Alga dan Bima sudah menunggu di depan bioskop. Tangan Bima membawa empat tiket nonton ber-genre romantis. Meskipun mem-booking empat kursi, tapi Bima memisahkan Meilin dan Chandra di bangku paling ujung.
"Lo gila ya, kalau mereka maksiat gimana?" pikir Alga menyeruput ice choco mint kesukaannya.
"Tinggal nikahin, beres!" jawab Bima tidak ambil pusing. "Lagian Julian juga gak mudah tergoyahkan."
"Julian normal, Bim. Yang sakit itu hatinya, anu-nya mah masih normal."
"Lo pikir Meilin juga bakal grepe-grepe?" sahut Bima, "iya bisa jadi sih ya, 'kan dia juga normal," lanjutnya terkekeh sendiri.
Di balik tawanya. Bima melihat Meilin dan Chandra berjalan beriringan. Mereka terlihat cocok dari segi postur, warna kulit, garis tawa, dan ... bentuk wajah.
Bima menepuk-nepuk lengan Alga. Membuat pria tinggi itu menjeda acara minumnya.
"Lihat! Lihat! Orang bilang kalau look-nya mirip, katanya jodoh!" pekik Bima gemas. "Kenapa kita gak memperhatikan itu ya, apa Meilin ganti wajah makanya gue gak sadar?" pikirnya asal.
Alga ikut memandang kedua sahabatnya itu. Ia menyetujui pendapat Bima, jika Meilin dan Chandra terlihat serasi.
"Lama bener datengnya," sambut Bima mencibir.
"Gue sama Meilin beli baju buat Naresha dulu. Karena gue yakin lo pasti telat. Makanya gue melipir sejenak," dalih Chandra.
Bima melirik Meilin yang wajahnya nampak berseri karena bisa berduaan dengan Chandra tanpa ada gangguan dari Bima dan Alga.
"Ya sudah, ayo masuk buibu, abis ini acara dimulai," ajak Bima menyobek dua tiket dan memberikannya pada Chandra.
"Kenapa gak sekalian lo bawa?" tanya Chandra heran.
"Gue sama Alga di tengah. Kalian di paling atas. Soalnya penuh jadi kita pisah," bual Bima.
Chandra hanya diam tidak banyak protes. Ia menerima sobekan tiket nonton itu dari Bima dan melihat nomor tempat duduk yang tertera. "Jangan aneh-aneh ya kalian," ujar Bima mewanti-wanti.
"Yeu, kalau gue sama Meilin aneh-aneh masih masuk akal. Lah kalian kalau mau aneh-aneh itu yang bahaya!" Meilin menahan senyum mendengar sebaris kalimat gurauan dari mulut Chandra.
Belum sempat membalas kalimat Chandra. Seorang karyawan bioskop memberi informasi jika studio dua akan segera dimulai.
"Bim, tuntun gue ya, gue takut gelap," bisik Alga.
"Banyak-banyak ibadah lu. Kalau mati, di dalam kubur sendirian gak ada temen, gelap, sempit mau ajak siapa lu!"
***
Keempat manusia berstatus sahabat itu berpindah ke lantai paling atas untuk mengisi perut. Tak ada suara di antara mereka kecuali sentuhan piring dan sendok yang saling bersahutan. Terkhusus Alga dan Bima, mereka terlihat kelaparan padahal hanya menonton film selama satu setengah jam di ruang dingin.
"Sholat yuk," ajak Chandra setelah meneguk minuman dinginnya. Ia melirik jam di tangan yang sudah hampir menginjak waktu Ashar. "Lima belas menit lagi mau Ashar lho," kata Chandra menambahi.
"Hah?" pekik Bima. "Ya Allah, ayuk-ayuk kita sholat dulu. Nanti Abi gue ngamuk karena lupa sholat. Bisa-bisa mobil gue disita juga." Bima ini termasuk keturunan yang taat. Nama belakangnya Abyasa, yang memiliki arti, patuh dan teratur.
"Dih, sholat kok karena takut dimarahin!" oceh Chandra.
"Jangan pusing-pusing ngurusin amal ibadah gue. Belum tentu juga sholat lu lebih baik dari gue."

KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Mom [END]
RomansaJulian Chandra Zahrawi berubah status menjadi seorang Ayah karena membawa bayi dari tempatnya bekerja. Pria berprofesi dokter itu mengira jika orang tuanya mau menjadikan sang jabang bayi sebagai adiknya. Nyatanya, kedua orang tua Chandra tidak mau...