Bagian 8

116 4 0
                                    

"Sayang"

Arina menoleh ke arah Kiana.

"Ya, ma", balasnya.

"Hari ini akan ada tamu dari teman papa Nevan waktu dia kuliah. Kita hari ini bikin menu yang banyak, sayang", kata Kiana dengan senyumannya yang anggun.

Betapa cantiknya Mama Kiana.

"Baik, ma. Ayo, kita masak", balas Arina.

"Papa, Kak Navin, Immik dan Lesha belum pulang ya, lama sekali mereka. Dasar, gak papa-nya, gak anak-nya sama saja, sampai si bungsu juga udah gak disini. Hmm.. untungnya ada Arina ya, pasti ayah, ibu dan nenekmu merasakan kesepian, cucu kesayangannya yang cantik jarang dilihat", ujar Kiana.

"Hahaha.. setiap hari sebelum tidur Arina selalu sempat video call dengan ayah dan ibu, terkadang nenek yang mulai duluan untuk video call. Mereka juga merindukan kalian disini. Ibu dan nenek pun juga sering video call dengan Pinpin loh, ma. Menanyakan kabar si centil itu", tawa Arina.

Kiana menghela nafasnya, "Kalian begitu cepat dewasa, sebentar lagi aku pasti akan memiliki cucu. Apa Arina tau siapa yang disukai oleh kakakmu itu?", tanya Kiana membuat sekujur tubuh Arina membeku.

"Hmm.. tidak tahu, ma", jawabnya ragu.

"Dasar anak itu, sudah berumur 27 tahun masih saja menyendiri. Nanti malah kamu atau Lesha yg keduluan nikah daripada dia. Setiap mama tanyakan masalah itu pasti deh dia mengalihkan pembicaraan", dumel Kiana sambil memotong sayuran.

Arina yang sedang membersihkan daging hanya tersenyum kaku.

"Mama dengar dari papa katanya Deny, teman dari papa punya anak perempuan. Siapa tau Navin mau dengannya"

DEG!

Sekujur tubuh Arina mendadak gemetar.

"Tapi Navin pasti tidak suka jika dijodohkan. Kalau bisa Arina bantu carikan jodoh untuknya ya. Mama sampai gemess sendiri loh sama dia", lanjut Kiana.

"I.. Iya ma", balas Arina seadanya.

"Mama sudah membelikan Arina dress berwarna putih dan juga Lesha, kita akan tampil cantik. Mama yakin kalian pasti sangat cantik jika menggunakan dress itu. Dress yang mama pilih juga sesuai kesukaan kalian, jadi make up yang cantik ya, sayang", timpal Kiana.

Arina mengangguk kaku, "Baik, terima kasih, ma".

Tiba-tiba jantungnya berdegup kencang.

Semoga semua baik-baik saja, batinnya.

***

Jam menunjukkan pukul  delapan malam...

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu kamar menyadarkan Arina yang sudah selesai mengenakan dress pilihan Kiana. Dress panjang selutut yang berwarna putih dengan lengan bertali tipis.

Simple, sederhana  namun terkesan elegan, sesuai yang disukai Arina.

Dirinya segera membukakan pintu.

Tampak Navin mengenakan kemeja putih dipadukan dengan celana panjang berwarna senada membuatnya seperti malaikat, serasi dengan Arina yang mengenakan dress berwarna putih.

Ya Tuhan.., batin Arina.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Into You #2 (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang