Chapter 5

9.2K 1.5K 184
                                    

Yuhuuuu! Marco update! ^^

Yuhuuuu! Marco update! ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-- BATAS KETAWA --

"Maaf, Pak Marco. Bu Riske sedang keluar," ucap sekretaris di perusahaan J Group.

Marco langsung datang ke perusahaan J Group tanpa basa-basi. Dia ingin mengurus masalah yang timbul akibat ulahnya.

"Keluar?" Marco tertawa mendengar jawaban bohong itu. Dia tahu bagaimana Riske. "Dibayar berapa kamu bohong demi dia?"

Sekretaris itu gemetaran. Ragu untuk menjawab sehingga akhirnya Marco berhasil menerobos masuk ruangan CEO dengan mudahnya.

"Pak Marco jangan!" kata Sekretaris itu, terlambat menghentikan.

Lulove yang sedari tadi mengikuti Marco turut serta masuk ke dalam ruangan CEO J Group. Bukan tanpa alasan dia masuk melainkan atas perintah Marco. Tepat setelah masuk Marco memotret pemandangan yang tidak terduga. Lulove menundukkan kepala menurunkan pandangan ke lantai setelah melihat CEO J Group, Riske Atamir sedang duduk di atas meja kerja dan bercumbu dengan seorang laki-laki.

"Well, well, well, siapa yang murahan di sini?" Marco mengejek dengan senyum miring. "What a nice picture. Gimana kalau gue kirim ke seluruh investor J Group?"

"Marco! You bastard!" umpat Riske geram.

"Yes, i am. Baru tahu?" Marco semakin melebarkan senyum bangga seolah umpatan itu pujian.

"Dasar nggak tahu aturan! Lo seharusnya ketuk pintu dulu!" maki Riske seraya merapikan kemejanya. "Susah sih ya keturunan Wijaya nggak punya etika. Turun temurun kayak gitu."

Wajah Marco berubah serius, menunjukkan tatapan marah kepada Riske. "Sebenarnya gue dateng ke sini cuma untuk kasih peringatan soal tindakan lo mengusik investor di perusahaan gue. Ini bisa dimaafin sih, toh, masih banyak investor yang lebih berbobot. Tapi, lo menghina keluarga Wijaya barusan. Untuk yang satu ini gue nggak akan tinggal diam."

Lulove tidak salah dengar, kan? Marco membela keluarganya? Otaknya sedang lurus?

Riske berjalan mendekati Marco, menyuruh laki-laki yang bersamanya keluar. Kemudian, dia menampar wajah Marco sangat keras hingga bunyinya dapat terdengar.

"Ini sebagai balasan karena lo memanfaatkan gue. Nggak ada penyesalan udah ngatain keluarga lo yang sampah itu. Apalagi bokap lo yang doyan nikah. Nggak nyangka nurun ke anaknya yang sama nggak berperasaan." Riske menekankan suaranya sehingga nada mengejeknya begitu jelas.

"Memanfaatkan? Apa gue pernah bilang tertarik sama lo?" Marco tersenyum miring. "Lo aja kepedean. Bersedia nemenin gue minum, atau jalan. Kenyataannya lo deket sama banyak laki-laki. Siapa yang sampah di sini?"

My Boss's Problem [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang