EPILOG✅

1.5K 65 7
                                    


Selamat membaca!

***

Hari minggu pagi Adira dan Evano memanfaatkan waktu mereka sebelum esok hari kembali memulai aktivitas di senin pagi dengan berkeliling sekitaran taman komplek perumahan Evano.

Sudah terhitung lima bulan dari sekarang pasca kecelakaan yang menimpa Evano membuat lelaki berparas tampan itu harus berjalan dengan bantuan tongkat kruk yang di sarankan oleh dokter. Dua bulan yang lalu Evano sudah melepas gips di kakinya hingga Evano perlahan bisa berdiri dan berjalan sendiri walau tidak terlalu lama karena kaki Evano belum sepenuhnya di nyatakan sembuh. Namun di bulan ke lima berjalan enam sekarang ini dokter menyatakan jika Evano sudah dinyatakan sembuh tapi dokter tetap menyarankan lebih baik Evano tidak memaksakan untuk berjalan sendiri dan melakukan aktivasi fisik yang terlalu berat supaya proses pemulihan yang di lakukan Evano dapat berjalan dengan cepat dan dia bisa berjalan dengan normal kembali.

"Hari ini kak Evano masih ada jadwal chek up sama dokter, kan?"

Evano yang baru saja mendaratkan tubuhnya di kursi yang terdapat di taman segera menoleh kepada gadis di sampingnya. Gadis yang dengan setia menemani nya menjalani masa pemulihan.

"Iya, seharusnya. Tapi aku minta ganti ke hari besok." jawab Evano.

"Kok di ganti? Emangnya kalau hari ini kenapa? Bukannya biasanya juga hari minggu. Lebih cepat lebih baik biar kak Evano bisa cepet jalan lagi." kata Adira kepada Evano.

Evano tersenyum geli melihat wajah Adira yang nampak keberatan dengan keputusannya. "Hari ini mau ketemu sama Rafi juga abang kamu. Katanya ada hal penting yang mau mereka bicarain." ucap Evano memberitahu.

"Kenapa nggak di tunda aja ketemunya. Terapi kak Evano lebih penting lho!" kata Adira tak setuju.

Evano menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, "Aku udah janji, Ra."

Adira mendecak pelan, "Tapi kan-"

Evano mengacak rambut Adira membuat si empu terdiam kaku dengan kalimat nya yang kemudian menggantung. "Sekarang kamu cerewet ya, Ra. Ngalahin Cecil," ujar Evano seraya terkekeh kecil.

Adira berdehem sedikit menghilang kegugupan yang tiba-tiba menyerang akibat perlakuan Evano yang membuat jantung nya berdegup lebih kencang.

"Y-yaudah, terserah kalau gitu." Ucap Adira tanpa menoleh kearah Evano.

Walau mereka berpacaran kurang lebih hampir enam bulan lamanya. Namun Adira tetap saja merasa malu dan salah tingkah mendapat perlakuan dari Evano. Sekecil apapun, seperti tadi contohnya.

"Kita pulang aja, udah mulai panas juga." kata Adira lagi seraya berdiri.

Melihat gelagat Adira yang berubah membuat Evano mengernyit bingung, "kamu marah, Ra?" tanya Evano. "Kalau kamu marah soal aku tunda Chek up, maaf deh. Cuma sekali ini doang kok."

Mendapat keterdiaman Adira membuat Evano mengambil tongkat kruk di sampingnya untuk membantunya berdiri.

"Ra, Shhh... Aw!"

Mendengar suara kesakitan Evano membuat Adira yang hendak melangkah pergi bergegas menoleh dan melihat di sana Evano terduduk di kursi seraya memegangi kakinya dengan meringis.

EVANDIRA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang