau masih ada urusan sama gue, besok aja. Hari ini gue nggak bisa,” ujar Nathan. Dia berusaha mencari jalan keluar agar perkelahian tidak terjadi. Lia masih diam mematung di belakangnya sambil meremas ujung bajunya dari belakang.
“Apa karena lo lagi sama pacar makanya nggak bisa sekarang? Tapi bagus sih, dia bisa liat lo sebenarnya orang yang kayak gimana,” ujar salah satu dari mereka.
Lia menelan ludah gugup.
Nathan terlihat mengepalkan tangannya. Lia masih diam dan berlindung di belakangnya. Hingga salah seorang dari mereka menarik tangan Lia. Dia menyuruh Lia untuk tidak ikut campur dan menyaksikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Lia meronta, berusaha melepaskan cengkraman tangannya. Nathan yang melihatnya langsung menendang orang itu hingga terjatuh. Lia benar-benar tersentak melihat bagaimana kerasnya tendangan Nathan pada orang itu.
Hingga, perkelahian tidak bisa dihindari. Nathan memukul mereka dengan brutal, Lia mundur dan menyaksikannya dari belakang. Kalau saja Kak Jamal ada di sini, Lia akan menelponnya agar dia membantu Nathan. Lia melihat Nathan terjatuh karena ditendang, dia hendak berlari membantunya. Tapi sebuah tangan kembali mencengkram lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET CHAOS [JAELIA]
Fanfiction[PROSES REVISI] Kita adalah rasa yang tepat, di waktu yang salah. ©dear2jae 2021.