05.

1.4K 225 3
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Tidak terasa sudah dua minggu Lia sekolah di sini, waktu berjalan dengan sangat cepat. Dari yang Lia dengar dari Yesha, katanya soal Nathan yang meminta nomor ponselnya sudah tersebar di sekolah dan itu membuat heboh siswi-siswi. Ada yang bilang Lia bodoh karena menolak, ada juga yang bilang Lia melakukan hal yang tepat karena mereka masih punya kesempatan, dan tetap saja mereka jadi membenci Lia karena itu. Tapi Lia tidak peduli, sungguh, dia tidak ada waktu memikirkan hal macam itu karena Lia memang datang ke sekolah ya untuk sekolah, bukan untuk macam-macam dengan mereka.

Selama dua minggu itu juga Lia tidak pernah bertemu lagi dengan Nathan. Bertemu dalam artian sampai bicara seperti di lorong waktu itu. Paling hanya berpapasan dengannya sewaktu ke kantin.

Yesha dan Haikal mengajak Lia untuk pergi jalan-jalan saat pulang sekolah dan Lia setuju, sekalian untuk mengenal daerah sekeliling. Lia juga sudah izin ke ibu dan ibu mengizinkan. Cuaca sedang terik-teriknya. Padahal tugas sedang banyak tapi mereka sudah janji jadi tidak enak kalau dibatalkan. Kalau kata Haikal, refreshing itu adalah kebutuhan dan Lia setuju.

“Tunggu, gue lupa bawa buku tugas yang di laci meja,” bodohnya Lia bisa melupakan bukunya.

“Kita tunggu di depan gerbang,” sahut Haikal.

Lia segera berlari ke kelas untuk mengambilnya. Ketika sampai di kelas, dia bertemu dengan Nathan dan teman-temannya. Mereka berdiri di depan pintu jadi Lia agak menyamping agar bisa lewat. Apa yang mereka lakukan di kelas saat jam pulang sekolah. Ah, ada Rendy juga jadi Lia simpulkan mereka menemui Rendy. Lia segera mengambil bukunya agar cepat keluar dari kelas yang isinya laki-laki semua.

“Lo masih nggak mau ngasih nomor lo?” tanya Nathan saat Lia hendak keluar.

“Nanti aja. Gue buru-buru.” Lia menolak lagi. Hanya alasan karena Lia ingin cepat pergi.

Tapi, Nathan menahan lengannya hingga langkah Lia terhenti. “Nanti gue tagih lagi.”

Lia menelan ludah gugup karena jarak mereka sangat dekat. Dia kemudian menepis tangan Nathan dan berlalu pergi.

“Lia! Bilangin Yesha, Javi kangen,” teriak Javi.

Lia hanya mengangguk tanpa menoleh lagi.

Lia kemudian berlari kecil menuju Yesha dan Haikal yang masih setia menunggu di depan gerbang. Lia pernah bilang bahwa dia tidak ingin terlalu akrab, tapi nyatanya hanya mereka teman yang dia punya di sekolah ini. Karena yang lain tidak mau berteman setelah tahu Nathan meminta nomor ponselnya. Tapi tetap saja, Lia tidak peduli. Yesha juga bilang kalau Lia adalah perempuan pertama yang dimintai nomor ponsel oleh Nathan selama dia sekolah.

Wait, apa itu hal yang harus dibanggakan?

Lia kembali memberitahu Yesha kalau tadi dia bertemu dengan Nathan dan dia juga minta nomor ponsel Lia lagi. Yesha memukul pundak Lia pelan.

“Sumpah, ya! Apa sih yang lo pikirin? Nathan minta nomor lo ya artinya dia tertarik sama lo. Ini juga udah dua kali, kan? Ini tuh hal yang langka. Kalau anak-anak lain tahu, habis lo!” pekik Yesha geregetan.

Lia hanya tertawa kecil, Haikal juga. Tapi, Lia agak takut saat Yesha bilang anak-anak akan menghabisinya. Tapi, ya, sudahlah, tinggal lapor saja nanti kalau memang dihabisi. Aneh, kenapa mereka berlomba-lomba dalam hal seperti ini. Kenapa mereka tidak belajar saja yang rajin.

“Oh iya, Javi bilang kangen,” ujar Lia ketika mereka berjalan beriringan.

Yesha melotot kaget ke arah Lia sambil memegang lengan Lia. Oh Lord, Lia kira Yesha akan menerkamnya. “Kapan dia bilang gitu?” tanya Yesha.

SWEET CHAOS [JAELIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang