Happy reading!
——
Kadang, hal-hal aneh-lah yang membuat kita berteman dengan seseorang.
——
Seseorang duduk, menunduk dengan pandangan fokus ke bawah. Jarinya bergerak lincah. Suasana sepi menambah tingkat konsentrasinya.
"Sedikit lagi," ujarnya menambah kecepatan pada jarinya.
"Easy!" ujarnya disertai hembusan napas lega. Aksanya melihat jam di pergelangan tangan, lalu keluar dari bilik kamar mandi. Seulas senyum terbit di kedua sudut bibirnya.
Seseorang yang baru masuk bersiul merdu. "Abis ngisi bahan bakar, bro?" ujarnya dengan alis yang sengaja dibuat naik turun.
"Yo'i!" jawab sosok itu antusias—Govintara. Ia berjalan menyusuri koridor sekolah.
Hari ini, guru-guru mengadakan rapat dadakan, mengakibatkan jam kosong pada mata pelajaran terakhir. Para murid berhamburan merayakan, dari yang: bermain gitar lalu bernyanyi bersama, ngerumpi bagi kaum ciwi-ciwi, tidur siang, ke kantin, dan ada pula kumpulan cowok iseng yang ngecengin para siswi.
Cowok bertubuh tinggi itu berjalan dengan santainya. Tidak sedikit siswi yang terang-terangan memperhatikannya. Govintara 'tak ambil pusing dan terus berjalan. Sebagai murid baru yang terhitung belum genap sehari, dia belum memiliki teman. Ah, gimana ada teman, dia saja belum mengenalkan diri pada teman sekelasnya.
Aksa cokelatnya bergerak ke atas melihat plakat bertuliskan X-MIPA-2. Kaki panjangnya melangkah masuk dan mendudukkan diri di kursi.
Govintara refleks berdiri saat merasakan hal aneh. Seperti ada sesuatu yang ia duduki. Aksanya membulat sempurna, tangannya menarik celana lebih dekat dengan penglihatannya.
"Woy! Kerjaan jorok siapa ini?!" alis tebalnya saling bertaut. Para siswi membekap mulutnya menahan tawa.
"Bisu lo pada?!" sarkas Govintara, aksanya menyorot tajam. Hening, tidak ada satu siswa pun yang menyahut. Bahkan, para siswi yang sempat menahan tawa langsung kicep, dan segera mengalihkan pandangannya.
Seseorang berpikir keras mengulang kejadian sebelumnya. Ia meneguk ludahnya, merutuki kelalaiannya yang membuang permen karet tepat di kursi itu. Anas ambigu antara mengakui atau pura-pura tidak tahu.
"Mapas lo, Nus," gumam Ivenna di belakangnya.
Anas beranjak dari kursinya. "Oy, sahabat!" ujarnya sok akrab seraya merangkul pundak Govintara. "Sorry—."
"Jadi ini kerjaan mulut sampah, lo?!" sergah Govintara menepis tangan Anas dari pundaknya.
"Wuss! Santai. Kita kan, pren," ujar Anas 'tak tahu diri.
"Sejak kapan kita pren?!" Govintara menangapi sewot.
"Sejak hari ini. Selasa, 11 Agustus 2020," Anas melihat jam di pergelangan tangannya, "pukul 02.44.55. Anas Atmaja dan Govintara, resmi menjadi sepasang sahabat. Yey! Beri tepuk tangan yang bergemuruh!" papar Anas yang mendapat sorakan oleh teman-temannya.
Govintara terdiam menatap aneh pada cowok di depannya. Rasa kesalnya menguap begitu saja.
Anas merogoh sakunya, mengeluarkan permen karet, lalu ia berikan pada Govintara. "Hadiah persahabatan sekaligus permintaan maaf dari gue," ujarnya lalu berbalik bertepatan dengan bel pulang sekolah berbunyi.
***
Suasana kelas sepi, kebanyakan siswa sudah pulang menyisakan dua insan di dalamnya. Govintara duduk di kursinya. Tangannya sibuk membolak-balikan permen karet yang Anas beri padanya. Seperti kebiasaan di sokolah lamanya, ia menunggu kelas sepi baru beranjak pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menottes [END]
Genç KurguBiarkan terikat agar tak hilang, atau lepas agar luka tak berbekas?~Govintara -- Kamu adalah kunci, dan aku ibarat borgol yang tak bisa dibobol. Ini bukan karena aku melakukan kesalahan, tapi karena akulah yang memborgol diri dengan kunci sengaja ku...