Bab 1 Gadis Berhoodie Pink

433 57 8
                                    

Karena yang beda selalu berhasil meninggalkan kesan.

***

Jakarta, 10 September 2020

"Sorry, gue telat." Lelaki itu menarik kursi di dekat sahabatnya yang menatapnya jengah.

"Emang sengaja ngaret, kan?"

Lelaki itu terkekeh. Ia memang sengaja datang telat hari ini, pasalnya dia malas melihat tatapan para gadis yang seakan ingin menelanjanginya.

"Lo tau gue, kan?"

"Yaya ... Alian Dava Mahendra, pujaan semua wanita."

Lelaki yang disebut namanya itu tertawa dengan kerasnya, membuat sebagian besar perhatian pengunjung mengarah padanya. Bahkan semua gadis remaja tampak jelas mengaguminya. Padahal dia hanya mengenakan hoodie hitam polos dipadukan dengan celana pendek putih serta sepatu sneaker dengan warna senada.

"Tadi Mbak Diana nyariin lo."

"Terus Mbak Diana mana?"

"Udah pulang. Katanya nanti dia nelpon lo aja."

Lian mengangguk paham mendengar penjelasan sahabatnya-Haris. Sebenarnya, dia datang ke Kedai Kopi Nalar ini atas permintaan sepupunya itu, tapi karena dilanda rasa malas jadilah dia datang terlambat.

"Gue ke toilet dulu deh," pamit Haris meninggalkan Lian dengan segelas coffee latte.

Lian menyesap kopi favoritnya yang baru saja disajikan oleh pelayan yang memang sudah mengenalnya sebagai sepupu pemilik kedai. Ia mengalihkan tatapannya ke segala penjuru kedai. Sesekali tersenyum pada gadis-gadis yang akan histeris setelahnya. Ia menggelengkan kepala pelan.

"Nasib orang ganteng gini nih. Senyum dikit aja udah buat anak orang kayak mau mati saking senengnya," gumam Lian percaya diri. Ia terkekeh dengan kalimatnya sendiri. Hingga pandangannya terhenti di sudut kedai, tepatnya pada sosok gadis mungil yang nampak tenggelam dalam hoodie pink oversize-nya.

Gadis itu nampak mengaduk minumannya tanpa minat, sesekali mengedarkan pandangan ke arah interior kedai dan setelahnya fokus kembali ke arah minumannya yang hanya diaduk. Tak lama gadis itu melirik arlojinya, memanggil pelayan dan membayar pesanannya. Ia meraih sling bag-nya dan bergegas keluar dari Kedai.

Semua yang dilakukan gadis itu tak lepas dari pandangan Lian. Gadis yang tampak asik dengan dunianya sendiri membuat Lian sedikit ... penasaran. Hingga tepukan Haris di bahunya membuyarkan lamunannya.

"Liatin apaan?" tanya Haris mengikuti pandangan Lian. Tapi nihil, yang dilihat hanya pintu tertutup dengan lonceng yang sedikit bergerak.

"Lo kesambet?"

"Ck ... ganggu aja lo," decak Lian kesal. Sedangkan Haris hanya mengedikkan bahunya, acuh.

"Gue pulang deh ya, nyokap gue nelpon minta dijemput."

Lian yang mendengar ucapan Haris hanya menganggukkan kepalanya. Ia tidak mungkin melarang Haris pulang, toh salahnya juga datang terlambat.

Sepeninggalan Haris, Lian hanya menikmati kopinya dengan sesekali memainkan ponselnya. Karena merasa bosan, lelaki itu akhirnya memilih mengikuti jejak Haris meninggalkan kedai.

***

Seorang gadis nampak berjalan dengan lesu ke arah rumah yang terlihat megah dengan pekarangan yang begitu asri. Ia membuka handel pintu setelah mengucapkan salam.

Philophobia✓ [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang