"Masa Lalu Nenek Maharani"

5 0 0
                                    


Bel pulang pun berbunyi.

Wali kelasku memintaku untuk datang ke ruang guru untuk penyerahan uang sumbangan duka cita.

Bagus! Ide buruk sekali masuk sekolah hari ini. Tidak ada satu hal pun yang membuatku melupakan kejadian yang terjadi pada keluargaku itu.

Oh iya aku juga berhutang maaf pada tari karena tidak menghiraukannya beberapa hari ini bahkan saat pemakaman keluargaku.

Aku tau dia ingin sekali memeluk dan menenangkanku tapi dia lebih tau diriku daripada siapapun bahwa aku benar-benar hanya ingin sendiri saat itu.

Aku berjalan keluar dari ruang guru, dan melihat tari duduk di depannya menungguku.

Aku mengatakan pada tari bahwa hari ini aku akan menginap di rumahnya.

Tari mengiyakan tanpa bertanya kenapa. Sudah ku bilang, dia bahkan sangat mengerti aku.

Aku meninggalkan motorku di sekolah dan pergi dengan mobil tari.

Mobil itu masih belum berubah, kecuali supir yang kini terlihat lebih muda dan dekorasi mobil yang sedikit mengikuti teknologi kekinian.

Sepanjang perjalanan aku hanya menatap jalan dan memalingkan wajah dari tari. Terlihat sekali wajah tari yang khawatir kepadaku.

Ketika sampai dirumahnya, tari langsung menarikku ke kamarnya. Begitu kamar tari ditutup, aku segera memeluknya dengan erat dan saat itulah tangisku pecah tidak terbendung lagi. Aku membutuhkanmu tar.

"Seharusnya aku ikut mereka taaarrr, seharusnya aku mati"

"kenapa hanya aku?"

"aku tidak kuat lagi taarrr, aku tidak bisa hidup seperti ini, cukup!"

"aku menyerah"

Aku bercerita pada tari apa yang kulalui pada hari itu. aku tak tahan lagi harus bertahan seperti ini.

Aku menangis hingga jatuh tertidur, mataku lelah, tubuh dan pikiranku juga, aku menyerah, sudah beberapa hari ini aku tidak bisa tidur. Akhirnya aku menyerah pada tubuh yang sudah meminta untuk istirahat.

****

Jam 10 malam,

Ada telpon dari rumah, itu pasti nenek.

Aku dengan terpaksa mengangkatnya dengan nada sedikit menggertak.

"sudah ku bilang jangan telpon aku kalau nenek masih tidak mau berbicara apapun, aku tau nenek tau sesuatu"

"tunggu sayang, cucuku"

"....."

"baiklah, pulanglah nenek akan bercerita padamu"

Keesokan harinya aku memutuskan untuk pulang dan bolos sekolah.

Tari mengantarku pulang setelah perdebatan panjang kami di pagi hari.

Tari terus memaksaku agar dia ikut bolos sekolah denganku dan menemaniku di rumah.

Tetapi aku juga tetap menahannya untuk tidak melakukan itu dan bilang padanya kalau dia bisa datang ke rumahku sepulang sekolah.

Ya butuh keberanian dan alasan yang kuat untuk memaksanya tidak melakukan hal yang dia mau lakukan. Terkadang padanya aku tidak memaksakan kehendakku kepada otaknya yang terlalu realistis tapi mungkin aku bisa menyentuh hatinya, dan itu selalu berhasil.

Mobil tari kini telah sampai tepat di depan pelataran rumahku, aku berpamitan pada tari dan melepaskan tangan tari yang sejak perjalanan terus menggenggam dan menenangkanku.

GERGASI: The Ghost VillageWhere stories live. Discover now