15 Desember 2020
Aku terbangun pada suatu pagi dan merasakan ada sesuatu yang hilang dalam diriku. Kecemasan, kesedihan, dan kemarahan itu telah mengalir keluar. Tubuh dan jiwaku menjadi ringan. Hanya tersisa perasaan memaafkan. Aku kembali menjadi manusia. Melupakan bahwa aku aktor yang terkenal. Ada perasaan lega dan bebas menyadari bahwa aku tak sepenting yang kukira selama ini.
Aku memaafkan Yan Yikuan dan orang-orangnya, memaafkan semua penggemar yang tanpa sengaja melakukan kesalahan, memaafkan mereka yang berusaha keras menjatuhkan, pada suatu pagi yang berawan, saat aku berdiri di halaman memandangi sebuah pohon bunga cherry yang diselimuti salju tipis.
Ranting bunga cherry tidak sanggup menahan terlalu lama beban salju di atasnya, ranting itu melengkung dan butiran salju perlahan jatuh ke tanah.
Seperti bunga cherry itu, aku merasa terbebas dari beban.Hidup ini terlalu singkat untuk dipakai membenci orang-orang yang melakukan kesalahan yang tak bisa mereka hindarkan.
* * *
Sore itu, Xiao Zhan berdiri di dekat jendela, di lantai dua rumah Wang Yibo. Memandang keluar dari balik kaca yang lebar, menyaksikan matahari yang meredup menyeret dirinya ke ufuk barat. Cahaya senja jatuh di lantai marmer yang berkilauan. Tangan kirinya dimasukan ke dalam kantung celana, sementara tangan kanannya memegang cangkir kopi yang masih mengepul panas.
Pintu ruangan terbuka, Wang Yibo masuk dengan tergesa-gesa, menghempaskan dirinya ke salah satu sofa empuk yang ada di ruangan.
Dia menghirup nafas dalam-dalam, aroma kopi memenuhi hidungnya."Semuanya telah siap," ujar Wang Yibo bersemangat. Xiao Zhan menarik bibirnya, membentuk sebuah senyuman yang tidak simetris.
"Apanya yang siap?"
Dia menghirup kopinya, menikmati uap hangat yang naik dan membelai wajahnya. Rasanya sungguh nyaman dan menenangkan.
"Aku sudah memasukkannya ke bagasi, besok siang kita berangkat," Wang Yibo tidak menggubris pertanyaan Xiao Zhan.
"Oh ya, aku juga membawa banyak makanan. Kau tak bisa lepas dari snack, seperti anak kecil," dia melemparkan lirikan menggoda pada Xiao Zhan yang tentu saja tidak melihatnya karena ia menghadap jendela.
"Hmmmm..." gumam Xiao Zhan, menyesap kembali kopinya.
"Kau mengambil cuti?" tanyanya masih tidak menoleh.Wang Yibo meniup anak rambut di keningnya. Merasa gemas dengan reaksi Xiao Zhan yang membosankan.
"Zhan ge, berhenti bicara soal pekerjaan. Besok kita akan berlibur ke Nanshan ski resort. Aku ingin menyegarkan pikiran," ujarnya agak bersungut.
"Kau sama sekali tidak bersemangat," lanjutnya masih merajuk.Dia bangun dan berjalan menghampiri Xiao Zhan, kemudian memeluk pinggangnya dari belakang.
"Aisshh kau mengagetkanku," gumam Xiao Zhan dengan muka bersemu pink. Wang Yibo menyentuh leher Xiao Zhan dengan ujung hidungnya yang mancung sempurna.
"Aku janji lain kali aku akan mengajakmu ke Hakuba Valley, kau tahu kan? Salah satu wisata ski terbaik di dunia," bisik Wang Yibo di telinganya.Xiao Zhan tersenyum.
"Aku sudah memesan sebuah villa bergaya Russia di Nanshan, pemandangan di sana sangat menakjubkan," lanjut Wang Yibo lagi.
"Hmmmm..."
"Zhan ge," Wang Yibo mengguncang tubuh Xiao Zhan.
"Taruh minumanmu, bukankah aku juga adiktif seperti kafein?"Xiao Zhan tertawa lagi. Nadanya terdengar seperti menertawakan lelucon anak kecil. Wang Yibo membalikkan tubuh Xiao Zhan sehingga menghadap padanya, tangannya mencengkeram lengan Xiao Zhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊 𝐍𝐨𝐭𝐞𝐬
FanfictionXiao Zhan, seorang aktor yang sedang berada di puncak kepopuleran, sukses, tampan, dan dipuja banyak orang, mendadak jatuh dalam depresi saat dia harus menghadapi kenyataan pahit, dihujat, dibenci, dan diteror. Dia berusaha melupakan kesedihannya de...