41. JADIAN NIH?!✅

654 55 3
                                    

Selama membaca!

***

Berulang kali mengerjapkan mata, Adira di buat kehabisan kata mendengar pengakuan Evano. Walaupun dia pernah mendengar ungkapan perasaan dari Evano sebelumnya. Namun jelas kali ini suasana sangat berbeda. Jika waktu pertama kali Evano mengatakan perasaan nya kepada Adira, malam itu itu Adira masih di buat tak percaya dengan pengakuan Evano dan dia masih ragu dengan perasaannya. Hingga kejadian di kantin beberapa hari yang lalu saat Evano menembaknya, Adira sendiri masih di buat ragu atau lebih tepatnya merasa tak bisa menerima Evano karena masalah papa nya.

Tapi sekarang Evano kembali menembaknya di hadapan banyak orang bahkan dia sampai mempersiapkan semua ini. Adira di buat speechless melihat nya bahkan saat ini dirinya merasa seperti manusia jelly yang tak kuasa untuk berpijak saking gugup, terharu, terkejut semuanya bercampur menjadi satu.

Hingga suara Evano kembali menyadarkan Adira ke dunia nyata.

“Gimana, lo mau jadi pacar gue?” ulang Evano dengan masih menatap lekat kedua mata bulat Adira.

Adira mengedarkan pandangannya melirik sekitar. Semua orang kompak terdiam menatapnya, terlihat ekspresi penasaran di wajah mereka menunggu jawaban darinya.

Kembali menatap pancaran bola mata coklat terang milik Evano. “Aku...” Adira gugup. Sangat, sampai dia tidak bisa menyampaikan kata-kata nya.

“Gue rasa gak ada alasan buat lo nolak gue, lagi.” ucap Evano percaya diri. “Jadi... ”

Menipiskan bibirnya, Perlahan kepala Adira mengangguk dua kali. ”Iya,” cicit Adira.

Senyuman tipis terukir di bibir Evano mendengar jawaban Adira. “Iya apa?” tanya Evano berniat menjahili.

Adira mengerucutkan bibirnya. Susah payah dia memberikan jawaban. Apa Evano tidak tahu kalau saat ini dia sangat malu karena menjadi pusat perhatian.

“Iya aku mau jadi pacar kak Evano,” ulang Adira dengan sekali tarikan nafas.

Evano tersenyum lebar. Tidak bisa di jabarkan bagaimana perasaannya saat ini. Mungkin kata bahagia tidak cukup menggambarkan perasaannya sekarang, lebih dari bahagia. Sepanjang hidupnya dia tidak pernah merasakan perasaan membuncah semacam ini.

Sorakan di iringi godaan dari teman-temannya menambah heboh suasana. Mereka semua juga ikut bahagia melihat rencana yang telah mereka susun ternyata membuahkan hasil yang sesuai ekspektasi.

“Makasih,” ucap Evano tulus. Jangan lupakan pancaran kebahagian terlihat jelas di wajahnya. Evano memberikan bunga yang berada di tangan untuk Adira ambil.

Adira mengambilnya, tersenyum malu-malu. Dia menatap mata Evano dengan berbinar. “Bunganya cantik, makasih kak.” jujur Adira.

“Cantik, kayak lo.” kata Evano membuat semburat merah menguar dari pipi Adira.

“Sahabat kita, Yan. Kang gombal ternyata!” Seru Rafi kepada Erdian. Yang mendapat anggukan kepala darinya.

“Cie... Cie... Adira. Pipinya merah gitu ih!” Teriak Cecilia membuat Adira melotot kaget ke arahnya.

“Asik lah gue punya temen juga buat di ajak bucin!” Daniel berseru bangga.

“Sae lo!” balas Parjo yang berada di samping Daniel.

“Yang nggak laku mending diem aja!” Sahut Daniel mengejek Parjo.

Parjo mendelik tajam ke arah Daniel. “Gue sumpahin besok lo putus sama pacar baru lo itu!”

EVANDIRA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang