Part 18 : November (3)

1K 167 33
                                    

Opsir Han Yuan sudah duduk selama satu jam di sebuah kedai minum kecil sekitar 500 meter dari pasar elektronik Zhong Guan Cun.

"Kapten, sudah beberapa hari aku mondar mandir di kawasan sini. Tak ada informasi tentang Jin Han."
Opsir Han Yuan bersungut-sungut di telepon.

"Kau mendatangi apartemennya?" tanya kapten Shenwei di seberang sambungan.

"Ya. Aku bertemu seorang tetangganya. Ada yang bilang dia sedang pergi ke luar kota, entah ke kampung halaman. Mungkin tak akan kembali selama seminggu."

"Tunggu sampai minggu depan," ujar kapten Shenwei.
"Sebaiknya kau kembali ke kantor, ada kasus perampokan di daerah Tian Yi, kau duluan pergi ke TKP."

"Baik kapten."

*  *  *

Siang ini Xiao Zhan menelepon Wang Yibo dalam perjalanan pulang dari rumah sakit. Dia duduk di dalam mobil bersama Liu Enji yang tengah memandang keluar jendela mengamati suasana lalu lintas di pagi hari.

"Yibo, hari ini aku cek rutin ke rumah sakit. Dokter melepas gips di kakiku. Dia mengatakan bahwa aku harus mulai belajar berjalan dengan menggunakan alat bantu," nada suaranya sangat bersemangat.

"Aku senang mendengarnya," sahut Wang Yibo di seberang.

"Tapi aku masih harus duduk di kursi roda beberapa hari lagi. Bagaimana pekerjaanmu hari ini?"

"Lumayan lelah."

"Jaga kesehatanmu, kau pulang malam lagi hari ini?"

Wang Yibo terdiam sesaat.
"Aku akan pulang secepatnya," dia menjawab perlahan.

"Baiklah. Sampai ketemu di rumah."
Xiao Zhan hendak menutup telepon tapi didengarnya helaan nafas Wang Yibo, seolah akan mengatakan sesuatu.

"Yibo..." ujarnya.

"Kau bersama perawat itu?"

Xiao Zhan melirik Liu Enji yang duduk di sampingnya, "Ya."

"Kalian langsung pulang kan?"

"Kau sedang menginterogasiku?" Xiao Zhan menahan senyum.

"Jawab saja," tegas Wang Yibo.

"Tentu saja aku akan pulang."

"Oke."

Wang Yibo menutup telepon.
Xiao Zhan mengawasi ponselnya dengan heran.
"Aku yang menelepon lebih dulu, kenapa dia terburu-buru menutupnya," bibirnya berkerut dengan ekspresi bingung.

Liu Enji menoleh padanya beberapa lama kemudian. Dia tersenyum ragu-ragu.
"Tuan, bagaimana kalau kita bersantai dulu di dekat air mancur di taman kota."

Xiao Zhan melirik sepintas lalu.
"Ada keperluan apa?"

"Ah tidak. Kita jarang sekali keluar rumah. Aktivitas di luaran terbukti membuat suasana hatimu lebih baik. Kau semakin cepat pulih."

Xiao Zhan mengerutkan kening sambil melirik perawat itu sekali lagi.

"Benarkah?"

Liu Enji mengangguk masih dengan senyum yang kelewat ramah.

"Oke. Tidak ada salahnya mencoba. Tapi jangan di tempat yang terlalu ramai. Aku tidak mau dikenali banyak orang."

Liu Enji tersenyum lebar.

Ji Li memarkir mobilnya melewati sebuah taman yang luas di pusat kota dengan air mancur berkilauan, di tengahnya lusinan meja dengan kaki-kaki berwarna merah dan hijau berderet sepanjang taman, langit di atasnya disekat dengan awning-awning biru.

𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊 𝐍𝐨𝐭𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang