Julian Chandra Zahrawi berubah status menjadi seorang Ayah karena membawa bayi dari tempatnya bekerja.
Pria berprofesi dokter itu mengira jika orang tuanya mau menjadikan sang jabang bayi sebagai adiknya. Nyatanya, kedua orang tua Chandra tidak mau...
Meilin menyedu minuman hangat yang baru saja diantar pelayan kafe. Setelah membantu mengoreksi tugas mingguan para koas, Azri mengajak makan bersama sebelum mengantarnya pulang.
"Dokter Julian itu pacar kamu?" tanya Azri. Meilin menggeleng. Bukan sebagai pacar yang Meilin harapkan, lagipula sudah bukan waktunya lagi ia pacaran.
"Tapi kok kalau ketemu saya sewot? Kayak punya dendam sama saya?" pikir Azri heran. "Kemarin ketemu di parkiran, senyumnya kayak gak ikhlas gitu."
Meilin terkekeh. Sebenarnya bukan suatu hal yang berbau jenaka, tapi lucu saja membayangkan Chandra bersikap seperti itu. Azri mengerutkan dahi samar. "Oh, dia cemburu karena saya keluar sama kamu ya?" tebak Azri kemudian.
"Berarti dia ada rasa sama kamu," simpul Azri yakin. "Padahal saya gak mungkin mendekati kamu. Karena saya punya adik perempuan yang seumuran sama kamu. Saya gak mau punya istri rasa adik," jelasnya terkekeh mengakhiri cerita. Meilin juga ikut tertawa. Ia sebenarnya mengenal adik Azri hanya saja berbeda profesi.
"Makasih ya, Meilin. Sudah bantu saya banyak hal. Sampek mau nemenin beli boneka. Anak saya pasti suka."
Meilin mengangguk. "Sebelum saya anter balik. Kita mampir ke rumah mantan istri dulu. Anak saya malam ini kangen saya." Mata Meilin reflek melebar. "Jangan khawatir kamu di mobil aja. Biar saya yang masuk. Lagian dia sudah menikah lagi kok."
Meskipun tidak banyak bicara tapi ekspresi Meilin selalu berubah-ubah menanggapi isi cerita Azri yang cukup menarik perhatiannya malam ini.
"Kalau menikah nanti. Jangan sampai ada rahasia diantara kamu sama suami. Awalnya mungkin gak papa, tapi lambat laun bisa jadi masalah. Meskipun sepele pasti bakal dibuat bahan adu mulut kalau lagi marahan. Pokoknya jangan sampai begitulah," ujar Azri memberi wejangan. Meilin hanya mengangguk.
"Kamu gak tanya kenapa saya cerai sama istri?" Meilin mengerjap bingung. Meskipun penasaran itu bukan urusannya sama sekali.
"Enggak, Dok! Gak semua masalah bisa ditanyakan. Hehe." Azri mengangguk setuju.
"Ya sudah. Kita pulang. Takutnya nanti anak saya minta mampir ke taman bermain dulu sebelum pulang ke rumah."
***
Chandra tak lelah menunggu kabar dari Meilin. Dua gelas berisi kopi susu telah ia habiskan sembari membuka akun Instagram sekedar mengalihkan rasa risaunya. Tadi ia mencoba menghubungi Meilin berulangkali, bukannya diangkat, gadis itu malah menonaktifkan ponsel.
Naresha juga ikut menemaninya. Bayi perempuan itu seakan ingin mendengar suara Meilin sebelum menjalani aktivitas rutinnya yaitu tidur. "Kok gak bobok, Sha? Biasanya kamu jam segini udah tidur pules." Heran Chandra mengusap pipi Naresha dengan ibu jari.
Bayi itu mengoceh dengan mata bulatnya yang semakin membola seolah sedang bercerita penuh ekspresi. Chandra tersenyum dan mencium berulang kali pipi bulat itu hingga puas.
Ponsel digenggamannya bervibrasi. Ada pemberitahuan dari grup berisi para sahabatnya. Di sana Meilin mengirimkan sebuah gambar dan berhasil membuat ia terkejut.
Bedebah kesayangan (4)
Meilina.A:
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.