27. KEMBALI MEMBAIK?✅

581 59 17
                                    


Selamat membaca!

***

Mereka dekat, bahkan hanya sedikit jarak yang memisahkan antara tempat duduk mereka. Suasana di antara mereka bahkan lebih buruk dari hari kemarin. Jika kemarin Adira masih mencoba untuk mengajak bicara Cecilia dan dia akan menjawab walau seperlunya, namun kali ini mereka hanya berdiam tanpa bertegur sapa sama sekali.

Adira kecewa bahkan terlampau kecewa kepada Cecilia, dia sama saja dengan kakak nya. Seolah Adira bukanlah orang yang terlibat dalam masalah yang mereka ciptakan sehingga mereka tak memberikan penjelasan apapun terhadap nya. Lain hal dengan Cecilia, dirinya merasa serba salah. Kenapa harus Adira yang menjadi anak dari pembunuh ayahnya. Cecilia tahu Adira bukan orang yang pantas di jauhi di sini, dia tidak patut dilibatkan dalam masalah yang orang tuanya perbuat. Tapi melihat Adira kini seakan mengingatkan bagaimana dia kehilangan ayahnya yang selama ini dia ketahui karena sebuah kecelakaan, tapi nyatanya ayahnya pergi dengan cara yang keji dan pelakunya adalah orang tua sahabatnya. Butuh waktu untuknya menerima semua ini dia sudah memikirkan semua ini dari kemarin.

Mata pelajaran jam kedua kali ini telah berakhir. Adira ingin segera pergi keluar, dirinya akan menemui Evano. Dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri bahwa sekarang terakhir kalinya dia akan menemui Evano dan meminta dia untuk menjelaskan semua yang terjadi. Walaupun dia ragu Evano mau berbicara dengannya terlebih penolakan Evano tadi pagi membuktikan kalau dia tengah menghindar dari Adira. Tapi Adira melakukan ini demi papa nya, apapun akan dia lakukan asalkan papa nya tidak menderita di dalam penjara.

Adira menghela nafas dengan pelan, memejamkan matanya sejenak. Dia harus menguatkan dirinya jika nanti Evano kembali enggan bicara dengannya. Pergerakan Adira tersebut tak pelak membuat orang di sampingnya menoleh.

Adira beranjak dari duduknya namun kembali urung karena seseorang menahannya.

“Lo mau kemana, Ra?” tanya Cecilia. Akhirnya setelah lama bungkam Cecilia mengeluarkan suaranya.

Adira sempat tak percaya Cecilia berbicara dengannya. Dia tersenyum tipis, sangat tipis. “Aku mau keluar,” jawab Adira ketika kembali duduk menghadap Cecilia.

Hatinya sedikit lebih tenang jikalau Cecilia mau berbicara kepadanya dan tidak mendiamkan nya.

“Ngapain?” Cecilia bertanya penasaran. Sejujurnya dia sudah tak tahan berdiam-diaman bersama Adira. Sungguh rasanya tidak nyaman.

Adira mendadak gugup, dirinya tak mungkin memberitahu kemana tujuannya pergi. “Ah itu, Aku mau ke toilet,” bohong Adira.

Cecilia menghembuskan nafas panjang. “Lo pasti mau ketemu sama kakak gue, kan?” tebak Cecilia yang tepat sasaran. Membuat Adira sedikit tertegun.

Desahan pelan keluar dari mulut Adira. “Aku gak tahu harus gimana, Cil. Papa gak mungkin ngelakuin itu,” ucap Adira. Tanpa sadar matanya kini sudah berkaca-kaca.

“Jujur, gue juga gak bisa lakuin apapun. Gue sama kakak gue cuma mau keadilan buat bokap gue. Lo pasti ngerti posisi gue kan, Ra? Gue juga maunya kalau pelaku itu bukan bokap lo.” ucap Cecilia mengungkapkan keinginannya.

Adira tahu bukan dirinya yang merasa terbebani di sini. Cecilia sama dengannya, terlebih dari cerita Cecilia dulu saat dirinya kehilangan Ayahnya membuat Adira tak bisa membayangkan bagaimana terpuruk nya Cecilia. Tapi Adira juga sangat yakin jika papa nya tidak mungkin melakukan hal keji seperti itu.

EVANDIRA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang