"Nih, kamu pake." Renaldi menyodorkan sebuah helm pada Fina. Fina segera menerima helm itu, lalu memakainya.
Tidak butuh waktu lama untuk keduanya meninggalkan parkiran sekolah. Renaldi mengendarai sepeda motor itu dengan hati-hati. Jantungnya berdegub lebih kencang dari biasanya. Sebenarnya, sudah lama Renaldi ingin mendekati Fina, namun baru kali ini ia beranikan diri untuk memulainya.
"Kamu setiap hari diantar-jemput Rafi?" Tanya tiba-tiba, Fina sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu.
"E... Iya."
"Emang rumah kamu sama dia searah?"
"Iyaa, rumahku deket sama rumah dia. Cuma beda RT aja."
"Oh, pantesan."
"Iya."
"Kamu sejak kapan kenal sama Rafi?"
"Udah lama, udah dari kecil aku main sama dia."
"Oh udah dari kecil? Aku kira baru-baru di SMA aja."
"Hehe, iya dari kecil. Makanya aku deket banget sama dia."
"Dia marah, enggak, hari ini kamu dianter sama aku."
"Enggak, kok."
"Serius?"
"Iyaa, Rafi santai kok, orangnya."
"Hehe, niatnya kalo dia marah, biar aku yang minta maaf. Tapi karena enggak marah, ya gajadi, deh."
Fina tersenyum mendengarnya.
"Besok, kalau mau nganter kamu pulang lagi, aku izin sama dia juga, deh."
"Buat apa?"
"Ya gapapa, biar sopan aja."
Fina tersenyum sekali lagi. Dia terpesona dengan tingkah Renaldi yang lagi-lagi begitu manis. Fina ingat, selama ini, jika ada laki-laki yang mendekatinya, pasti laki-laki itu tidak senang melihat kedekatannya dengan Rafi. Tapi Renaldi berbeda, ia tidak sama dengan laki-laki yang lain. Renaldi begitu manis dan sopan.
"Enggak usah, Di. Santai aja." Balas Fina.
Perjalanan menuju rumahnya cukup memakan waktu karena jalanan Jakarta yang begitu padat, hingga Renaldi dan Fina agak lama saling terdiam di perjalanan.
"Capek, ya?" Fina Nanya
Renaldi mengatur posisi kaca spionnya agar bisa melihat wajah Fina. "Enggak, kok."
"Macet banget soalnya."
"Iya, namanya juga Jakarta, Fin. Emang macet terus."
"Jadi enggak enak, ngerepotin."
"Enggak kok, Fin. Aku justru seneng bisa nganterin kamu pulang."
"Kok malah seneng? Bukannya justru aku nyusahin, ya?"
"Senenglah, selama ini aku enggak bisa berbuat baik ke kamu, akhirnya hari ini bisa. Hehe."
"Hahaha." Fina tertawa pelan.
"Kok malah ketawa? Aku serius, tau."
"Habisan kamu lucu. Emang harus banget, ya, berbuat baik ke aku?"
"Suatu kewajiban, Fin, berbuat baik ke perempuan secantik kamu."
Fina tersenyum malu.
"Sebenernya udah lama mau nawarin kamu untuk pulang bareng. Baru kesampean sekarang." Kata Renaldi sekali lagi.
"Makasih, ya, Di."
"Iyaa, sama-sama, Fin."
Setelah sampai di rumahnya, Fina segera turun dari sepeda motor Renaldi. Ia kembalikan lagi helm yang sedari tadi ia pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
21+ | RAFINA (END)
RomanceRenaldi mulai mendekat, posisi tangannya mulai ia pindahkan hingga dapat memeluk kekasihnya dari samping. Fina hanya terdiam, Dengan perasaan yang sedikit panik, dengan jantung yang berdegub mengencang, ia tetap menikmati hangat tubuh Renaldi. Kedua...