Sorot matamu seolah menarik diri untuk mendekat.
***
Seorang gadis berbaring di atas ranjang. Perlahan tangannya bergerak menyentuh dahi yang membentuk garis. Rintisan kecil keluar dari bibir mungilnya. Perlahan kelopak matanya bergerak terbuka.
"Gue di mana?" Kata pertama yang keluar dari bibir pucatnya.
Gadis itu menoleh ke samping. Terdapat seorang cowok duduk di kursi yang membuat gadis itu reflek menggerakkan kepalanya kebelakang.
Embusan kasar keluar dari mulut gadis itu. "Lo, ngapain di sini?" Ivenna mencoba bangun.
Cowok itu memperhatikan tanpa menjawab. Ia duduk tegap dengan baju olahraga yang masih melekat di tubuhnya.
Ivenna sedikit memijit kepalanya yang terasa nyeri, saat itu juga ia mengingat sesuatu yang membuat bola matanya membulat sempurna. Perlahan ia menoleh pada cowok itu bertepatan dengan pintu UKS terbuka. Seorang cowok dengan pakaian sama masuk membawa sebotol minum.
"Lo, gak pa-pa, Ven?" tanya Anas dengan nada khawatir.
"Gue gak pa-pa," ujar gadis itu. Tangannya kembali terangkat menyentuh kepalanya.
"Masih pusing?" Anas menyentuh kepala Ivenna dengan kedua tangannya. Netranya meneliti.
"Is, ngapain, sih," protes Ivenna.
"Diem!" ujar Anas fokus pada kepala gadis itu. "Gue mau mastiin, peliharaan lo masih pada selamat."
"Apaan, sih!" sergah Ivenna.
Seseorang berdeham lalu berdiri. "Gue ke kelas," ujarnya.
Ivenna memerhatikan. Pandangan keduanya bertemu untuk seperkian detik. Suasana mendadak canggung. Lidah gadis itu kelu untuk berkata. Padahal ini bukan kali pertama mereka bertemu.
"Oh, oke. Thanks, ya, pren," ujar Anas, "Nanti gue nyusul."
Cowok itu mengangkat sebelah bibirnya lalu beranjak pergi.
Ivenna menatap cowok di sampingnya. Dahinya mengernyit meminta penjelasan.
"Gue nyuruh dia buat jagain lo waktu gue keluar beli minum. Yang jaga UKS, belum dateng soalnya," papar Anas.
"Kenapa, dia?"
"Bah! Emang salah?" ujar Anas balik bertanya.
"Ya—enggak." Ivenna mengalihkan pandangan. Dalam hati dia berkata, gara-gara merhatiin tuh cowok gue jadi grogi!
"Nih, minum!" Anas memberikan botol mineral yang langsung disambut oleh Ivenna.
"Sorry, ya," ujar Anas menggaruk tengkuknya. "Tadi ... gue gak sengaja. Hehe," lanjut Anas menampilkan cengirannya.
Ivenna membulatkan matanya. Rasanya ia ingin menyemburkan minumnya pada wajah Anas.
***
Jam istirahat membuat suasana kelas mendadak sepi. Ivenna menoleh ke kanan, menatap sosok cowok yang duduk fokus pada ponsel yang sengaja dimiringkan
Ivenna meneliti, jari cowok itu dengan lincah menari di atas sana. Rambut panjangnya menutupi dahi yang kerap kali membentuk garis. Benar-benar fokus.
Seseorang datang memutar kepala Ivenna dengan paksa.
"Au!" ringis gadis itu ikut menyentuh bagian kepalanya. "Apaan, sih!"
"Nih, cimol pesenan lo dah dateng," ujar Anas meletakkan kantung keresek berisi jajanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menottes [END]
Teen FictionBiarkan terikat agar tak hilang, atau lepas agar luka tak berbekas?~Govintara -- Kamu adalah kunci, dan aku ibarat borgol yang tak bisa dibobol. Ini bukan karena aku melakukan kesalahan, tapi karena akulah yang memborgol diri dengan kunci sengaja ku...