Ambisi

15 1 0
                                    

Sudah memiliki nomor Larissa inilah saatnya kesempatan Fiza untuk curi waktu dan melontarkan semua kata kata gombal yang ia pelajari.

Setiap malam Fiza selalu menyakan hal "lagi ngapain?". Kalimat itu adalah keharusan seseorang untuk mengetahui sedang apa dan mau ngapain lagi dia.

Kadang saat berbicara lewat HP Fiza sangat merasa senang sekali, cukup puas untuk itu.

Di kelas Fiza juga tidak lagi terlihat canggung, dia sudah bisa mengontrol rasa. Semua dilakukan agar Aca tidak akan tau kalo Fiza sangat menyukainya.

Sampai suatu malam saat sedang asik asiknya ngobrol di HP. Fiza tak sengaja melanggar janjinya menyatakan kalo dia ingin jadi pacarnya..

"Ca sebenernya aku suka sama kamu"

"Suka gimana" kata Aca yang bingung

"Iya aku suka sama kamu dari awal ketemu di bus, kamu mau ga jadi pacar aku?

"Za kamu emang baik sama aku, tapi aku gamau kita pacaran. Aku masih pengen fokus belajar, maaf ya Za"

Mendegar hal itu.. Fiza langsung minta maaf dan tidak membalas lagi pesan tersebut.

Semua harapannya sirna,.. padahal ia sungguh menyayanginya. Dia bisa lakukan apapun untuk Larissa,agar ia senang.
Namun semua sudah terlanjur. Ungkapan isi hati tak terbalas.

Malam ini memang bukan malam yang ditunggu nya, namun dalam detik kedepan saat mengungkapkan isi hati... adalah harapan terbaik yang Fiza miliki saat itu. Sangat sedih hatinya, sangat kecewa saat itu pada keadaan dan waktu. Mungkin semua akan berjalan biasa saja setelah ini.. ungkap Fiza dalam hati.

Saat ini Fiza hanya berusaha menghindar dan menjauh.

Larissa biasa saja terhadap semua itu, karna yang ia tau Fiza hanyalah teman yang baik. Dan Larissa tidak memiliki rasa sama sekali ke Fiza.

Tapi Fiza sudah terlalu berharap. Semua rasa kagum di pendam kembali. Saat kejadian malam itu Fiza berjanji tidak akan menceritakannya ke Hadid ataupan Dion. Dia hanya bisa memendam kecewa.

¤

Aku tidak mau berdrama, tapi aku tidak bisa mengeluarkanmu dari kepalaku.
Aku tergila - gila hingga tidak tau lagi mesti berbuat apa. Ini semacam hasrat purba yang lebih tua dari manusia.
Jika kau tak percaya akan jodoh. Mungkin ini adalah contohnya. Dan aku tidak berbicara perihal parasmu, atau apa yang engkau punya.
Ada sesuatu tentangmu yang membuatku merasa baik baik saja, entah apa.

¤

"Nanti semua akan biasa saja, Ini hanya soal waktu" ucap fiza

Tak lagi pulang sekolah terasa gembira, ia menyempatkan tuk menghindar dari keramaian dan pulang selalu sendiri. Kadang Lebih baik mengungkapkan sedih adalah sendiri.

Mencurahkan hati kepada manusia hanyalah tambah membuat gelisah. Sedikit dari mereka itu tidak peduli bahkan tidak membuat solusi.

Jadi Fiza sama sekali tidak berbiacara kepada siapa siapa soal nembak Aca.

Sampai waktu cepat berlalu...

Saat ini sudah di kelas 2 SMA Fiza perlahan melukapan wanita yang ia kagumi selama ini. Ia mulai melakukan banyak hal dengan teman teman, belajar dan membuat karya karya ciptaan sendiri.

Fiza memang sungguh kacau saat itu, namun pikirnya semua itu cuma sia sia. Karna hidup tak melulu tentang cinta.

Sesekali Fiza menatap larissa, dan berbicara dalam hati..

"Apa mungkin aku harus menjadi seorang pengagum saja, kita tak lagi canggung dalam hal berbicara ca. Padahal setiap hari aku selalu mencoba menghibur. Tapi mungkin ini memang jalannya"

Sudahlah.. ucap Fiza

Lebih dari 1 minggu Fiza tak banyak cerita mengenai larissa kepada teman teman.

Bahkan dion mengira dia sudah pacaran, karna pas ditanya Fiza hanya senyum senyum tidak jelas. Biasanya ekspresi itu bisa mewakili tanpa harus berkata. Namun tidak.

Dan saat ini semua sudah beda kelas.  Hadid, Dion dan Larissa. Memang semakin mudah melukapan Aca. Tak mudah namun perlahan.

*

Saat semua mulai berubah... waktu tak lagi sama... pertemuan kadang hanya sebuah bayang samar. Mungkin memang sudah jalannya seperti ini. Dulu sedekat nadi lalu sekarang jauh seperti matahari.

*

Tanpa kabar ternyata Larissa sudah dekat teman kaka kelas, itu juga di beritahu oleh teman barunya Fiza si Akbar. Fiza memang kaget, apa yang salah pada dirinya. Padahal dulu selalu tak ada kesalahan dalam hal bicara, bahkan Aca sangat senang bila Fiza bercerita.

Tapi hanya satu yang Fiza pikirkan dan yakin "hanya orang biasa". Itu suatau nilai minus dalam dirinya.

Memang Fiza tidaklah jelek, dan tidaklah kumel. Fiza selalu menjaga penampilan saat sekolah dan pergi. Walau dia dari keluarga sederhana. Cara berpakaian adalah poin penting saat berada diluar baginya. Jadi semua hanya soal keberuntungan.

Fiza saat itu tak sengaja menyenggol Aca saat di kantin. Tapi semua memang sudah berbeda. Dengan sapaan Fiza yang tulus hanya dibalas dengan senyum tak ingin oleh Aca. Separah itukah sebagai pengagum.

Kisah SebentarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang