Bagian 7

124 4 0
                                    

Mengingat sudah lima hari dari kejadian dimana Navin menggempur dirinya berkali-kali entah berapa ronde yang Navin inginkan membuat Arina kewalahan, kini Arina yang mengalami demam.

Navin ketar-ketir merasa bersalah akibat ulahnya yang dikuasi oleh nafsu menyentuh tubuh Arina.

Arina tetap menyarankan Navin bertugas mengingat dua hari yang lalu Navin full melimpahkan tugasnya kepada Fandi.

Hari ini demamnya pun sudah turun namun dirinya tetap tidak diijinkan bekerja oleh Navin. Akhirnya Arina mengalah daripada harus berdebat dengannya.

"Sudah minum obat sayang?", tanya Kiana kepada Arina.

Kiana baru sampai sekitar jam 10 pagi tadi.

Kavina yang ingin menginap di kamar Arina pun ditolaknya halus agar Kavina tidak tertular mengingat besok sore Kavina sudah balik lagi untuk melanjutkan kuliahnya.

"Sudah ma, terima kasih", jawab Arina.

"Pasti dah Kak Navin yang nularin virus bikin Kak Arina sakit dasar manusia itu memang selalu berbagi virus!", ketus Kavina.

Arina yang sedang meneguk airnya spontan terbatuk.

"Kamu tidak apa, sayang?", Kiana segera menghampiri dan mengurut punggung Arina, "Pin, jangan mengajak Kak Arina berbicara dia sedang minum", tegur Kiana kepada anak bungsunya.

"Maaf kak Arina, habis aku kesel sama Kak Navin dia juga kalau sedang sakit flu malah sering tidur di kamarku buat ngawasin aku siapa aja yang datang ke apartemen sebelah tapi jadinya malah aku yang ikutan sakit gara-gara Kak Navin", gerutu Kavina.

"Tidak.. apa, Pin", balas Arina.

"Arina kamu istirahat dulu ya, jangan memaksakan dirimu jika besok kamu belum bisa bekerja. Mama akan kasih tau papa dan Navin. Jangan khawatir, okay?", ujar Kiana.

Arina tersenyum dan mengangguk, "Baik ma, terima kasih"

Arina menoleh kepada Kavina, "Pin, aku istirahat duluan ya, maaf aku tidak bisa mengijikanmu tidur denganku, aku tidak ingin kondisimu tidak fit untuk besok berangkat. Lebih baik kau juga tidur", ajak Arina.

Kavina mengangguk setuju.

Arina dan Kavina mencium pipi Kiana berbarengan.

"Selamat tidur, ma", ucap mereka.

"Iya, sayang.."

***

Arina merasakan hangat dan berat disekitar perutnya, ketika ingin bergerak dirinya kesusahan. Menyerit bingung, dibukanya mata berlahan. Arina sempat kaget melihat Navin tidur sambil memeluk dirinya.

"Na..vin?", bisiknya.

Navin yang tadinya memejamkan mata, membuka matanya mendengar bisikan Arina yang memanggil namanya.

"Hai, sayang", sapanya sambil mencium dahi Arina.

"Kenapa... ada di sini?"

"Ingin menemani calon istriku"

Arina memukul pelan dada Navin, "Jangan seperti itu, kamu baru pulang? gak jadi lembur?"

Navin menggeleng, "Tidak, besok mengantar Pinpin ke bandara"

"Aku ikut ya", pinta Arina.

Navin kembali menggeleng, "Tidak boleh, istirahatlah di rumah".

"Naviiin.. aku ingin ikut mengantarkan Pinpin, aku mohon, boleh ya? ya? ya? pleasee..", rayu Arina dengan memanyunkan bibirnya.

Into You #2 (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang