#14 : Goyah

636 55 22
                                        

Hingga detik ini Meilin masih tidak mengerti mengapa Chandra jadi lebih sering menempel padanya. Kemanapun ia pergi pasti Chandra akan mengajukan diri untuk ikut tanpa diminta. Termasuk antar jemput layaknya tukang ojek langganan. Saat ditanya kenapa Chandra melakukan semua itu? Pria itu selalu menjawab jika ingin balas budi.

"Seperti biasa. Sebelum pulang kasih kabar dulu. Jangan pulang kalau aku belum selesai! Ngerti!"

"Kenapa lagaknya jadi kayak body guard sih?" balas Meilin.

"Belajar jadi suami yang baik, apa tidak boleh?"

Salah satu sudut bibir Meilin terangkat samar. Ia mengira jika Chandra sedang menjadikannya tempat berlatih sebagai suami siaga. Tidak masalah, ia tahu diri, jika dirinya tak lebih dari sahabat.

"Karena kamu udah ngenalin aku sama Ning Kiyya. Ganti aku bantu kamu jadi Ayah dan suami yang baik! Semangat!" seru Meilin mengepalkan tangannya ke udara dengan hidung mengerut. Sementara itu Chandra hanya tersenyum konyol. Ia yakin, Meilin pasti tidak paham maksud ucapannya.

"Lulus satu tahu lebih cepet ternyata belum menentukan tingkat kecerdasan, ya!" dumel Chandra menyindir.

"Siapa tuh?"

Ya ampun, gadis itu benar-benar membuat Chandra gemas. "Kamu lah!" Cubit Chandra di pipi kiri Meilin.

"Kok jadi bahas kelulusan?" tanya Meilin sambil mengelus pipinya dengan alis bertaut.

Sudahlah jika dibahas terus-menerus pasti tidak akan ada habisnya. Lagipula salah Chandra sendiri masih saja bermain kode.

"Udah ah gak penting, siang nanti kita ketemu di meja kantin, oke!"

***

UGD Medical Center hari ini sedang tidak begitu ramai. Hanya ada satu pasien kecelakaan, dan satu ibu hamil yang dirujuk dari bidan rumahan. Suami dari ibu hamil terlihat sibuk mondar-mandir mengurus administrasi dan menanyakan banyak hal ditemani ibu dan ayah mertua.

"Gimana, Ka? Ada dokter kandungan wanita?"

Pria tinggi itu menggeleng kecewa. Pasalnya, tempat itu merupakan rumah sakit ketiga yang telah ia kunjungi. Ia tidak punya waktu lagi untuk mencari tempat lain karena istrinya sudah melewati masa prediksi melahirkan. Belum lagi bidan desa bilang jika janin mengalami lemah jantung, untuk itu istrinya harus segera mendapat penanganan khusus.

"Coba Muya sama Buya bujuk Dik Ayyis, ya, dia harus setuju lahiran di sini," lirih pria itu memohon.

Wanita paruh baya dengan jilbab lebar itu mengangguk paham dan pergi menuju UGD diikuti suaminya. Sedangkan pria itu pergi ke bagian administrasi. "Mbak mau tanya, siapa dokter yang bertugas operasi kandungan hari ini?"

Petugas administrasi langsung mengecek. "Dokter Julian Chandra, Pak!"

Pria itu merenung kesekian kali. Sang istri sudah berpesan padanya; kalau bisa, mencari rumah persalinan yang memiliki dokter kandungan wanita saja, tapi sayang untuk hari ini keinginannya tidak terkabul.

"Ya sudah, bisa urus proses persalinan istri saya, kata bidan tadi jantung janinnya mengalami masalah! Tolong tangani dengan segera, Mbak!"

Pria itu memberikan surat rujukan dari bidan pada bagian admisi. Setelah membaca keterangan yang terdapat di kertas tersebut, pegawai administrasi kembali berujar, "Pasien sudah masuk ke UGD?" tanya sang pegawai. Pria itu mengangguk.

Petugas admisi pergi ke UGD menanyakan keadaan pasien dan kembali ke tempatnya untuk  meminta sang wali pasien mengisi data-data yang diperlukan.

"Bapak suaminya?"

Emergency Mom [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang