"Kmu benar baik-baik saja kan?" Kata pemuda bernama Sansekerta seraya menyetir mobil miliknya.
"Gapapa k-kak," balasku agak canggung.
"Sekali lagi aku minta maaf ya," ucap nya sambil menunjukkan senyum yang menurutku sangat berharga.
"Dimaafin."
Kulihat ia terdiam sejenak sembari mengendarai mobilnya. Aku menatap langit sore disertai rintikan hujan pemberian semesta.
Tak lama ia berkata, "boleh ku tau namamu?"
"Jingga"
Dia tersenyum, "nama yang indah. Apakah kamu mengetahui namaku?"
"Aksara Sansekerta, bukan?"
Dia menatapku, dan aku kembali menatapnya, "kenapa, kak?"
"Kenapa bisa tau?" tanya pemuda itu.
Matilah kau Jingga. Seharusnya kau harus mengatakan bahwa kau tidak mengenalnya saja.
Aku harus mencari alasan yang tepat. Aku tidak ingin ketahuan bahwa aku telah mengenalnya sejak lama, ah ya!
"Itu ada tag name di seragamnya," jawabku sambil menunjuk seragam milik pemuda itu.
Dia tertawa, "astaga, betul juga."
Aku pun ikut tertawa, begitupun dengan nya. Ah benar, memang sesulit ini mengerti tentang candaan semesta. Akupun harus berbohong, maafkan aku kak Sansekerta.
⋆ ⋆ ⋆
"Ayo mampir dulu kak. Bunda udah nyiapin teh kalo jam segini," ajakku sembari membuka gerbang rumah.
Pemuda itu mengangguk, menandakan ia menyetujui untuk mampir sejenak kerumahku.
Perasaan senang menyelimutiku hingga jadi satu. Senang akhirnya bisa bertemu hingga saling bercakap dengan seorang yang ku anggap sebagai crush disekolah.
Tidak menyangka dan tidak percaya.
"Bunda. Aku pulang," ujarku sambil mengeraskan suara. Supaya bunda bisa dengar kalo anaknya sudah pulang.
Bunda menghampiri ku, netranya menatap lurus kearah pemuda yang kubawa. Siapa lagi kalo bukan Kak Sansekerta.
"Kenapa baru pulang sekarang? dan pemuda ini siapa, Jingga?" tanya bunda sembari melihat pemuda yang berada disamping ku.
"Mungkin pacar Jingga, bun."
Serentak kami bertiga menoleh pada sumber suara. Seorang lelaki paruh baya yang sedang membawa secangkir kopi favorite nya. Ayah.
"Ayah!" Seru ku. Yaampun aku malu sekali tuhan.
Kak Sansekerta tertawa. Sedangkan aku malu sekali. Sepertinya, aku harus mengubur diri dekat pohon mangga milik temanku, Jay.
J E E S S U F F L Y
Proudly Present
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK PULANG
Teen FictionWaktu baru terlampaui sangat sebentar, tetapi semangat memiliki mu akan tetap sulit untuk pudar. Karena sang semesta sadar, kamu lah saru satunya bintang dari berjuta bintang yang terlihat sangat berpijar. ©All Right Reserved. Jeessuffly, 2020