Bagian 11

137 6 0
                                    

Navin yang lembur dari kantor segera menuju ke kamarnya mencari sosok yang dicintainya. Dibukanya kamarnya tampak tidak ada siapapun. Navin menuju kamar Arina. Tidak ada sosok yang ingin ditemuinya.

Navin kembali turun menuju ruang keluarga.

Tampak Kiana sedang membuka dasi Nevan dengan mesra.

"Pa! Ma!", panggil Navin membuat kedua orang tuanya menoleh ke arahnya menyeritkan dahinya heran melihat tingkah putra sulungnya.

"Dimana Arina?", tanyanya.

"Arina ke Jakarta menjenguk Nenek Oliv yang sakit. Tadi pagi sebelum berangkat ke kantor papa diminta segera memesan tiket pesawat tercepat. Kau tidak tahu?. Biasanya kau paling tahu tentang adikmu itu", terang Nevan.

"Kenapa papa mengijinkannya?", tanya Navin mulai geram.

"Loh? Apa salahnya jika Arina pergi ingin menjenguk Nenek Oliv?"

Nevan semakin bingung dengan tingkah anaknya.

"Dia tidak pergi bersamaku!", tegas Navin.

Nevan dan Kiana saling menatap dengan heran.

"Navin, mama tahu, kamu begitu posesif terhadap adik-adikmu tapi mama sudah menelpon Ibu Alya jika Arina sudah sampai dirumah, dia sedang tidur. Tidak perlu khawatir, sayang", tutur Kiana halus kepada anaknya.

Navin mendengus, "Mama, she's not my little sister!", tegas Navin.

Melihat reaksi dari putra sulungnya yang mendadak emosi jika menyangkut masalah Arina membuat Nevan paham apa yang dirasakan olehnya. Nevan merangkul bahu istrinya.

"Ya, she's not your little sister, but she's a special woman for you", balas Nevan santai menantang tatapan tajam Navin kepada kedua orang tuanya.

Kiana yang mendengar itu melongo menatap Nevan dan Navin secara bergantian, "Seriously??.. Arina?!", teriak Kiana tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Whatever! Damn! I will go after her!"

Navin segera berlari menuju kamarnya untuk mengemas keperluannya, dirinya segera memesan tiket menuju Jakarta.

"Okay, go after her now!", teriak Nevan terkekeh geli.

Kiana masih syok dengan apa yang didengarnya.

"Pa, Navin.. Arina..."

"Kita harus siap-siap terkena caci maki dari Noval, Alya dan si Nenek Oliv", tawa Nevan kencang.

Kiana hanya mengangguk membalas suaminya. Dirinya masih benar-benar syok jika selama ini Navin dan Arina menjalani hubungan yang tidak diketahui olehnya.

Kenapa dirinya tidak peka terhadap gerak-gerik kedua anaknya itu?!

Kiana tersentak dari lamunannya dan bergegas menuju kamar Navin tidak menghiraukan panggilan Nevan yang masih melanjutkan tawanya.

Kiana membuka pintu kamar anaknya, tampak Navin sedang memasuki beberapa pakaian lengkap ke dalam kopernya.

Dihampiri anaknya dan segera memberikan jeweran pada telinga kanannya.

"Aa.. adududuuuuh.. apaan sih maa!", gerutu Navin kesal berusaha melepas tangan Kiana di telinganya.

"Dasar anak nakal!! Kamu pikir hanya dirimu saja yang bisa membentak, hah?!! Kamu apakan anak perempuanku sampai kabur ke rumah orang tuanya! Kamu menyakiti anakku hah?!!  Rasakan ini! Cepat pergi bawa anakku balik kesini! Jika tidak berhasil, akanku coret namamu dari Keluarga Gautama!!", bentak Kiana menambah kekuatan tangannya untuk menjewer telinga Navin jika perlu sampai telinga anaknya putus.

Into You #2 (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang