37. TERBONGKAR✅

593 55 0
                                    


Di part ini sama part depan bakal lebih banyak narasi dari pada dialognya. Jadi untuk yang baca di saranin jangan di loncat-loncat bacanya. Biar kalian lebih paham😉

Selamat membaca!

***

Di dalam pikirannya saat ini hanya terlintas satu pertanyaan. Bagaimana keadaan adiknya sekarang?

Adira tak membuang waktu lagi setelah menerima kabar dari tante Mentari jikalau adiknya berada di rumah sakit. Saat ini dia tengah berada di koridor rumah sakit dengan keadaan yang tidak bisa di katakan baik-baik saja. Wajah sembab dengan air mata yang tak berhenti menetes. Serta seragam sekolah yang dia kenakan sudah tak serapi biasanya.

Adira berharap semua ini hanya mimpi. Melihat adiknya sakit di rumah saja dirinya sudah di landa rasa khawatir yang berlebihan. Apalagi saat ini dia mendengar bahwa adiknya mengalami kecelakaan. Dirinya benar-benar merasa takut, takut jika sesuatu hal yang buruk menimpa adiknya.

Namun yang Adira harapkan seperti nya hanyalah harapan yang semu karena di sana, berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri oma nya dengan tante Mentari tengah berdiri didepan ruang UGD dengan keadaan yang tak jauh berbeda darinya. Terlihat kacau.

Perasaannya semakin tak karuan saat kedua matanya bersitatap dengan pandangan oma Sarah yang tengah melihatnya dengan putus asa. Adira mengigit bibirnya, dia segera berlari dan menghambur kedalam pelukan oma nya. Menumpahkan semua perasaan yang membuatnya takut sejak di dalam perjalanan menuju ke mari.

“Aqilla kenapa... oma? Gimana keadaanya sekarang?” tanya Adira seraya terisak.

Mentari yang berada di sana merasa tak tega melihat Adira yang menangis kepada oma nya. Dirinya juga merasa khawatir seperti Adira mendengar kabar kecelakaan ini.

“Kenapa bisa Aqilla sampai kecelakaan? Harusnya Aqilla ada di rumah kan, oma?” ucap Adira di sela-sela isakkan nya. Suara terdengar bergetar.

Adira mengurai pelukannya saat di rasa oma Sarah hanya bungkam tak menjawab pertanyaan nya.

“Oma...” Adira menatap oma Sarah menuntut jawaban.

Oma Sarah mengusap sisa air matanya. Dia mengelus lembut rambut Adira. “Sayang... Adik kamu keadaanya kritis.” ucap oma Sarah akhirnya mengatakan keadaan Aqilla kepada Adira.

Adira menutup mulutnya dengan tangan.Tak bisa di jelaskan bagaimana perasaannya sekarang saat mendengar jika adiknya yang tengah terbaring kritis. Hati Adira remuk, kenyataan yang membuatnya merasa sesak.

Adira menggeleng, mengambil lengan oma Sarah yang berada di kepala lalu menggenggam nya erat. “Oma...  Jelasin sama Adira. Gimana bisa Aqilla, kecelakaan?” kata Adira dengan parau seraya terus meneteskan air mata. Namun oma Sarah malah memalingkan wajah menatap sosok lain yang berada di sana.

“Nak?”

Adira menoleh, menatap Mentari yang baru saja memanggilnya. “Tante minta maaf,” ucapnya terdengar penuh nada penyesalan. Dia mengambil lengan Adira. “Tante minta maaf... Semuanya salah tante, nak.”

Adira di buat tak mengerti dengan penuturan tante Mentari. Dia mengalihkan perhatiannya menatap oma nya meminta jawaban, namun oma Sarah hanya memandangi tante Mentari dengan dengan raut penuh kebencian, terlihat jelas rasa tidak suka dari pancaran matanya.

Adira melihat wajah Mentari yang tak henti-henti nya mengeluarkan air mata. “Tante, ada apa? Kenapa tante minta maaf?”

Namun sekali lagi kata-kata yang keluar hanya lah permintaan maaf. Tidak ada kalimat penjelasan mengenai adiknya.

EVANDIRA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang