Rafina | 8

27.3K 234 0
                                    

"Emang bener, Fin?" Tanya Intan yang baru saja tiba di kantin.

Siang itu, Fina dan Rafi sedang makan siang berdua di kantin. Walaupun sedang dekat dengan Renaldi, Fina tetap ingin menghabiskan waktu istirahat sekolahnya bersama sahabatnya. Bagaimanapun juga, sejak kecil, ia selalu makan siang bersama, sulit rasanya melepaskan kebiasaan itu.

"Bener apaan? Dateng-dateng main bener-bener aja." Balas Fina.

"Beneran udah jadian sama Renaldi?" Tanyanya lagi.

Rafi berhenti mengunyah makanannya. Ia terkejut mendengar perkataan Intan, namun enggan untuk ikut bersuara membahas hal tersebut.

"Hmm..." Fina seolah berpikir.

"Ih, serius, Fin!"

"Iya, beneeer."

"Waaaaaah!" Intan kegirangan mendengar jawaban Fina. Sedang Rafi hanya terdiam menatap Fina, sahabatnya. "Selamaaaaat!" Lanjut Intan sambil memeluk Fina.

"Hahaha, makasih, Tan."

"Akhirnya enggak jomblo lagi ya, Fin."

"Hahaha. Iya, setelah bertahun-tahun."

"Kok lu ga bilang gue?!" Rafi memasang wajah serius.

"Sabtu malem sebenernya gue pengen bilang, tapi sampe rumah gue enggak sempet nelepon lu. Udah terlalu ngantuk. Terus hari minggu juga lupa. Hehe." Fina tersenyum lebar.

"Alesan!"

"Serius!"

"Yaudah sih, Fi. Temennya lagi seneng kok malah marah-marah." Potong Intan menengahkan.

"Tau lu, bukannya seneng sahabatnya enggak jomblo lagi!" Fina ikut bicara.

"Bukannya marah-marah atau enggak seneng, tapi ya seenggaknya bilang, dong. Selama ini setiap ada apa-apa kan lu bilang gue. Tapi masa urusan kaya gini lu enggak bilang?"

"Iyaa, maaf, Fi. Gue lupa, beneran."

"Yaudah, gapapa." Balas Rafi sebelum akhirnya lanjut menghabiskan nasi gorengnya.

"Jadiannya kapan?" Intan kembali bersuara.

"Sabtu kemaren."

"Ditembaknya kaya gimana? di mana?"

"Di kafe gitu. Ditembak biasa aja."

"Biasa aja gimana?"

"Ya biasa aja. Selayaknya cowok ngajak pacaran."

"Aaah enggak mungkin. Renaldi kan manis banget, pasti dia romantis."

"Hahaha." Fina hanya tertawa. Sebenarnya ia setuju dengan apa yang dikatakan Intan. Renaldi memang romantis. Tapi melihat Rafi yang hanya terdiam sejak kedatangan Intan, Fina jadi enggan untuk menceritakan apa yang terjadi di sabtu malam yang lalu.

Fina paham dengan apa yang dirasakan sahabatnya. Beberapa waktu terakhir, Rafi mungkin kesepian. Sebab Fina selalu saja menghabiskan waktunya dengan Renaldi. Setelah sekian lama bersama, baru kali ini Rafi berangkat sekolah dan pulang sendiri.

Bahkan beberapa kali ia datang ke rumah Fina, namun Fina tidak ada di rumah, Fina sedang pergi dengan Renaldi. Fina paham betul dengan apa yang dirasakan Rafi, namun, ia tidak bisa menolak kehadiran Renaldi di hidupnya. Ia bahagia dengan apa yang ia rasakan sekarang. Dan Fina berharap Rafi bisa semakin dekat dengan Tania, agar sepinya hilang, dan ada yang selalu menemaninya di setiap hari.

--

Senangnya yang punya pacar, apalagi yang baru saja jadian. Semua kegiatan sebisa mungkin dilakukan berdua, atau jika tidak akan merasa ada sesuatu yang kurang lengkap tanpa kehadiran sang pujaan hati. Hingga setelah resmi menjadi sepasang kekasih, Renaldi dan Fina lebih sering lagi menghabiskan waktu bersama. Dan di malamnya, jika sudah tidak bisa bersama, keduanya tetap melanjutkan obrolan melalui telepon.

"Tadi kamu makan siang bareng temen kamu?" Tanya Renaldi saat sedang menelepon Fina.

"Iyaa."

"Sebenernya aku pengen makan siang berdua sama kamu, tapi enggak enak sama temen kamu."

"Loh gapapa, kalo kamu mau, nanti kita makan siang bareng."

"Enggak usah, Fin. Kamu tuh dari pagi udah aku jemput, pulangnya juga aku yang anter. Terus kalau semuanya bareng aku, kapan kamu ada waktu untuk temen kamu? Makanya aku enggak enak sama Rafi."

"Iya sih, dari dulu, kemana-mana aku selalu bareng Rafi."

"Iyaa, sekarang kamunya udah jadi punya aku. Tapi kamu harus tetep punya waktu untuk temen kamu, ya."

Fina terdiam. Ia tersentuh dengan apa yang Renaldi lakukan. Walaupun Fina sudah menjadi kekasihnya, namun Renaldi tidak pernah memaksakan apapun. Ia mencoba mengerti Fina, ia mencoba memahami bahwa hidup Fina tidak hanya soal kekasihnya.

"Iyaa, Di. Makasih ya kamu udah mau ngasih aku waktu buat temen-temen aku."

"Enggak usah terima kasih. Kan emang kamu punya hak untuk itu."

"Iyaaa. Hehe."

--

21+ | RAFINA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang