Itulah yang membuat tari berpikir
"mungkin ka yasa menyukaimu sya"
"dia tak pernah seperti itu pada yang lain, hanya kepadamu"
"Jika yasa jatuh cinta padaku, mungkin dia harus bersiap-siap patah hati, setidaknya untuk beberapa tahun ke depan".
"Aku orang yang sulit dan bermasalah"
****
1 Tahun tahun berlalu,
Ini adalah hari kelulusan Yasa, Yasa bilang kepadaku tidak perlu memanggilnya kaka, jadi aku membiasakan diri memanggilnya yasa.
Yasa mendapatkan nilai Ujian Nasional ketiga tertinggi se-nasional, sudah kuduga yasa memang hebat.
Hari ini aku dan keluarga tari memakai kebaya yang seragam. Kami bergegas pergi ke sekolah untuk mendampingi yasa di acara kelulusan.
Yasa menggunakan setelan jas yang sangat tampan untuk tubuhnya. Biar ku tebak pasti akan banyak yang memberikan bunga untuknya hari ini. Sungguh itu bukan perkara mustahil untuk manusia yang hampir sempurna seperti yasa.
Sesampainya di sekolah, banyak siswi yang sudah menunggu yasa untuk sekedar mengucapkan selamat atau memberikan bunga bahkan hadiah untuknya.
Ceremonial pelepasan siswa kelas 12 berubah menjadi haru saat satu persatu mengucapkan salam perpisahan. Dari bangku penonton, aku dan tari saling melirik seperti saling mengatakan "kita tak akan pernah berpisah, entah kau yang ikut denganku atau aku yang ikut denganmu".
Saat semua orang sedang berpelukan dan bangku penonton mulai kosong, aku melihat yasa melambaikan tangan ke arahku ditengah kerumunan orang itu, dia memintaku untuk datang padanya.
Seperti mengerti tanda dari yasa, aku bergegas menuju ke arahnya, hingga kami berada di tengah kerumunan orang. Yasa mengeluarkan bunga dari jasnya dan memberikannya padaku. Sepertinya aku tau kelanjutan dari adegan di film romansa ini.
"aku mencintaimu Hasya Saver Livi Syandana"
Seketika itu aku tau, kau telah terjebak padaku yas.
****
Malamnya yasa datang ke rumahku, kami berbicara di halaman depan rumah.
Yasa datang ke rumahku malam ini bukan tanpa alasan, dia meminta jawabanku.
Apakah aku mencintainya atau tidak. Tapi, yang bisa kulakukan adalah berlagak bodoh. Tolong jangan tanyakan itu sekarang yas.
"mau melanjutkan kemana?" kataku memecah keheningan
"UI"
"wah hebat, depok dong ya"
"iya"
"jauh ya"
"nggk kok buatku" katanya berharap
"sya?"
"ya?"
"aku mencintaimu"
"....."
"jawabanmu?" lanjutnya dengan penuh lembah lembut
Aku terdiam memikirkan jawaban yang paling tepat. Aku tidak mau merusak hubunganku dengan dia apalagi tari.
"kau tau aku selalu merasa bermasalah dalam segala jenis hubungan di dunia ini"
Yasa mengangguk pelan.
"Jadi, hubungan jarak jauh tidak mungkin berhasil yas"
"...."
Aku mendengar helaan nafas yasa yang keluar sangat berat seperti ditindih beban berton-ton.
Matanya berkaca-kaca melihat ke arahku. Oh tuhan aku tak tega mematahkan hatinya. Dia menggerakan tubuhku agar berhadapan dengan tubuhnya, memperhatikan mataku lekat-lekat.
"kau tidak mencintaiku ya?"
Aku terdiam mendengarnya, dia bahkan tau itu.
"Belum"
Dia tersenyum ke arahku.
"tidak apa-apa sya, sungguh, cinta memang butuh waktu"
Keheningan kembali menyelimuti kami, aku kehabisan cara untuk mengalahkan keheningan, aku bingung memilih kata yang harus aku keluarkan dalam kondisi seperti ini.
"sudah malam, sebaiknya aku pulang" kata yasa sambil bangkit dari tempat duduknya yang diikuti aku yang kemudian bangkit dan berdiri di hadapannya.
"baiklah"
Yasa menyodorkan paper bag padaku.
"untukmu"
"terima kasih"
Aku tak tega melihatnya pergi seperti itu. Yas percayalah, malam ini juga pasti aku akan menyalahkan hatiku. Aku tidak bisa seperti ini. Aku tidak bisa merasa bersalah padanya lagi.
"Batara Yasa Arudaya" aku memanggilnya
dari kejauhan dia menoleh padaku. menurutku ada satu kata yang tertinggal untuk dikatakan tapi bukan hanya tertinggal kata itu juga harus keluar agar aku bisa tidur dengan tenang tanpa rasa bersalah.
aku memberanikan diri memaksa diriku mengungkapkannya. Ini waktunya sya! desah hatiku. kau tidak bisa terus menerus hidup dalam kesendirian.
"Tolong buat aku jatuh cinta padamu"