"Fi, nanti gue pulang bareng Renaldi lagi." Kata Fina saat sedang makan siang bersama Rafi dan Intan.
Rafi hanya memandangnya sebentar, lalu mengangguk mengiyakan. Rafi sudah menduga bahwa Fina akan diantar pulang lagi oleh Renaldi. Sebab sudah dua hari Fina diantar olehnya.
"Oh iya, besok lu langsung ke sekolah aja, ya. Gue berangkat bareng Renaldi." Fina tersenyum lebar setelah mengatakan itu.
"Serius lu, Fin?" Tanya Intan.
"Iyaa, tadi gue iseng minta dijemput. Eh dia mau. Hahaha."
"Waah dia niat banget, ya? Sampe mau jemput lu pagi-pagi." Balas Intan.
"Iyaa, gue juga awalnya takut dia enggak mau. Eh ternyata mau. Hahaha." Fina tertawa.
Rafi hanya terdiam menatap Fina. Sebenarnya ia tidak senang melihat kenyataannya Renaldi memang benar-benar menyukai sahabatnya. Rafi tidak pernah rela melihat sahabatnya dimiliki oleh orang yang tak ia suka. Ia cemas. Ia takut sahabatnya dimanfaatkan oleh Renaldi. Ia takut sahabatnya hanya dipermainkan.
Tapi Rafi tidak bisa berbuat apa-apa. Jika Fina senang dengan apa yang sedang ia dapatkan, Rafi berusaha untuk ikut senang. Walau nyatanya kesenangan Fina membuatnya sangat cemas.
--
Hari berlalu, Fina semakin sering menghabiskan waktu dengan Renaldi. Dari berangkat sekolah, sampai pulang sekolah. Awalnya Fina sedikit bingung dengan perlakuan Renaldi. Sebab Renaldi bersikap seolah-olah ia tidak memiliki teman yang lain selain Fina. Sampai-sampai ia menghabiskan waktunya setiap hari bersama.
Namun, lama-lama ia sadar. Yang dilakukan Renaldi adalah sebuah upaya untuk mendekatkan diri dengannya. Renaldi rela mengantar jemputnya supaya bisa lebih dekat dengannya dan bisa jadi untuk suatu saat menjadikannya sebagai kekasih.
"Udah jam delapan, aku pulang deh." Kata Renaldi saat sedang bermain di rumah Fina.
"Tapi itu makanan kamu belum abis." Fina menunjuk piring yang berisi tiga potong donat.
"Buat kamu aja, biar gemuk. Hahaha." Renaldi bangkit dari duduknya.
"Hahaha. Aku enggak mau gemuk." Fina ikut bangkit.
"Emang kenapa?"
"Enggak mau aja. Nanti jelek."
"Kamu mau gendut, mau kurus, enggak akan jelek."
"Ah gombal."
"Aku serius. Di mata aku, kamu selalu cantik, Fin."
Fina menepuk pelan lengan Renaldi. "Udah ah, gombal."
"Hahaha." Renaldi tertawa sambil melangkahkan kaki untuk keluar dari rumah Fina.
Di teras, saat Renaldi baru selesai memasang sepatunya, tiba-tiba Rafi datang.
"Assalamu'alaikum." Kata Rafi saat baru tiba.
"Wa'alaikumussalam." Balas Renaldi dan Fina bersamaan.
Rafi sedikit terkejut saat mengetahui, bahwa malam-malam Renaldi masih saja berada di rumah sahabatnya.
"Tumben malem-malem? Mau ngapain?" Fina nanya.
"Lu gue telepon enggak diangkat-angkat. Gue mau ngambil buku gue."
"Oh iya, hp gue lagi dicas."
"Yaudah, aku pulang ya, Fin." Kata Renaldi. "Gue duluan ya, Fi." Renaldi tersenyum pada Rafi sesaat sebelum ia mendekati sepeda motornya, lalu pergi meninggalkan rumah itu.
"Buku apaan, si?" Tanya Fina setelah Renaldi pergi.
"Buku matematika."
"Emang buku matematika lu ada di gue?"
"Enggak, tadi gue bercanda. Gue mau minjem buku matematika lu. Lu udah ngerjain kan? Gue mau nyontek."
"Hih! Pantes aja gue bingung. Perasaan lu enggak nitip buku ke gue."
"Hahaha. Tapi lu udah ngerjain, kan?"
"Iyaa udah."
"Yaudah mana?"
"Iyaa, bentar." Fina masuk ke dalam rumahnya, Rafi mengikutinya dari belakang.
Di dalam, Rafi duduk di sofa ruang tengah, sedang Fina masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil buku matematikanya. Lalu kembali keluar dan memberikannya pada Rafi.
"Nih."
Rafi mengambilnya, lalu membuka buku itu. "Yang mana?"
Fina bersandar di sebelah Rafi. "Yang paling belakang, liat aja."
Rafi membuka lembar demi lembar buku itu. "Oh yang ini."
"Fi."
Rafi menoleh. "Iya?"
"Tadi lu liat, kan? Renaldi ramah banget ya sama lu?"
Rafi kembali melihat buku tulisnya. "He'eh."
"Gue seneng deh, kalo dia akrab sama lu, kita bisa main bareng." Katanya sekali lagi. Namun Rafi hanya terdiam saat itu.
"Fi."
Rafi menoleh. "Kenapa?"
"Lu denger, enggak, sih?"
"Iyaa, Fin. Gue denger."
"Gimana, mau enggak lu main bareng?"
"Iyaa nanti kapan-kapan ya, gue mau balik. Mau ngerjain ini dulu." Rafi bangkit dari duduknya, lalu berjalan keluar.
"Hih dasar lu dateng karena ada maunya doang."
Rafi menoleh sebentar. "Hahaha. Ngomongin diri sendiri." Lalu berjalan lagi meninggalkan Fina.
Fina terdiam. Iya juga ya. Gue juga sering nyamperin Rafi kalo lagi ada maunya doang.
--
Jangan lupa vote yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
21+ | RAFINA (END)
RomanceRenaldi mulai mendekat, posisi tangannya mulai ia pindahkan hingga dapat memeluk kekasihnya dari samping. Fina hanya terdiam, Dengan perasaan yang sedikit panik, dengan jantung yang berdegub mengencang, ia tetap menikmati hangat tubuh Renaldi. Kedua...