Bagian 12

216 6 0
                                    

Sudah dua hari dirinya mengurung diri di apartemen.

Kemarinnya Arina sempat memeriksakan kandungannya di dokter terdekat, seperti hasil test pack bahwa dirinya benar-benar hamil dengan usia kandungan memasuki minggu ketiga.

Setiap belanja ke pasar selalu jam lima pagi agar tidak ketahuan.

Berbagai macam menu makanan dibuatnya namun selalu dimuntahkan sedangkan jika memakan bubur ayam jagung justru menambah nafsu makannya.

Mual masih dirasakannya kata dokter itu wajar. Arina diberikan beberapa vitamin dan penambah darah serta obat anti mual.

Tak lupa dirinya membeli susu untuk kandungannya agar sehat.

Insomnia masih menyerangnya apalagi setiap ingin tertidur selalu mengingat Navin.

Bayinya pasti merindukan papanya, termasuk mamanya juga.

Selesai makan malam dengan bubur ayam jagung dan ritual nangisnya sesudah makan makanan tersebut membuat tenaga Arina kembali terkuras.

Sebenarnya dirinya ingin membuat susu, namun diurungkannya.

Jam dinding menunjukkan pukul 18.00.

Arina membaringkan tubuhnya ditempat tidur sambil mengelus perutnya yang belum begitu terlihat buncit namun dapat dirasakannya ada nyawa yang harus dia jaga di dalam sana.

Arina tersenyum dan berusaha memejamkan matanya.

***

"Kenapa loe kusut banget sih?. Itu kenapa bibir sebelah loe luka? Loe habis berantem?", tanya teman bisnis Navin.

Mereka berada di kedai kopi dekat dengan kediaman Keluarga Sudarma.

"Loe terlalu kepo dengan urusan gue", balas Navin seadaanya.

Entah dirinya begitu menyukai aroma kopi namun tidak begitu menghabiskan kopinya. Hanya menghirup aroma secangkir kopi yang dipesannya.

Melihat itu temannya menatap aneh.

"Loe udah gila ya hirup-hirup asap kopi kayak gitu?"

Navin yang mendengar pertanyaan temannya hanya menggeleng lemah.

"Ada apa sih?", tanyanya lagi.

"Gue lagi mencari seseorang", jawab Navin.

"Siapa?"

"Calon istri gue"

"Loe ditinggal pas mau nikah?"

"Terserah loe mau ngomong apa, jangan ganggu gue lagi menghirup kopi pesanan gue"

Temannya meringis melihat kelakuan Navin. Tiba-tiba dirinya teringat sesuatu.

"Kemarin gue sempet lihat anak dari paman loe", katanya.

Navin yang sedang menghirup aroma kopi mendongkakkan kepalanya menatap teman bisnisnya, "Siapa?"

"Itu loh.. aduhh.. siapa ya namanya..anaknya paman loe, Noval Sudarma, yang cantik itu..", ungkapnya sambil memikirkan sesuatu.

"Arina Sudarma?", tanya Navin cepat.

"Ah! Ya ya ya!  Itu dia yang cantik itu. Andai gue belum nikah pasti deh gue ngejar dia. Eeh.. jangan.. jangan.. istri gue paling cantik.. gak boleh gitu.. istri gue sedang hamil mudaa..", lanjutnya membenarkan Navin.

Navin langsung berdiri dari duduknya, "Dimana loe lihat dia?", tanya Navin dengan tatapan tajamnya.

"Eehh.. selow dulu broo.. gue lihat di apartemen gue. Tapi gue gak berani nyapa takut salah, lagian dia gak kenal gue nanti malah dikira gue macem-macem lagi", balasnya cepat.

Into You #2 (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang