Aku adalah kapuk yang beterbangan. Mereka sering menganggapku nyaman karena telah menjadi alas juga bantal. Tapi siapa sangka, jika kapuk juga ringan dan mudah terbakar.
~Ivenna
***
"Lo kok tahu, kalo gue diundang?"
"Bukan hal sulit untuk gue tahu. Lo sama Anas, kan deket," ujar Govintara.
Kini mereka sedang berada di sebuah Mall. Semalam Anas menyuruhnya untuk datang ke rumah, karena adiknya akan berulang tahun. Di saat yang bersamaan, Govintara juga menghubunginya untuk mencari hadiah bersama.
"Gue mau kasih apa, ya?" Ivenna bertanya pada dirinya sendiri.
"Adiknya cewek apa cowok?" tanya Govintara. Ia dan Anas memang sudah dekat dan sering nongkrong bareng. Tapi, mereka 'tak pernah sekalipun berbagi cerita tentang keluarga masing-masing.
"Cewek. Umur 7 tahun," papar Ivenna.
"Gue serahin ke lo, deh." Govintara menyerah jika soal memilih. Apa lagi soal anak kecil yang notabenenya tidak ia mengerti apa yang disuka, kecuali permen.
Ivenna memutar bola matanya malas. Ia kembali berkeliling bersama dengan Govintara yang setia mengikutinya. Langkah keduanya berhenti di sebuah toko. Ada banyak boneka di sana. Gadis itu meneliti setiap sudut, lalu melangkah keluar begitu saja. Kepergian Ivenna secara tiba-tiba, membuat Govintara terus menggelengkan kepalanya. Sebenarnya apa yang gadis itu cari? pikirnya.
Cowok itu meneliti sebuah gaun berwarna hijau muda. Waranya sangat cantik, dan sepertinya cocok untuk anak-anak. Ia lantas memanggil Ivenna dan menyuruhnya untuk mendekat.
Tawa Ivenna pecah seketika. Ia melihat gaun di tangan Govintara lalu kembali tertawa. "Ini mah, buat anak usia 4 tahun. Jugaan pilihan lo, kek bocah banget tahu gak?" cibir Ivenna. "Ck, dikira-kira kek. Yang pas gimana."
"Iya-iya, bawel. Lo juga, sih milih dari tadi gak kelar-kelar!" sungut Govintara.
"Ya, namanya juga cari hadiah. Pasti lama, lah!"
Cowok itu memilih diam. Ia sampai heran, sedari tadi berjalan keliling Mall dan belum ada satu pun barang yang berhasil mereka beli. Sebenarnya, gadis itu niat beli atau hanya lihat-lihat?
"Kita mencar, aja deh. Cari hadiah masing-masing ampe dapet, dalam waktu sepuluh menit." Ivenna membuka mulut hendak memprotes, tapi Govintara tidak mengizinkannya dengan cara mengangkat sebelah tangannya. "Lebih dari itu, gue tinggal!"
Usai mengatakan hal itu, Govintara memutuskan untuk pergi sendiri mencari hadiah yang sekiranya cocok. Ia tidak yakin, jika terus mengandalkan Ivenna yang tidak jelas ke mana tujuannya.
Ivenna mengentakkan kakinya dengan kesal. Apa yang akan ia dapatkan dalam waktu sepuluh menit? Pandangannya menyapu Mall, dan tujuannya jatuh pada sebuah toko buku.***
Tepat waktu sepuluh menit, Ivenna dan Govintara kembali bertemu di tempat yang sama saat mereka berpencar. Senyum terbit di bibir keduanya, ketika saling menunjukkan hadiah yang berhasil mereka dapatkan.
"Isinya apa?" tanya Ivenna penasaran.
Hadiah yang dibawa oleh Govintara berbentuk kotak berukuran sedang. Sedangkan milik Ivenna berbentuk persegi panjang, sangat mudah ditebak karena isinya adalah buku.
"Na, na, na," balas Govintara.
Ivenna menyipitkan mata, seraya mendengus sinis. Ia yakin isinya pasti jajanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menottes [END]
Teen FictionBiarkan terikat agar tak hilang, atau lepas agar luka tak berbekas?~Govintara -- Kamu adalah kunci, dan aku ibarat borgol yang tak bisa dibobol. Ini bukan karena aku melakukan kesalahan, tapi karena akulah yang memborgol diri dengan kunci sengaja ku...